Komda KIPI DKI: Vaksin AstraZeneca Aman Digunakan

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan untuk melawan COVID-19 aman digunakan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Mei 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2021, 13:00 WIB
FOTO: 14.890.933 Orang Sudah Disuntik Vaksin COVID-19 Dosis Pertama
Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 Astrazeneca kepada pekerja ritel di GOR Tanjung Duren, Jakarta Barat, Senin (24/5/2021). Kementerian Kesehatan menargetkan 40.349.049 orang di Indonesia mendapat vaksinasi COVID-19 dosis pertama. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan untuk melawan COVID-19 aman digunakan.

Namun, Kejadian Ikutan Pascca Imunisasi (KIPI) serius yang diduga terkait vaksin AstraZeneca baru-baru ini telah terkonfirmasi bahwa tidak berkaitan langsung dengan vaksin tersebut.

Ketua Komisi Daerah (Komda) KIPI Provinsi DKI Jakarta dr. Ellen Sianipar, Sp. A(K), menyampaikan bahwa vaksin AstraZeneca sudah digunakan di DKI Jakarta sejak akhir Maret 2021.

“Awalnya diperuntukkan TNI-Polri. Untuk masyarakat umum, memang baru digunakan pada Mei 2021,” kata Ellen mengutip keterangan pers Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Sabtu (29/5/2021).

Ia menambahkan, Komda KIPI akan melakukan investigasi setiap ditemukan adanya KIPI dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, termasuk rekam medis kesehatan pasien jika sampai dirawat.

“Kemudian data ini akan kita bahas dan kaji bersama. Setiap pelaporan akan segera kita tindaklanjuti. Untuk pelaporan KIPI yang serius, kita harapkan dalam 1-2 hari prosesnya langsung kita lakukan.”

Ia juga menceritakan bahwa untuk gejala dan efek samping dari vaksin AstraZeneca hingga saat ini tidak ada yang ekstrem.

“Hampir sama dengan yang lain sebenarnya, seperti demam atau menggigil, tapi kemudian akan hilang dengan sendirinya dalam 1-2 hari. KIPI serius yang ditemukan tidak banyak, kurang dari 1 persen. Kecil sekali sebetulnya dibandingkan dengan yang menerima vaksin,” ungkapnya.

Ia tak memungkiri bahwa memang benar ditemukan KIPI yang serius. Namun setelah dikaji lebih jauh, banyak yang bersifat kebetulan. Jadi tidak berhubungan dengan vaksin, tetapi karena penyakit lain yang memang sudah diderita sebelumnya.

KIPI serius juga dapat terjadi karena memang ada beberapa pasien yang tidak terbuka sepenuhnya tentang kondisi kesehatan mereka saat dilakukan skrining sebelum divaksinasi.

“Ada reaksi anafilaktik yang terjadi yang memang betul berhubungan dengan vaksinasi. Namun dapat cepat tertangani karena biasanya terjadi dalam waktu observasi 30 menit setelah divaksinasi.”

Simak Video Berikut Ini


Terkait Lansia

Terkait dengan lansia, pelaksana vaksinasi berusaha memberikan rambu-rambu dan memperketat proses skrining dalam mengidentifikasi riwayat kesehatan mereka sebelum menerima vaksinasi.

“Jika di lapangan ditemukan keadaan yang mencurigakan terkait dengan kondisi kesehatan lansia tersebut, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis penyakit dalam untuk kemudian menentukan apakah lansia yang bersangkutan layak divaksinasi atau tidak,” jelas Ellen.

Ellen bersyukur karena hingga kini masyarakat di Jakarta masih percaya untuk menerima vaksinasi AstraZeneca. Kepercayaan tersebut dijaga dengan menyediakan fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai dan dapat bergerak cepat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sebelum dikaji dan diumumkan hasilnya.


Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya