IDAI: Belum Ada Laporan KIPI Serius pada Vaksinasi COVID-19 Anak

Menurut Ketua IDAI, ada beberapa alasan mengapa vaksinasi COVID-19 sangat penting bagi anak usia 12 hingga 17 tahun

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Jul 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2021, 07:00 WIB
Vaksinasi Massal Anak Usia 12-17 Tahun di GBK
Seorang anak mendapatkan vaksin covid-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (3/7/2021). Pemprov DKI menggelar vaksinasi massal bagi anak usia 12-17 tahun di Stadion GBK selama dua hari, yakni pada 3-4 Juli 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pada anak sejauh ini, belum ditemukan adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius.

Ketua IDAI Aman B. Pulungan dalam Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR RI pada Senin (5/7/2021), mengatakan bahwa vaksinasi virus corona sangat diperlukan bagi anak.

"Ini sudah mulai berjalan tanggal 1 Juli kemarin, alhamdulillah. Saya juga bisa melaporkan ini sangat penting pada umur 12 sampai 17, kenapa? 30 persen kematian anak Indonesia karena COVID pada umur 10-18."

Sejauh ini, baru vaksin COVID-19 Sinovac yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diberikan kepada kelompok anak usia 12 sampai 17 tahun.

Selain itu, Aman juga mengatakan bahwa vaksinasi penting diberikan pada anak karena mereka akan kembali bersekolah dan bersosialisasi.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Belum Ada Laporan KIPI Serius

Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun di SMAN 20 Jakarta
Seorang siswa menjalani vaksin COVID-19 di SMUN 20 Jakarta, Kamis (1/7/2021). Per tanggal 1 Juli 2021, anak-anak usia 12-17 tahun di DKI Jakarta sudah mulai mendapatkan vaksinasi. Agar anak-anak kita terlindungi dari wabah Covid-19 dengan varian baru. (merdeka.com/Imam Buhori)

Menurutnya, sekolah dan sosialisasi tersebut penting dalam tumbuh kembang anak, terutama pada mereka yang memiliki latar belakang sosioekonomi rendah.

"Kalau bisa seluruh anggota dewan juga, seluruhnya, kembali ke daerahnya masing-masing, promosikan ini imunisasi. Sesegera mungkin buat anak," ujarnya pada anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir.

Aman juga mengatakan bahwa dalam survei mereka, 66 persen masyarakat masih tinggi dengan lansia dan balita. "Jadi kalau kita terinfeksi, inilah yang kejadian kita lihat. Klaster keluarga, akhirnya kita tidak bisa menolong balita dan lansia kita," ujarnya.

Dalam presentasinya, Aman juga mengungkapkan sudah ada beberapa provinsi yang telah memulai vaksinasi COVID-19 pada anak beberapa di antaranya adalah DKI Jakarta, Sumatera Utara, Bali, Aceh, dan Kalimantan Barat.

"Sampai saat ini tadi saya tanya dengan ketua (IDAI) cabang, belum ada laporan KIPI yang serius. Jadi alhamdulillah, ini cukup baik jadinya."


IDAI Tegaskan Risiko COVID-19 Anak dan Dewasa Sama

Vaksinasi Massal Anak Usia 12-17 Tahun di GBK
Seorang anak mendapatkan vaksin covid-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (3/7/2021). Pemprov DKI menggelar vaksinasi massal bagi anak usia 12-17 tahun di Stadion GBK selama dua hari, yakni pada 3-4 Juli 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Pada kesempatan yang sama, IDAI menegaskan bahwa anak tetap memiliki potensi terkena COVID-19 yang sama dengan orang dewasa, serta tetap bisa mengalami gejala berat hingga meninggal.

"Jadi, jangan pernah ada lagi yang ngomong anak itu tidak pernah terinfeksi COVID dan anak itu (gejalanya) ringan," kata Aman B. Pulungan.

"Kita sudah lihat ternyata 15 persen bisa berat dan kita sudah lihat bisa meninggal," kata Aman. "Dari awal pandemi kami sudah mengatakan kayak begitu, kenapa sih tidak pernah percaya sama IDAI?"

Aman juga mengatakan bahwa jumlah virus SARS-CoV-2 pada anak yang terinfeksi tetap bisa setara dengan orang dewasa.

Dia juga mengingatkan bahwa sekolah tatap muka tetap memiliki risiko penularan COVID-19. "Walaupun 2 jam, anak itu menjadi berkumpul," kata Aman menambahkan.

Maka dari itu, dalam rekomendasinya April lalu, IDAI mensyaratkan agar sekolah tatap muka hanya bisa dilakukan saat positivity rate di bawah 5 persen, serta tingkat kematian juga harus sudah menurun.

Selain itu, jika sekolah tatap muka dimulai, harus disiapkan pembelajaran metode campuran, dan anak serta orangtua bebas memilih. Anak yang belajar luring atau daring pun juga harus memiliki hak dan perlakuan sama.


Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya