Liputan6.com, Cape Town - Sebuah studi laboratorium yang dilakukan perusahaan farmasi Pfizer-BioNTech menunjukkan bahwa varian baru Virus Corona di Afrika Selatan dapat mengurangi perlindungan antibodi dari vaksin Pfizer hingga dua pertiganya.
Dalam penelitian tersebut, tim peneliti Pfizer bekerja sama dengan para ilmuwan dari University of Texas Medical Branch (UTMB). Mereka mengembangkan Virus Corona rekayasa yang mengandung mutasi yang sama dengan yang beredar di Afrika Selatan, yang dikenal sebagai B.1.351.
Baca Juga
Virus rekayasa tersebut kemudian diuji terhadap darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin Pfizer. Hasilnya, ada penurunan dua pertiga dalam tingkat antibodi penetral dibandingkan dengan pengaruhnya pada varian Virus Corona yang umum.
Advertisement
Namun, hasil penelitian ini tidak menjelaskan apakah vaksin Pfizer akan tetap efektif melawan mutasi Virus Corona lain yang terjadi di beberapa negara.
Simak Video Berikut Ini
Kemungkinan Efektif Masih Ada
Profesor UTMB, Pei Yong-Shi mengatakan, dirinya masih yakin bahwa vaksin yang dikembangkan Pfizer masih bisa melindungi tubuh dari varian virus Afrika Selatan.
Sebab, sampai saat ini belum ada patokan pasti berapa jumlah antibodi yang diperlukan untuk melindungi tubuh dari virus Corona.
"Kami tidak tahu berapa angka penetralisir minimum. Kami tidak memiliki garis batas itu," ujar Yong-Shi dikutip laman Channel News Asia, Kamis (18/02/2021).
Yong Shi juga mengatakan, dirinya curiga jika tanggapan kekebalan tubuh yang diamati sejauh ini mungkin lebih besar dari yang diperlukan untuk memberikan perlindungan dari varian virus Corona.
Kecurigaan ini muncul karena dalam uji klinis, vaksin Pfizer-BioNTech bisa memberikan perlindungan dari virus setelah pemberian dosis vaksin pertama dengan respons antibodi yang lebih rendah, dibandingkan penurunan efektivitas yang disebabkan varian baru Corona Afrika Selatan.
Menurut Yong-Shi, meskipun varian tersebut secara signifikan bisa mengurangi efektivitasnya, vaksin tetap harus membantu melindungi dari kemungkinan penyakit parah dan kematian.
Maka dari itu, Yong-Shi menekanan pentingnya melakukan uji klinis dan pengembangan korelasi perlindungan, agar dapat memahami apakah vaksin benar-benar bekerja melawan varian Afrika Selatan.
Sementara itu Pfizer/BioNTech mengatakan mereka melakukan pekerjaan laboratorium serupa untuk memahami apakah vaksin mereka efektif terhadap varian lain, dalam hal ini yang ditemukan di Brasil.
(Penulis: Rizki Febianto)
Advertisement