Liputan6.com, Jakarta - Pemenuhan gizi menjadi hal penting untuk bekal tumbuh kembang seorang anak. Ketika asupan gizi tidak terpenuhi dengan baik, ancaman terhadap hal itu pun tak bisa dielak.
Hal ini terlihat jelas di Imaz. Bocah berumur dua tahun asal Pandeglang ini merupakan salah satu balita dengan pemenuhan gizi yang tak ideal atau gizi buruk.
Baca Juga
Di usianya yang sekarang, berat badan Imaz hanya 9,6 kilogram dan tinggi badan yang hanya sekitar 93,4 sentimeter (cm).
Advertisement
Ibu dari Imaz, Nina, mengatakan, mi dan kental manis adalah penyebab Imaz jadi kekurangan gizi. Tidak adanya uang yang cukup, membuat Imaz terpaksa mengonsumsi keduanya.
"Saya memberikan mi instan dan kental manis ke anak saya karena hanya mengandalkan gaji dari suami sebesar Rp750.000 per bulannya. Itu pun tidak cukup buat sehari-hari,"Â kata Nina.
Karena terlalu sering diberikan mi dan kental manis, Imaz pun menjadi anak yang kecanduan manis dan akan menolak ketika diberikan lauk pauk seperti sayur dan ayam.Â
Tiap pergi ke warung pun Imaz seringnya jajan makanan-makanan yang tak sehat.Â
Menurut salah satu kader Posyandu Desa Rawasari, Kabupaten Pandeglang, Ene, berat badan Imaz sempat mengalami peningkatan. Kebetulan Ene sendiri yang memantau pertumbuhan anak-anak di desa itu setiap bulannya.Â
"Sempat naik, tapi habis itu turun lagi karena pemberian makanan bergizi tidak dilakukan secara konsisten," ujar Ene dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Â
Sulit Dilepas Bila Sudah Kecanduan
Ene, mengatakan, selama ini pihaknya melakukan penyuluhan terkait kesehatan. Mulai dari cara pemberian makanan serta cara pemberian susu.
"Kami selalu sampaikan, kalau bisa kental manis itu jangan dikonsumsi gitu,"Â kata Ene.Â
"Tapi ya yang namanya sudah jadi kebiasaan, dia sudah terbiasa minum kental manis, akan minum kental manis saja nggak bisa digantikan yang lain," dia menambahkan.
Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat bahwa 24,5 persen bayi di bawah usia lima (Balita) di Provinsi Banten mengalami stunting pada 2021.
Kabupaten Pandeglang tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi Balita stunting tertinggi di Banten, yakni mencapai 37,8 persen pada tahun lalu.
Tingginya angka stunting di Pandeglang ini disebabkan oleh tingkat ekonomi yang rendah.
Advertisement
Salah Persepsi Tentang Kental Manis
Dalam sebuah survei yang dilakukan pada 2018 oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) diketahui bahwa ibu di Kendari, Sulawesi Tenggara dan Batam, Kepulauan Riau kerap memberikan kental manis pada anak setiap hari.
Kental manis tak ubahnya susu yang mereka jadikan sebagai penambah gizi.
Pada saat itu, perwakilan YAICI, Siti Zalikho, memaparkan efek buruk minum kental manis setiap hari yang dialami anak-anak di Kendari dan Batam.
Menurut Siti, kebanyakan anak-anak menjadi gemuk. Sayangnya, para ibu di sana justru menganggap anak yang gemuk itu sehat.
"Buat anak yang terlalu banyak konsumsi kental manis bisa menyebabkan obesitas. Larutan gulanya lebih banyak daripada susu," kata Komisioner Bidang Kesehatan dan NAPZA KPAI, Sitti Hikmawatty.
Saat kasus itu mencuat, diketahui juga bahwa ada anak di Batam yang bahkan bisa menghabiskan satu kaleng kental manis sehari.
Yang mencengangkan, para orangtua di Kendari dan Batam ini merasa bangga karena anak-anak mereka gemuk.
Berdasarkan survei YAICI pada tahun itu, dari 130 ibu yang memberikan kental manis sebagai minuman susu kepada anaknya, 56 persen memberikannya satu gelas sehari.
Sementara itu, di Batam, dari 75 ibu, 53 persen memberikan segelas kental manis sehari.