Pahami Efek Self-Limiting Talk, Kebiasaan Berikan Narasi Negatif pada Diri

Kebiasaan memberikan narasi negatif pada diri dikenal dengan sebutan self-limiting talk.

oleh Diviya Agatha diperbarui 28 Okt 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2021, 08:00 WIB
self love
ilustrasi bahagia mencintai diri sendiri/Photo by Đàm Tướng Quân from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Tanpa disadari, beberapa dari kita mungkin seringkali memberikan narasi negatif pada diri sendiri. Entah itu meragukan kemampuan, terus-menerus menyalahkan diri sendiri, atau bahkan mengejek. Kebiasaan ini juga dikenal dengan sebutan self-limiting talk.

"Self-limiting talk itu pembicaraan negatif pada diri sendiri, yang membatasi kemampuan diri kita untuk bisa lebih baik. Seperti aduh saya payah, aduh saya itu gak mampu, aduh saya bodoh," ujar International Certified Life Coach Rany Moran dalam workshop Resilience ditulis Rabu, (27/10/21).

Rany mengungkapkan, self-limiting talk juga dapat berupa pikiran yang mengasumsikan bahwa orang lain seringkali hanya memandang rendah diri kita. Kebiasaan ini pun disertai dengan segala pernyataan yang kita berikan pada diri sendiri, dan berujung menjatuhkan rasa kepercayaan diri.

"Ternyata dari banyaknya pernyataan yang kita kemukakan pada diri sendiri, menurut studi itu majority adalah pernyataan negatif. Kebanyakan kata-kata yang kita ucapkan pada diri kita sendiri itu negatif daripada positif," kata Rany.

Padahal, kebiasaan satu ini memiliki efek jangka panjang yang tidaklah baik. Seperti membuat diri sendiri justru menjadi gelisah dan merasa tidak punya harga diri. Mirisnya, self-limiting talk ternyata banyak diberikan dari orangtua pada anak sejak kecil.

"Dari 10 pernyataan yang orangtua ucapkan pada anaknya, 60 persen dari itu adalah pernyataan negatif. Seperti kamu itu gimana sih, kok payah amat. Itu adalah kebiasaan dari kecil, yang kita jalani dalam hidup kita. Secara otomatis menjadi habit yang kita lakukan pada diri sendiri," ujar Rany.

Namun, kebiasaan buruk satu ini masih bisa untuk diubah lho. Selama hati menyadari dan mau untuk berubah, maka tidak pernah ada kata terlambat untuk mengubah diri menjadi lebih baik di setiap fasenya. Terlebih, hal satu ini juga akan sangat berdampak pada keberlangsungan masa depan seseorang.

"Ubah, it's not too late karena kalau kita saja tidak percaya pada diri sendiri, bagaimana orang lain bisa percaya pada kita? Kalau kita tidak membangun diri kita sendiri, bagaimana kita bisa akan membangun hidup kita?" kata Rany.

Konversikan pikiran negatif

Rany mengungkapkan bahwa jika seseorang menghabiskan waktu untuk berbicara negatif pada diri sendiri, maka itu akan terus menghantui Anda sepanjang hidup. Mengingat manusia kerap akan terus mencari apa yang dipercayai dalam pikiran.

"Jadi kalau Anda bilang Anda bodoh, pikiran akan terus mencari bukti bahwa Anda itu bodoh. Semua opportunities akan lewat. Anda harus mengubah dialog internal Anda dengan self love. Have yourself, tangkap diri Anda dalam pikiran negatif itu dan segera transformasikan," kata Rany.

Misalnya, jika Anda menemukan diri terus berpikir bahwa Anda sangat lemah, Anda bekerja terlalu banyak, maka selidiki pikiran dibalik hal tersebut. Pertanyakanlah pada diri sendiri alasan dibalik pikiran-pikiran tersebut.

"Tanyakan pada diri sendiri, kenapa ya saya itu selalu lelah? Apa cukup tidur saya? Apa saya makannya baik gak ya? Apa istirahat saya sudah cukup? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengurangi beban kerja saya?"

"Jadi, transformasikan pikiran negatif dan compress menjadi plan of action. Perhatikan, jika Anda melakukan itu, emosi dan upaya Anda langsung akan shift, berubah," ujar Rany.

Infografis

Banner Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya