Liputan6.com, Jakarta Lonjakan kasus COVID-19 beberapa hari terakhir berdampak pada penuhnya kapasitas rumah sakit di beberapa daerah terutama di Pulau Jawa.
Hal tersebut memicu Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) dan LaporCovid-19 mengeluarkan peringatan bahwa saat ini layanan kesehatan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dalam kondisi genting.
Baca Juga
Lonjakan kasus COVID-19 yang tak terkendali membuat rumah sakit tak mampu menampung pasien. Situasi ini memengaruhi keselamatan masyarakat karena terhambatnya upaya penanganan segera, baik bagi pasien COVID-19 maupun non-COVID-19.
Advertisement
Dalam waktu singkat (sejak akhir Desember 2020 hingga awal Januari 2021), LaporCovid-19 mendapatkan total 23 laporan kasus pasien yang ditolak rumah sakit karena penuh, pasien yang meninggal di perjalanan, serta meninggal di rumah karena ditolak rumah sakit.
Salah seorang keluarga pasien di Depok, Jawa Barat melaporkan, pada 3 Januari 2021, anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan COVID-19. Laporan datang dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Relawan tim Bantu Warga LaporCovid-19 dokter Tri Maharani menekankan bahwa situasi layanan kesehatan sudah genting.
“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta,” ujar Tri mengutip keterangan pers CISDI, Jumat (15/1/2021).
“Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan pilkada serentak dan libur Nataru (Natal dan Tahun Baru), memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien,” tambah Tri.
Simak Video Berikut Ini:
Sistem Rujuk Antar Faskes Tidak Berjalan Baik
Di lapangan, LaporCovid19 menemukan bahwa sistem rujuk antar fasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik, sistem informasi kapasitas rumah sakit tidak berfungsi.
Akibatnya, banyak warga yang memerlukan penanganan kedaruratan kesehatan akibat terinfeksi COVID-19 tidak mengetahui harus ke mana.
Kondisi ini diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang belum kunjung diatasi, diantaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minimnya perlindungan tenaga kesehatan dan tidak tersedianya sistem informasi kesehatan yang diperbarui secara real-time.
Di sisi lain, pekerjaan rumah Menteri Kesehatan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan belum kunjung terlihat nyata.
Setidaknya 620 tenaga kesehatan meninggal akibat terpapar COVID-19 hingga Jumat, 15 Januari 2021. Jika tidak segera diatasi, semakin banyak warga meninggal hanya karena otoritas abai dalam memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan, pungkas Tri.
Advertisement