Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) Erlina Burhan menyebut tes antibodi setelah vaksinasi COVID-19 tidak perlu Terutama bagi penerima vaksinasi yang sudah mendapatkan penyuntikkan lengkap sampai dosis kedua.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum merekomendasikan penggunaan alat jenis apa untuk memeriksakan antibodi terkait pemberian vaksinasi COVID-19, yang mana dilakukan secara massal di berbagai negara.
Advertisement
"Sebetulnya (tes antibodi) tidak perlu, kecuali kalau pengen tahu banget, ya silakan saja bayar sendiri. Kenapa enggak perlu? Karena hingga saat ini WHO pun belum merekomendasikan teknik atau alat mana yang bisa dipakai (untuk pemeriksaan antibodi), yang ditujukan untuk massal atau kebutuhan masyarakat," terang Erlina saat temu media Apa Syarat agar Vaksinasi Ampuh Menghentikan Pandemi? pada Jumat, 21 Mei 2021.
"Karena banyak sekali pemeriksaan serologi yang ada sekarang di laboratorium komersil itu tidak selalu bisa mendeteksi antibodi yang terbentuk. Yang bisa memeriksa adalah laboratorium canggih, tetapi biasanya ditujukan untuk riset."
Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi COVID-19, menurut Erlina, tidak selalu menggambarkan atau mempresentasikan daya proteksi yang ada dalam tubuh terhadap virus Corona. Yang ada justru menimbulkan kepanikan.
"Kadang-kadang itu bikin panik aja. Saya banyak dapat pertanyaan dari temen-temen di WhatsApp, kok antibodi rendah. Malah jadi kepikiran enggak bisa tidur," imbuhnya.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Pengujian Imunogenitas Antibodi Lewat Uji Netralisasi
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi pernah menyampaikan, Kemenkes tidak menyarankan pengujian antibodi mandiri usai vaksinasi COVID-19.
"Setelah vaksinasi COVID-19, kami tidak menyarankan untuk melakukan pengujian antibodi secara mandiri. Karena untuk yang tidak memahami arti pengujian antibodi ini akan menimbulkan kebingungan dan keragu-raguan," jelas Nadia pada Rabu, 17 Maret 2021.
Metode pengujian yang tepat untuk menentukan imunogenitas terbentuknya antibodi setelah vaksinasi COVID-19 adalah uji netralisasi. Namun, pengujian menggunakan metode ini berbahaya. Ada risiko untuk tertular COVID-19.
"Uji ini tidak mudah dan berisiko karena menggunakan virus yang hidup."
Uji netralisasi merupakan gold standard untuk menentukan imunogenitas. Pengujian hanya bisa dilakukan di laboratorium-laboratorium yang terbatas. Hingga saat ini, belum ada metode pengujian antibodi untuk melihat efek vaksin COVID-19 yang direkomendasikan WHO.
"Jadi, banyak yang melakukan pengujian antibodi yang pada prinsipnya itu dengan metode uji ELISA--salah satu uji serologi yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi. Itu sebenarnya bukan yang direkomendasikan atau bukan menjadi gold standar," terang Nadia, yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes.
Advertisement