Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Dr Pandu Riono, menyebut bahwa pola kenaikan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia mirip dengan pola kenaikan kasus India saat mengalami tsunami COVID-19. Pernyataan tersebut diunggah di Twitter pribadinya, @drpriono1, pada Selasa pagi, 6 Juli 2021.
Menanggapi pola penambahan kasus Corona RI mirip tsunami COVID-19 di Indonesia, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara 2018-2020 yang sempat bertugas di India, Prof Tjandra Yoga Aditama berpendapat. Menurutnya, angka kasus harian di India pada Februari hampir 10 ribu dan pada Mei naik hingga 400 ribu atau 40 kali lipatnya.
Baca Juga
“Kalau kita lihat di Indonesia dari 2,3 ribu itu sekarang menjadi 27 ribu. Peningkatannya memang tajam dan cepat tapi India lebih cepat dan lebih tinggi lagi karena sampai 40 kali lipat,” kata Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa (6/7/2021).
Advertisement
Hanya saja, lanjutnya, tidak sampai 2 bulan India berhasil menurunkan angka kasus dengan drastis pula, dari 40 ribu menjadi 4 ribu atau 10 kali lipat. Sementara di New Delhi dari 23 ribu turun menjadi 90 kasus.
Simak Video Berikut Ini
Lakukan Upaya Maksimal
Tjandra menambahkan, selain menganalisa tentang potensi terjadi atau tidaknya tsunami di Indonesia, ada hal lain yang perlu dilakukan sekarang ini yakni melakukan upaya maksimal.
“Boleh saja kita melihat apakah tsunami seperti India atau tidak, tapi yang perlu kita lakukan sekarang selain menganalisa itu adalah melakukan upaya maksimal supaya kasus yang ada sekarang tidak makin naik lagi,” kata Tjandra.
Upaya maksimal pencegahan kenaikan kasus COVID-19 jauh lebih penting untuk dilakukan saat ini, tambahnya.
“Kalau dibilang mirip atau tidak dengan India kan bukan itu isu pentingnya. Isu pentingnya adalah bagaimana kita sekarang berupaya agar kasusnya tidak naik lagi. Ini lebih bagus untuk kita diskusikan ketimbang apakah akan tsunami atau tidak.”
Jika asik membicarakan potensi yang tidak diharapkan terjadi maka orang akan berteori macam-macam, imbuhnya.
“Kalau saya lebih cenderung mengatakan mari lakukan upaya maksimal supaya angka yang sekarang ada tidak makin naik lagi.”
Advertisement
Belajar dari India
Lebih lanjut Tjandra menyampaikan bahwa Indonesia dapat belajar dari India dalam dua hal. Kedua hal tersebut adalah bagaimana kasus di India naik secara signifikan dan bagaimana kemudian mereka menurunkannya dengan cepat dan signifikan pula.
Selain itu, pembatasan sosial yang dilakukan India sangat ketat dengan berbagai protokolnya dan dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini dapat memutus rantai penularan dan membuat kasus tidak naik.
Selanjutnya, tes dilakukan secara habis-habisan hingga 2 juta orang per hari. Penduduk Indonesia kira-kira seperempat dari penduduk India. Maka, jika India bisa tes sebanyak 2 juta orang per hari maka Indonesia setidaknya harus dapat mengetes 400-500 ribu per hari.
“Dengan tes yang baik, kita akan ketemu orang positif sehingga bisa isolasi dan karantina, tentu dengan tracing yang maksimal.”
Sejauh ini, Indonesia melakukan tes 100 ribu per hari dan pemerintah sedang berupaya menaikkan jumlah tes. Untuk pembatasan, pemerintah tengah menjalankan PPKM darurat yang diharapkan hasilnya terlihat setelah beberapa hari ke depan, tutup Tjandra.
Infografis Boleh dan Tidak Boleh Sebelum - Setelah Vaksinasi COVID-19.
Advertisement