Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah sudah menggulirkan secara resmi pemberian vaksin booster kedua atau dosis 4 kepada tenaga kesehatan (nakes) mulai 29 Juli 2022. Pentingnya vaksinasi dosis 4 untuk nakes sebenarnya telah dilakukan melalui survei oleh Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro mengungkapkan, survei yang dimaksud untuk melihat seberapa besar nakes yang menerima vaksin booster pertama tertular COVID-19. Hasil survei ini menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian booster lanjutan.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Top 3 Islami: Doa dan Amalan Istri supaya Suami Banjir Rezeki, Dosakah Suami yang Nafkahnya Selalu Kurang?
Diallo Terang-terangan Minta Manchester United Pilih Pimpinan yang Lebih Baik Ketimbang Fernandes
"Kami melakukan survei terhadap nakes. Waktu itu kami lakukan pada Februari tahun ini. Jadi, kita pengin tahu, apakah nakes-nakes yang dapat booster pertama itu pernah sakit atau enggak (tertular COVID-19)," ungkap Sri dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Minggu (31/7/2022).
Advertisement
"Kita hanya nanya, pernah enggak PCR-nya positif. Itu bisa jadi patokan, kita sebar deh (survei) lewat Google Form. Yang masuk (menjawab survei) ada 10.000-an lebih. Hasilnya, 2 persen (nakes) yang pernah PCR-nya positif COVID-19. Dua persen sekitar 210-an nakes."
Menurut Sri Rezeki, hasil survei memperlihatkan, nakes yang positif COVID-19 dinilai bukan tertular saat bekerja di fasilitas kesehatan, melainkan di lokasi lain. Sebut saja, transportasi umum atau tempat fasilitas publik lain.
"Dari 210 nakes, 2 persennya yang dirawat dan isolasi mandiri (isoman). Kalau dipikir nakes bukan ketularan di rumah sakit, ya bisa di transportasi umum atau di mana gitu. Kalau kita lihat, nakes risiko tinggi ketularan," jelasnya.
"Waktu varian Delta kan penularan (COVID-19 tinggi, kematian juga tinggi. Kalau sekarang di rumah sakit perawatan sedikit. Kita perlu menghitung logistik (vaksin COVID-19) buat booster keduanya."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertimbangan Kasus COVID-19 Naik
Pemberian vaksin booster kedua bagi tenaga kesehatan, menurut Sri Rezeki Hadinegoro turut didasari melihat kenaikan kasus COVID-19. Kasus COVID-19 nasional dalam beberapa hari terakhir di atas 5.000, bahkan menembus lebih dari 6.000.
"Awal Juni 2022, kasus masih rendah, malah kematian pernah nol. Jadi, pada waktu itu kami nilai memang belum perlu (booster kedua) nakes karena kasus rendah," katanya melalui telepon pada Health Liputan6.com, Kamis (28/7/2022).
"Tapi makin hari sekarang makin tinggi, bahkan sampai 6.000 kasus per hari. Nah, itu yang membuat jadi gelisah."
Selain itu, pemberian vaksin booster pertama atau dosis 3 bagi nakes sudah diberikan sejak Agustus 2021. Artinya, mereka telah melewati jangka waktu 6 bulan sehingga dipertimbangkan dapat menerima booster lanjutan (booster kedua).
Hal ini melihat antibodi pada nakes kemungkinan sudah menurun lantaran pemberian vaksin booster pertama bagi nakes dilakukan hampir setahun lalu.
"Nakes ini kan booster pertamanya awal bulan Agustus - September tahun lalu. Kalau sampai sekarang memang sudah hampir setahun. Jadi, lewat 6 bulan itu pasti (antibodi) menurun," imbuh Sri Rezeki.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Perkuat Kembali Imunitas
Tenaga kesehatan menjadi kelompok berisiko tinggi tertular COVID-19. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat kembali imunitas agar bisa terlindungi dan optimal bekerja di lapangan, terutama bagi mereka yang bertugas merawat pasien COVID-19.
Walau begitu, Sri Rezeki Hadinegoro mengingatkan, kelompok berisiko sebenarnya bukan hanya nakes, melainkan lansia dan orang-orang yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi.
"Tetapi kalau kita lihat, mereka (lansia dan komorbid) booster satunya masih rendah sekali. Kalau nakes itu booster-nya sudah tinggi sekali, cakupannya sudah 100 persen malahan," pungkasnya.
"Ya, sudah waktunya untuk diberikan (booster) yang kedua."
Berdasarkan data Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 30 Juli pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi booster atau dosis 3 di angka 26,94 persen. Dari jumlah tersebut, cakupan dosis 3 untuk kelompok nakes di angka 114,64 persen.
Sementara itu, vaksinasi booster lansia baru di angka 27,42 persen dan 27,54 persen pada kelompok masyarakat rentan dan umum.
Risiko Tinggi Terpapar COVID-19
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyambut baik pemberian vaksin booster kedua untuk tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi terpapar COVID-19.
Selain itu juga mempertimbangkan semakin banyaknya jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi COVID-19. Walau begitu, IDI belum memperjelas, berapa banyak nakes yang terinfeksi COVID-19 saat ini.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi mengatakan, tujuan utama vaksinasi COVID-19 demi melindungi dari tingkat rawat inap di rumah sakit, keparahan, dan kematian. Oleh karena itu, dosis booster diperlukan lantaran imunitas terhadap COVID-19 mulai menurun setelah 6 bulan ke atas dari vaksinasi terakhir.
Pertimbangan lain booster lanjutan melihat adanya varian baru yang memiliki sifat jauh lebih menular. Namun, IDI juga meminta Pemerintah tetap mendorong vaksinasi booster atau dosis ketiga bagi masyarakat agar kekebalan komunitas tercapai.
“IDI menyambut baik booster kedua vaksinasi COVID-19 untuk tenaga Kesehatan ini. Vaksinasi terbukti telah menyelamatkan banyak nyawa, mengurangi tekanan pada fasilitas Kesehatan, dan memungkinkan kita belajar hidup dengan virus," papar Adib melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (29/7/2022).
Advertisement