Liputan6.com, Jakarta Upaya menggencarkan plasma konvalesen untuk pasien COVID-19, para peneliti rupanya sedang menciptakan alat ukur antibodi. Alat ukur antibodi bertujuan mengukur kadar antibodi dalam plasma darah, sehingga diketahui berapa kadar antibodi yang cocok diberikan kepada pasien COVID-19.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, penelitian penciptaan alat ukur kadar antibodi turut melibatkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.
Advertisement
"Jadi, Lembaga Eijkman, khususnya tim yang dipimpin oleh Profesor David Handojo Muljono melakukan upaya untuk membuat metode pengukuran kadar antibodi dari plasma, yang nanti akan diberikan kepada penderita COVID-19," ungkap Bambang saat meghadiri Pencanangan Gerakan Donor Plasma Konvalesen di Markas Palang Merah (PMI) Jakarta, Senin (18/1/2021).
"Metode pengukuran awalnya dikembangkan Prof David dan tim dengan goal standar yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT). Memang rumit dan ini membutuhkan lab BSL-3."
PRNT digunakan menghitung titer antibodi penetralisasi suatu virus. Sampel serum atau larutan antibodi yang akan diuji dilarutkan dan dicampur dengan suspensi virus. Lalu diinkubasi untuk memungkinkan antibodi bereaksi dengan virus--dalam hal ini virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Alat Mengukur Antibodi Paling Cocok untuk Pasien COVID-19
Pengembangan PRNT dengan metode lab BSL-3 yang rumit menjadi tantangan tersendiri. Peneliti pun sedang mencari metode yang lebih sederhana.
"Makanya, sekarang sedang dikembangkan metode yang lebih sederhana, yang tidak membutuhkan lab dan bisa mengukur kadar antibodi dengan waktu yang relatif cepat," kata Bambang.
Alat ukur antibodi yang sedang diciptakan, lanjut Bambang dapat menentukan plasma mana yang dapat digunakan sebagai plasma utama pembentuk antibodi bagi pasien COVID-19.
"Kita tahu bahwa penderita COVID-19 ada beberapa kategori, termasuk yang penyintas COVID-19. Ada kategori gejala berat, sedang, bahkan sampai Orang Tanpa Gejala (OTG). Nah, tentunya kadar antibodi yang ada dalam plasma darah masing-masing itu beda," ujarnya.
Apabila seluruh proses telah berjalan baik, diharapkan alat pengukur bisa mengukur kadar antibodi yang paling cocok.
"Sehingga nanti dari donor (plasma konvalesen) yang ada, setelah dicek standar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kemudian diukur kadar antibodi sehingga bisa berikan donor plasma yang cocok untuk kesembuhan pasien COVID, baik kategori sedang sampai berat," tutup Bambang.
Advertisement