Ilmuwan Temukan Bakteri Usus yang Membantu Melawan Efek Obesitas

Studi baru yang diterbitkan pada hari Jumat oleh APC Microbiome Irlandia SFI Research Center, menyelidiki apakah bakteri usus Bifidobacterium longum APC1472 memiliki efek anti-obesitas pada diet tinggi lemak.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Des 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2020, 08:00 WIB
Obesitas atau kegemukan bukan lagi menjadi hal yang aneh di masyarakat kini. Tetapi bukan berarti hal ini bisa dimaklumi atau dibiarkan.
(Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan di Irlandia yakin mereka menemukan bakteri yang dapat melawan efek obesitas. Bifidobacterium longum APC1472 pada tikus dan manusia tampaknya memberi dampak terhadap berat badan.

Studi baru yang diterbitkan pada hari Jumat oleh APC Microbiome Irlandia SFI Research Center, menyelidiki apakah bakteri usus Bifidobacterium longum APC1472 memiliki efek anti-obesitas pada diet tinggi lemak.

Bakteri B. longum APC1472 diberikan kepada 6 tikus yang diberi makan diet tinggi lemak melalui air minum selama 16 minggu dan jumlah partisipan manusia yang tidak ditentukan selama 12 minggu.

Para peneliti menemukan bakteri tersebut berhubungan dengan penurunan berat badan, pengakumulasian depot lemak, dan peningkatan toleransi glukosa pada tikus, tanpa mengubah batas Body Mass Index (BMI) sehatnya.

Meskipun partisipan manusia tidak mengalami perubahan dalam penampilan mereka, para peneliti menemukan bahwa B. longum APC1472 memiliki efek positif pada hasil sekunder dari kadar glukosa darah puasa. Dengan kata lain, bakteri tersebut diduga menjanjikan jika dikonsumsi sebagai suplemen untuk mengurangi tanda-gejala penderita obesitas tertentu, seperti kadar gula darah tinggi di pagi hari.

 

Simak Video Berikut Ini:

Pentingnya suplemen probiotik

Risiko Peningkatan Obesitas
Ilustrasi Rebahan Credit: pexels.com/pixabay

Tren lain yang diamati para peneliti pada partisipan manusia obesitas yang diberi B. longum APC1472 termasuk berkurangnya respons kebangkitan kortisol, tingkat hormon stres yang dialami seseorang saat bangun, serta berkurangnya sekresi hormon kelaparan ghrelin, yang secara alami membatasi nafsu makan.

Penulis studi tersebut, Profesor John Cryan, mengatakan, "Studi ini adalah upaya tim dalam memberikan bukti penting bahwa suplementasi probiotik memang dapat berguna dalam memerangi obesitas. Selain itu, temuan ini memperkuat konsep hubungan antara mikrobioma usus, penyakit metabolisme, dan kesehatan mental, yang merupakan area penelitian yang tengah berkembang."

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat lebih dari 1,9 miliar orang dewasa memiliki kelebihan berat badan pada tahun 2016, terakhir kali badan kesehatan global merilis data tentang topik tersebut.

Infografis Obesitas

Infografis Obesitas
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya