Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, terdapat 1,7 juta anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19.
Daerah terbanyak dengan capaian imunisasi dasar lengkap terendah adalah Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta.
Baca Juga
Berkaitan dengan hal tersebut, Kemenkes pun mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 di Kepulauan Riau, tepatnya di halaman Gedung Daerah pada Rabu, 18 Mei 2022.
Advertisement
Upaya tersebut tentu dilakukan untuk menggenjot cakupan imunisasi rutin anak yang sempat menurun selama pandemi COVID-19 berlangsung tersebut.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa selama pencanangan BIAN diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan imunisasi rutin.
Mengingat pemberian imunisasi terbukti dapat melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak bisa lebih sehat dan nantinya menjadi lebih produktif.
Tak hanya itu, manfaat imunisasi juga lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan suatu hari di masa depan. Menurut Budi, cara pencegahan satu ini juga relatif lebih murah dibandingkan bila terkena penyakitnya.
"Ini relatif murah dibanding mereka terkena penyakit berbahaya saat sudah dewasa. Karena kalau sampai sakit, itu biayanya bisa sampai jutaan," ujar Budi melalui keterangan pers ditulis Kamis, (19/5/2022).
"Kalau sampai masuk ICU bisa mencapai puluhan juta. Jadi jauh lebih murah kalau kita melakukan vaksinasi atau imunisasi saat kita sakit," tambahnya.
Dilakukan pada 7 Kabupaten dan Kota
Menyambut berlangsungnya BIAN, Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad mengungkapkan bahwa BIAN akan dilakukan pada tujuh kabupaten dan kota yang ada di Kepulauan Riau.
Adapun jumlah sasaran di seluruh kabupaten/kota yang diimunisasi hari ini sekitar 24.461 sasaran.
Sebelumnya, Ansar juga menuturkan bahwa pihaknya siap untuk menyukseskan pelaksanaan BIAN di wilayahnya tersebut demi menjaga kekebalan masyarakat. Serta, mencegah terjadinya KLB yang bisa dicegah dengan imunisasi.
"Dengan ditetapkannya Kepri ini, tentu ini memicu semangat kita semua untuk terus bekerja keras, karena imunisasi anak-anak maka kita berbicara warna dan masa depan bangsa ini. Kalau kesehatan baik, SDM kita sukses dan baik,” ujar Ansar.
“Semoga yang kita laksanakan hari ini, hasilnya kita terima di kemudian hari,” tambahnya.
BIAN sendiri menjadi upaya Kemenkes untuk menutup kesenjangan imunitas kesehatan di masyarakat yang terdampak dari COVID-19.
BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi di Jawa dan Bali.
Advertisement
Strategi Kemenkes
Terlaksananya BIAN pada waktu mendatang ini meliputi kegiatan imunisasi tambahan Campak Rubela dan imunisasi kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib) dengan baik dan dapat mencapai target yang diharapkan.
Dengan terselenggaranya kegiatan BIAN diharapkan kekebalan masyarakat terbentuk, sehingga pada akhirnya bisa mencapai eliminasi Campak-Rubela.
Tak hanya itu, dilakukannya BIAN ini juga diharapkan dapat mempertahankan status Indonesia Bebas Polio, mempertahankan eliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir serta mengendalikan penyakit difteri dan pertusis.
Seperti diketahui, pemberian imunisasi rutin dasar lengkap menjadi hal yang penting bagi anak. Maka untuk mendukung tersebut, Kemenkes menginformasikan bahwa pihaknya telah menyusun tiga strategi untuk menggalakan imunisasi rutin.
Strategi pertama yang dilakukan oleh Kemenkes adalah dengan menambah tiga jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya hanya 11 jenis vaksin menjadi 14.
Vaksin yang ditambahkan berupa vaksin Rotavirus untuk anti diare, vaksin PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak, dan vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks yang diberikan untuk ibu.
“Untuk Bapak dan Ibu tolong dibantu agar imunisasi tiga ini jalan, supaya mengurangi angka kematian ibu dan anak,” ujar Budi.
Data Imunisasi Menjadi Digital
Selanjutnya yang kedua, melakukan digitalisasi data imunisasi. Kemenkes pun telah menyiapkan satu aplikasi pencatatan imunisasi secara digital.
Aplikasi tersebut bernama Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK). Sehingga tidak ada lagi pencatatan yang dilakukan manual melalui buku.
Melainkan semua data imunisasi anak akan langsung dimasukan dalam ASIK yang terintegrasi dengan PeduliLindungi.
ASIK untuk Puskesmas dan Dinas KesehatanLebih lanjut Budi menuturkan bahwa aplikasi ASIK tersebut akan diberikan pada semua puskesmas dan dinas kesehatan agar nantinya data tersebut bisa dicatat dengan baik.
“Aplikasi ini akan kita berikan ke semua Puskesmas dan Dinas Kesehatan, supaya datanya juga ada di Dinas Kesehatan,” Budi menjelaskan.
Ketiga, belajar dari sistem vaksinasi COVID-19, nantinya imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi. Sehingga pemerintah daerah maupun tenaga kesehatan sudah mengetahui anak yang belum divaksinasi.
“Adanya teknologi modern ini akan mempermudah kita memperluas cakupan vaksinasi,” kata Budi.
“Dengan adanya tiga inisiatif ini, mudah-mudahan tujuan kami tetap meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita. Peranan ibu-ibu sangat penting untuk mensukseskan imunisasi ini,” Budi menuturkan.
Advertisement