Liputan6.com, Jakarta Setidaknya masih terdapat empat salah kaprah atau miskonsepsi terkait pengetahuan soal COVID-19, yang banyak dipercaya oleh masyarakat. Salah satunya bahkan mengenai 3M yang terus disosialisasikan berulang-ulang.
Temuan ini diungkap dalam sebuah studi yang dilakukan Tim Sinergi Mahadata Universitas Indonesia (UI) Tanggap COVID-19. Survei ini dilakukan melalui YouGov pada 2 hingga 4 November 2020 terhadap 2.125 responden dengan systematic random sampling.
Baca Juga
Salah satu dari tim peneliti, Aria Kekalih, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam webinar virtual pada Senin (21/12/2020) mengatakan bahwa perilaku seseorang juga ditentukan oleh pengetahuannya.
Advertisement
Dalam survei tersebut, tim peneliti sendiri memberikan beberapa pernyataan terkait COVID-19 yang harus dijawab dengan "benar", "salah", atau "tidak tahu" oleh responden mereka.
Aria menjelaskan bahwa kebanyakan responden menjawab "benar" mengenai beberapa pernyataan yang tepat yaitu: penularan virus lewat percikan dari mulut dan hidung (85,1 persen) dan virus yang dapat menular ketika seseorang memegang permukaan benda lalu menyentuh wajah (82,1 persen).
Responden lain juga kebanyakan menjawab "benar" mengenai orang tanpa gejala dapat berpotensi menularkan COVID-19 (83,5 persen), dan lansia berisiko sakit lebih berat apabila terinfeksi virus corona (85,6 persen).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
4 Hal yang Salah Kaprah
Namun, masih ada salah kaprah yang masih perlu diperbaiki. Pertama adalah pernyataan yang menyebut bahwa tidak ada bukti ilmiah penerapan 3M untuk mencegah virus corona. Ditemukan bahwa 57,2 persen responden menjawab hal itu adalah "benar".
"Ini mungkin terkait faktor perilaku, kenapa masih banyak yang kurang, karena pengetahuan tentang 3M, kita masih harus lebih keras lagi menyampaikan ke masyarakat," kata Aria.
Miskonsepsi lain adalah COVID-19 lebih berisiko di ruang terbuka. Sebanyak 49,3 persen responden merasa bahwa pernyataan ini adalah "benar."
"Ini kita harus hati-hati karena terkait juga dengan perilaku, bukan hanya 3M tapi juga menjauhi keramaian dan ruang tertutup. Itu juga harus kita hindari."
Salah kaprah lain adalah soal penyandang diabetes tidak berisiko sakit lebih parah. Sebanyak 44,8 persen masih menjawab "benar" tentang hal ini meski sesungguhnya, orang dengan komorbid memiliki risiko bergejala lebih parah ketika terkena COVID-19.
Miskonsepsi terakhir adalah mengenai penelusuran kontak adalah pelacakan orang yang berkontak dengan pasien dalam sebulan terakhir. Sebanyak 8,5 persen responden menjawab benar di sini.
"Kalau itu salahnya mungkin terkait waktunya, di mana seharusnya adalah 14 hari terakhir," kata Aria.
Advertisement