Selain Gizi, Faktor Genetik Punya Kontribusi Tidak Langsung pada Stunting

Stunting dapat dipengaruhi oleh faktor tidak langsung seperti genetik sebesar 20 persen.

oleh Diviya Agatha diperbarui 25 Jul 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2022, 17:00 WIB
Stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, NTT memiliki 15 kabupaten berkategori “merah” dan tidak ada satupun daerah berstatus 'hijau' stunting. (Dok BKKBN RI)

Liputan6.com, Jakarta Stunting merupakan kondisi yang menyebabkan anak tidak memiliki tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya. Alhasil, tubuh anak  pendek dan kemampuan kognitifnya ikut terganggu.

Faktor penyebab utama stunting sendiri berkaitan dengan persoalan gizi kronis. Namun ternyata tak berhenti di sana. faktor genetik ternyata bisa berkontribusi meskipun tidak secara langsung.

Head of One Health & Scientific Danone Indonesia, dr Sarah Angelique MS mengungkapkan bahwa faktor genetik mampu berkontribusi sekitar 20 persen dari faktor keseluruhan stunting.

"Kalau bicara soal stunting yang paling utama ini faktornya kekurangan gizi kronis. Makanya pemenuhan gizi untuk anak dan ibu hamil pada seribu hari pertama menjadi krusial," ujar Sarah dalam acara Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat Danone Indonesia 'Cegah Stunting Itu Penting' pada Senin, (25/7/2022).

"Tetapi memang faktor lain seperti lingkungan juga penting. Bagaimana dengan genetik? Faktor genetik mungkin hanya sekitar 20 persen dan bukan merupakan sebuah faktor yang langsung," tambahnya.

Sarah menjelaskan, bila anak memiliki kelainan penyakit genetik yang dapat mempengaruhi status gizinya, maka risiko stunting juga akan ada.

"Jadi apabila anak-anak dengan kelainan penyakit genetik, misalnya sindrom metabolik atau penyakit-penyakit genetik lain yang memengaruhi status gizi anak atau bayi tersebut, memang akan berisiko dia menjadi stunting. Tapi kuncinya tetap ada di pemenuhan gizi," kata Sarah.

Stunting Bisa Dicegah

FOTO: Tingkat Prevalensi Stunting di Indonesia Masih Tinggi
Orangtua mendampingi anaknya bermain di RPTRA Meruya Utara, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting atau gizi buruk di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Muda pada Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Muslicha, S.Sos, M.Si.

Muslicha mengungkapkan bahwa kekurangan gizi kronis memang menjadi faktor penyebab stunting, yang mana dapat disusul oleh faktor lingkungan. Namun selain itu, stunting sebenarnya dapat dicegah salah satunya lewat penggunaan KB.

Penggunaan KB usai ibu melahirkan dianggap efektif untuk mencegah stunting. Memang bagaimana hubungannya?

Menurut Muslicha, dengan penggunaan KB, anak yang telah lahir lebih dulu bisa mendapatkan pengasuhan yang lebih baik. Termasuk dalam aspek kesehatannya.

"Kami di BKKBN ada namanya KB pascasalin. Jadi ibu yang bersalin, langsung ber-KB. Harapannya agar anak yang lahir itu nanti akan menjadi lebih berkualitas," ujar Muslicha.

"Diasuh dengan baik, kesehatannya ibu dan anak juga lebih terjaga. Maka jarak antara anak yang satu dengan yang kedepan jadi lebih sesuai," sambungnya.

Cara Sederhana untuk Cegah Stunting

Ilustrasi anak stunting
Ilustrasi anak (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)

Dalam ILM Cegah Stunting Itu Penting oleh Danone Indonesia, terdapat enam cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anak dari stunting. Berikut diantaranya.

  1. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, yang kaya protein, zat besi, dan vitamin C
  2. Minum tablet tambah darah setiap hari
  3. Pantau kehamilan dan ikuti kelas ibu hamil
  4. Berikan ASI sampai usia 6 bulan, selanjutnya dengan tambahan MPASI
  5. Cuci tangan pakai sabun dan air yang mengalir
  6. Pakai jamban sehat

Bagi beberapa orangtua, hampir keseluruhan dari enam poin tersebut sudah tak asing. Namun dalam hal cuci tangan dan jamban sehat, pertanyaan soal kaitannya dengan stunting mungkin terlintas dalam benak Anda.

Ternyata, menerapkan keduanya memang memiliki kaitan dengan stunting. Sarah mengungkapkan bahwa hal tersebut berkaitan dengan aspek sanitasi dan kebersihan.

"Nah aspek sanitasi atau kebersihan itu sendiri akan sangat erat kaitannya dengan angka kejadian infeksi," ujar Sarah.

Kontribusi Sanitasi pada Stunting

Ilustrasi Stunting
Ilustrasi Stunting. Foto: Ade Nasihudin Liputan6.com (9/11/2020).

Sarah menjelaskan bahwa kebiasaan untuk tidak menjaga kebersihan dan mementingkan aspek sanitasi dapat berdampak pada angka kejadian infeksi yang terjadi pada anak.

"Jadi bayangkan kalau anak-anak bermain kemudian tidak cuci tangan, dia sudah pegang makanan misalnya, atau jamban yang disediakan di keluarga itu juga tidak dalam kondisi bersih. Nah hal-hal tersebut dapat meningkatkan angka kejadian infeksi," kata Sarah.

"Angka kejadian infeksi ini memang berhubungan secara langsung juga tentunya angka kejadian stunting. Dalam hal kalau terjadi infeksi baik itu pada bayi, anak, atau ibu hamilnya, itu akan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut," tambahnya.

Menurut Muslicha, keenam poin yang ada dalam ILM Cegah Stunting Itu Penting tersebut pun sebenarnya begitu sederhana. Namun memiliki dampak yang besar pada tumbuh kembang anak kedepannya.

"ILM ini berisi enam pesan kunci yang sederhana. Namun kalau dilakukan maka dampaknya itu akan sangat luas. Kalau dilakukan dengan baik itu bisa mencegah kelahiran anak-anak stunting di Indonesia," ujar Muslicha.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya