Liputan6.com, Jakarta Sejak tahun 1948 lalu, tanggal 9 September selalu diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional atau Haornas. Meski telah berpuluh-puluh tahun merayakan Haornas, tak semua orang mungkin tahu manfaat lain dari olahraga.
Anda mungkin salah satu yang pernah berpikir bahwa olahraga hanya memberikan manfaat pada kesehatan fisik saja. Padahal, olahraga juga punya kaitan erat dengan kesehatan mental lho.
Baca Juga
Dalam momentum Haornas 2022, dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto mengungkapkan bahwa gangguan pada sektor kejiwaan atau mental seperti stres dapat menyebabkan seseorang mengalami banyak hal.
Advertisement
Mulai dari gangguan tidur, mudah tersinggung, mudah marah, dan bermanifestasi menjadi jantung berdebar-debar, nafas yang menjadi cepat, hingga tekanan darah yang meningkat.
"Semua ini akibat meningkatnya aktivitas hormon kortisol dan adrenalin yang membuat kita terjaga dan meneruskan proses inflamasi sistemik yang merupakan awal kemunculan berbagai penyakit seperti hipertensi, Diabetes Mellitus, atherosclerosis, dan lain-lain," ujar Michael melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (9/9/2022).
Sedangkan, olahraga dengan dosis yang tepat inilah yang dianggap bisa membantu mengatasi stres dengan menekan kerja hormon kortisol dan adrenalin tersebut.
"Pada saat yang sama olahraga dapat merangsang produksi hormon endorfin yang merupakan natural pain killer dan membuat seseorang yang biasa berolahraga ingin terus berolahraga," kata Michael.
"Olahraga baik untuk kesehatan tubuh kita. Misalnya jantung-paru, tulang-otot-sendi, keseimbangan hormonal, metabolisme, koordinasi gerak, keseimbangan dan keterampilan gerak juga untuk kesehatan jiwa," tambahnya.
Olahraga untuk Atasi Gangguan Mental
Lebih lanjut Michael mengungkapkan bahwa olahraga untuk mengatasi gangguan mental juga tidak harus berbentuk olahraga berat. Melainkan dapat dilakukan dengan olahraga santai seperti yoga, tai chi, atau meditasi.
"Meditasi dengan pengaturan nafas mampu memperbaiki denyut jantung dan menurunkan tekanan darah secara cepat," ujar Michael.
Di sisi lain, olahraga juga dapat membantu untuk memicu rasa lelah dan pada akhirnya dapat membantu mengatasi gangguan tidur. Terlebih, olahraga juga dapat membantu seseorang untuk meningkatkan rasa percaya diri.
"Manfaat lainnya adalah meningkatnya rasa percaya diri karena memang lebih mampu ataupun karena hasil yang sudah diperoleh dari berolahraga juga akan memperbaiki mood yang bersangkutan," kata Michael.
Sehingga menurutnya jika muncul pertanyaan seperti 'Apakah olahraga bisa membantu kesehatan jiwa?', maka jawabannya adalah bisa. Terutama jika Anda memiliki tujuan olahraga yang jelas.
Advertisement
Olahraga Bisa Bantu Redakan Gejala Depresi
Dalam kesempatan berbeda, psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani atau yang akrab disapa Nina mengungkapkan pendapat selaras. Menurutnya, meredakan gejala depresi yang kambuh bisa dibantu dengan mengajak tubuh untuk tetap aktif lewat bergerak.
"Ini memang cukup berat. Jadi kadang-kadang yang bisa membantu itu kalau dia tetap berusaha untuk bergerak. Bergerak itu entah dia berolahraga, stretching, atau sekadar jalan aja," kata Nina pada Health Liputan6.com.
"Walaupun jalan itu terkesan sederhana, tapi sangat bisa melancarkan peredaran darah. Dengan melancarkan peredaran darah, itu bisa membuat hormon-hormon yang negatif dalam dirinya cenderung lebih mudah keluar. Sehingga dia bisa lebih tahan dari kerentanan depresi tadi," tambahnya.
Cara selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan mengupayakan makan sehat. Menurut Nina, makan sehat sebenarnya dapat sangat membantu kondisi depresi.
Di samping itu, Nina juga menyarankan untuk berjemur. Selain menjadi sumber vitamin D alami, berjemur dianggap bisa membantu meredakan gejala depresi karena dapat membantu memperbaiki suasana hati di pagi hari.
Menghadapi Gejala Depresi yang Kambuh
Nina mengungkapkan bahwa kondisi mental sedang tidak baik-baik saja atau saat gejala depresi kambuh sedikit banyak dapat memengaruhi aktivitas yang dilakukan. Salah satunya adalah bekerja.
Namun, kondisi mental seperti depresi tidak bisa selalu dijadikan excuse untuk tidak maksimal dalam bekerja. Hal tersebut lantaran berkaitan dengan profesionalisme seseorang.
"Tapi kalau menjadi excuse menurut saya sebagai profesional, seharusnya tidak. Jadi orang yang bersangkutan perlu untuk segera mencari bala bantuan. Supaya kalaupun kena, enggak lama-lama," ujar Nina.
"Karena itu (mengatasi depresi) merupakan tanggung jawab pribadi. Sebagai seorang pekerja, kita enggak bisa lama-lama untuk minta excuse dari kantor. Sesekali kita akan perlu minta excuse, tapi enggak bisa terus-terusan. Jadi kita pun harus menolong diri kita supaya bisa bangkit segera," tambahnya.
Advertisement