Belajar dari Kudus, Optimalkan Monitor dan Evaluasi Data COVID-19

Banyak hal bisa dipelajari dari kasus COVID-19 di Kudus, menurut Ganip Warsito

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Jun 2021, 15:41 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2021, 13:30 WIB
Kepala BNPB Ganip Warsito
Ganip Warsito dalam acara Serah Terima Jabatan Kepala BNPB di Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 25 Mei 2021. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Belajar dari Kudus, Jawa Tengah, Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Indonesia, Ganip Warsito menegaskan bahwa perlu adanya pengoptimalan dalam memonitor dan evaluasi kasus COVID-19.

Dalam hal ini, kata Ganip Warsito, dapat dilakukan oleh posko COVID-19 yang berada di wilayah masing-masing.

Saat ini, Kudus tengah mengalami ledakan kasus COVID-19. Bahkan naik lebih dari 30 kali lipat dalam sepekan. Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus juga mencatat, ada 358 orang tenaga kesehatan yang positif COVID-19 per 4 Juni 2021.

"Dari kasus COVID-19 di Kudus dan 5 kabupaten/kota di sekitarnya, ada kelemahan (penanganan COVID-19) di tingkat ini. Oleh karena itu, fungsi posko PPKM mikro akan terus kita tingkatkan," kata Ganip Warsito usai Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 7 Juni 2021.

"Ya, kita optimalkan paling tidak untuk melakukan tugasnya memonitor dan mengevaluasi data kasus COVID-19 daerah dan menyusun strategi penanganannya," dia menambahkan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

BOR RS dan Mobilitas Harus Dimonitor dan Evaluasi

Puncak Arus Balik Diprediksi Mulai Malam Ini
Petugas melakukan rapid tes antigen kepeda penumpang kendaraan di Km 34 B Tol Jakarta - Cikampek, Cikarang, Sabtu (22/5/2021). Polda Metro Jaya memprediksi puncak arus balik mudik Lebaran ke DKI Jakarta akan terjadi pada akhir pekan ini, 21-23 Mei 2021. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ganip Warsito menambahkan, perkembangan kasus COVID-19, baik kasus aktif maupun kematian juga harus diperhatikan. Kapasitas tempat tidur pasien COVID-19 (Bed Occupancy Ratio/BOR) rumah sakit dan mobilitas pun harus dimonitor dan evaluasi.

"Selalu diperhatikan tentang kasus aktif, kesembuhan, kematian. Kemudian BOR dan mobilitas penduduk yang betul-betul harus bisa di monitor dan dievaluasi," tambahnya.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memaparkan, Kemenkes mempersiapkan kondisi terburuk bila pasien COVID-19 mesti masuk rumah sakit. Kemenkes mempersiapkan 72.000 tempat tidur isolasi.

"Pada tanggal 18 Mei 2021, baru terisi sekitar 22.000 tempat tidur, sekarang memang ada kenaikan sampai ke 31.000. Tetapi alhamdulillah kita masih memiliki cadangan tempat tempat tidur isolasi yang cukup," ujarnya.

Melihat lonjakan COVID-19 di Kudus dan juga Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Budi Gunadi mengatakan, rumah sakit di Kudus awalnya hanya terisi sekitar 40-an tempat tidur. Kemudian dalam satu setengah minggu terakhir, naik cukup tinggi sampai sekitar 350-an tempat tidur.

"Demikian juga di Bangkalan, yang tadinya tempat tidur isolasi yang terisi pasien sekitar 10-an. Sekarang juga dalam satu setengah minggu naik ke angka 70 sampai 80-an tempat tidur," terangnya.

Infografis 3 Keajaiban Cuci Tangan Saat Pandemi Covid-19

Infografis 3 Keajaiban Cuci Tangan Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Keajaiban Cuci Tangan Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya