Penyebab Stunting pada Anak, Ini Faktor Risiko dan Cara Pencegahannya

Pelajari penyebab stunting pada anak, faktor risiko, dan cara pencegahannya. Ketahui gejala, diagnosis, pengobatan dan dampak jangka panjang stunting.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi Diperbarui 14 Mar 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2025, 16:00 WIB
penyebab stunting pada anak
penyebab stunting pada anak ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan kesehatan jangka panjang mereka.

Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis, yang terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya, yakni sejak kehamilan hingga usia dua tahun.

Memahami penyebab stunting pada anak dan cara pencegahannya sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

Promosi 1
Definisi Stunting

Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan (sejak konsepsi hingga usia 2 tahun). Anak dikategorikan mengalami stunting jika tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak WHO.

Berbeda dengan perawakan pendek yang disebabkan faktor genetik, stunting merupakan manifestasi dari malnutrisi jangka panjang yang berdampak pada perkembangan fisik dan kognitif anak. Kondisi ini tidak hanya membuat anak lebih pendek dari teman sebayanya, tetapi juga dapat menghambat perkembangan otak dan meningkatkan risiko penyakit di masa dewasa.

Penyebab Utama Stunting

Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang terjadi dalam jangka waktu lama. Berikut adalah beberapa penyebab utama stunting pada anak:

1. Kekurangan Gizi Kronis

Malnutrisi yang berlangsung dalam waktu lama merupakan penyebab utama stunting. Kekurangan gizi ini bisa terjadi sejak janin dalam kandungan hingga usia dua tahun pertama kehidupan anak. Asupan nutrisi yang tidak memadai, terutama protein, vitamin, dan mineral esensial, dapat menghambat pertumbuhan optimal anak.

2. Infeksi Berulang

Anak yang sering mengalami infeksi, seperti diare kronis atau infeksi saluran pernapasan, berisiko tinggi mengalami stunting. Infeksi dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan energi tubuh, sehingga menghambat pertumbuhan.

3. Praktik Pengasuhan yang Kurang Tepat

Pola asuh yang tidak mendukung tumbuh kembang anak optimal dapat berkontribusi pada terjadinya stunting. Ini termasuk pemberian ASI yang tidak eksklusif, pengenalan MPASI yang terlalu dini atau terlambat, serta kurangnya stimulasi dan interaksi positif antara orang tua dan anak.

4. Sanitasi dan Kebersihan Lingkungan yang Buruk

Lingkungan yang tidak bersih dan sanitasi yang buruk meningkatkan risiko infeksi pada anak. Kurangnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai dapat menyebabkan penyakit infeksi berulang yang berkontribusi pada stunting.

5. Faktor Sosial Ekonomi

Kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua sering kali berkorelasi dengan tingginya angka stunting. Keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan, dan informasi mengenai gizi dan pengasuhan anak yang tepat dapat meningkatkan risiko stunting.

Faktor Risiko Stunting

Selain penyebab utama, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami stunting:

1. Kondisi Ibu Selama Kehamilan

Kesehatan dan status gizi ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Ibu yang mengalami kekurangan gizi, anemia, atau infeksi selama kehamilan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan faktor risiko stunting.

2. Kelahiran Prematur

Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting karena mereka kehilangan masa pertumbuhan penting di dalam rahim. Mereka juga lebih rentan terhadap infeksi dan masalah kesehatan lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan.

3. Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif

ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko kekurangan nutrisi penting dan lebih rentan terhadap infeksi, yang dapat berkontribusi pada stunting.

4. Penyakit Kronis pada Anak

Anak yang menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung bawaan, kelainan metabolik, atau gangguan penyerapan nutrisi memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting karena penyakitnya dapat mengganggu pertumbuhan dan penyerapan nutrisi.

5. Kurangnya Akses ke Layanan Kesehatan

Keterbatasan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dapat meningkatkan risiko stunting. Ini termasuk kurangnya pemantauan pertumbuhan rutin, imunisasi yang tidak lengkap, dan keterlambatan dalam mendiagnosis dan menangani masalah kesehatan pada anak.

Gejala dan Tanda Stunting

Mengenali gejala dan tanda stunting sejak dini sangat penting untuk penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa indikator yang perlu diperhatikan:

1. Pertumbuhan Fisik yang Terhambat

Tanda paling jelas dari stunting adalah tinggi badan anak yang lebih rendah dibandingkan standar untuk usianya. Namun, penting untuk diingat bahwa stunting bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi juga mencerminkan kekurangan gizi kronis yang mempengaruhi perkembangan keseluruhan anak.

2. Keterlambatan Perkembangan Motorik

Anak dengan stunting mungkin mengalami keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik, seperti terlambat belajar duduk, merangkak, atau berjalan dibandingkan anak-anak seusianya.

3. Perkembangan Kognitif yang Terhambat

Stunting dapat mempengaruhi perkembangan otak anak, yang mungkin terlihat dalam bentuk keterlambatan berbicara, kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana, atau kemampuan belajar yang lebih rendah dibandingkan teman sebayanya.

4. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah

Anak-anak dengan stunting cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih sering sakit dan lebih rentan terhadap infeksi berulang.

5. Perubahan Penampilan Fisik

Selain tinggi badan yang rendah, anak dengan stunting mungkin memiliki wajah yang tampak lebih muda dari usianya, pertumbuhan gigi yang terlambat, atau pubertas yang tertunda.

Diagnosis Stunting

Diagnosis stunting melibatkan beberapa tahap dan pemeriksaan untuk memastikan kondisi anak dan mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah proses diagnosis stunting yang umumnya dilakukan:

1. Pengukuran Antropometri

Langkah pertama dalam mendiagnosis stunting adalah pengukuran antropometri, yang meliputi:

  • Pengukuran tinggi atau panjang badan anak
  • Penimbangan berat badan
  • Pengukuran lingkar kepala dan lingkar lengan atas

Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar pertumbuhan WHO untuk anak seusia. Jika tinggi badan anak berada di bawah -2 standar deviasi dari median, anak didiagnosis mengalami stunting.

2. Riwayat Medis dan Gizi

Dokter akan menggali informasi mengenai:

  • Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
  • Pola makan anak sejak lahir, termasuk pemberian ASI dan MPASI
  • Riwayat penyakit dan infeksi yang pernah dialami anak
  • Pola pertumbuhan anak sejak lahir

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik menyeluruh dilakukan untuk menilai kondisi kesehatan umum anak dan mencari tanda-tanda kekurangan gizi atau penyakit yang mungkin berkontribusi pada stunting.

4. Tes Laboratorium

Beberapa tes laboratorium mungkin diperlukan untuk menilai status gizi dan kesehatan anak, termasuk:

  • Tes darah lengkap untuk memeriksa anemia atau infeksi
  • Pemeriksaan kadar vitamin dan mineral dalam darah
  • Tes fungsi tiroid
  • Pemeriksaan feses untuk mendeteksi infeksi parasit

5. Evaluasi Perkembangan

Penilaian perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik anak juga penting untuk menentukan dampak stunting pada perkembangan keseluruhan anak.

Dampak Jangka Panjang Stunting

Stunting bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kesehatan, perkembangan, dan kualitas hidup individu. Berikut adalah beberapa dampak jangka panjang stunting yang perlu diwaspadai:

1. Penurunan Fungsi Kognitif

Stunting dapat menghambat perkembangan otak anak, yang berdampak pada:

  • Penurunan kemampuan belajar dan prestasi akademik
  • Kesulitan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
  • Risiko lebih tinggi mengalami gangguan perkembangan neurologi

2. Peningkatan Risiko Penyakit Kronis

Individu yang mengalami stunting di masa kecil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit kronis di masa dewasa, termasuk:

  • Obesitas
  • Diabetes tipe 2
  • Penyakit jantung dan pembuluh darah
  • Hipertensi

3. Penurunan Produktivitas Ekonomi

Dampak stunting pada perkembangan kognitif dan kesehatan dapat menyebabkan:

  • Rendahnya tingkat pendidikan yang dicapai
  • Berkurangnya kesempatan kerja dan penghasilan di masa dewasa
  • Produktivitas kerja yang lebih rendah

4. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh

Stunting dapat melemahkan sistem imun, menyebabkan:

  • Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
  • Pemulihan yang lebih lambat dari penyakit
  • Risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi dari penyakit infeksi

5. Dampak pada Kesehatan Reproduksi

Pada wanita, stunting dapat menyebabkan:

  • Peningkatan risiko komplikasi kehamilan dan persalinan
  • Risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
  • Perpetuasi siklus malnutrisi antar generasi

Cara Mencegah Stunting

Pencegahan stunting memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari perbaikan gizi hingga peningkatan sanitasi dan akses layanan kesehatan. Berikut adalah langkah-langkah kunci dalam mencegah stunting:

1. Perbaikan Gizi Ibu Hamil

Memastikan ibu hamil mendapatkan nutrisi yang cukup sangat penting untuk mencegah stunting sejak dalam kandungan. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Konsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya protein, zat besi, asam folat, dan kalsium
  • Suplementasi vitamin dan mineral sesuai anjuran dokter
  • Pemeriksaan kehamilan rutin untuk memantau pertumbuhan janin dan kesehatan ibu

2. Pemberian ASI Eksklusif

ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Langkah-langkah untuk mendukung pemberian ASI eksklusif meliputi:

  • Edukasi tentang manfaat dan teknik menyusui yang benar
  • Dukungan dari keluarga dan lingkungan untuk ibu menyusui
  • Kebijakan yang mendukung pemberian ASI di tempat kerja

3. Pengenalan MPASI yang Tepat

Setelah 6 bulan, pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat sangat penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

  • Memulai MPASI pada usia yang tepat (6 bulan)
  • Memberikan makanan yang beragam dan kaya nutrisi
  • Meningkatkan konsistensi dan jumlah makanan secara bertahap sesuai usia anak

4. Perbaikan Sanitasi dan Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang bersih dan sehat penting untuk mencegah infeksi yang dapat menyebabkan stunting. Upaya yang dapat dilakukan meliputi:

  • Penyediaan akses air bersih dan sanitasi yang layak
  • Edukasi tentang praktik kebersihan seperti mencuci tangan dengan sabun
  • Pengelolaan sampah dan limbah yang baik

5. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pemantauan rutin pertumbuhan dan perkembangan anak dapat membantu deteksi dini stunting. Langkah-langkah yang dapat diambil:

  • Kunjungan rutin ke posyandu atau fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan pertumbuhan
  • Imunisasi lengkap sesuai jadwal
  • Pemantauan perkembangan motorik dan kognitif anak

6. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pengasuhan

Edukasi kepada orang tua dan pengasuh tentang praktik pengasuhan yang baik dapat membantu mencegah stunting. Ini meliputi:

  • Pengetahuan tentang gizi seimbang untuk anak
  • Keterampilan stimulasi untuk mendukung perkembangan anak
  • Pemahaman tentang pentingnya pola asuh responsif

Pengobatan dan Penanganan Stunting

Meskipun pencegahan adalah kunci utama dalam mengatasi stunting, penanganan yang tepat dapat membantu meminimalkan dampak stunting pada anak yang telah terdiagnosis. Berikut adalah pendekatan komprehensif dalam pengobatan dan penanganan stunting:

1. Intervensi Gizi

Perbaikan status gizi anak merupakan langkah pertama dan terpenting dalam penanganan stunting:

  • Pemberian makanan tinggi protein dan kaya mikronutrien
  • Suplementasi vitamin dan mineral sesuai rekomendasi dokter
  • Fortifikasi makanan dengan zat gizi penting seperti zat besi, zinc, dan vitamin A

2. Penanganan Penyakit Penyerta

Mengobati penyakit atau infeksi yang mungkin berkontribusi pada stunting:

  • Pengobatan infeksi parasit atau bakteri
  • Manajemen penyakit kronis yang mungkin menghambat pertumbuhan
  • Perawatan untuk masalah pencernaan yang mengganggu penyerapan nutrisi

3. Stimulasi Tumbuh Kembang

Memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung perkembangan fisik dan kognitif anak:

  • Program stimulasi dini yang melibatkan permainan dan aktivitas fisik
  • Terapi wicara atau okupasi jika diperlukan
  • Dukungan psikososial untuk anak dan keluarga

4. Edukasi dan Pemberdayaan Keluarga

Melibatkan keluarga dalam proses penanganan stunting:

  • Edukasi tentang pola makan sehat dan praktik pengasuhan yang baik
  • Pelatihan keterampilan memasak makanan bergizi
  • Dukungan untuk meningkatkan kondisi sanitasi dan kebersihan di rumah

5. Pemantauan Pertumbuhan Intensif

Melakukan pemantauan pertumbuhan secara teratur dan intensif:

  • Pengukuran antropometri rutin untuk memantau perkembangan tinggi dan berat badan
  • Evaluasi perkembangan motorik dan kognitif secara berkala
  • Penyesuaian rencana penanganan berdasarkan respons pertumbuhan anak

6. Intervensi Berbasis Komunitas

Melibatkan komunitas dalam upaya penanganan stunting:

  • Program edukasi gizi berbasis masyarakat
  • Peningkatan akses terhadap makanan bergizi melalui program bantuan pangan
  • Perbaikan fasilitas sanitasi dan air bersih di tingkat komunitas

Mitos dan Fakta Seputar Stunting

Terdapat beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai stunting. Penting untuk memahami fakta yang sebenarnya agar dapat melakukan pencegahan dan penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta seputar stunting:

Mitos 1: Stunting hanya masalah tinggi badan

Fakta: Stunting bukan hanya tentang tinggi badan yang kurang, tetapi merupakan indikator kekurangan gizi kronis yang mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak secara keseluruhan.

Mitos 2: Stunting hanya terjadi pada keluarga miskin

Fakta: Meskipun kemiskinan meningkatkan risiko stunting, kondisi ini dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat jika praktik pemberian makan dan pengasuhan tidak tepat.

Mitos 3: Stunting tidak dapat diperbaiki setelah usia 2 tahun

Fakta: Meskipun periode kritis untuk mencegah stunting adalah 1000 hari pertama kehidupan, intervensi yang tepat masih dapat membantu memperbaiki kondisi anak stunting bahkan setelah usia 2 tahun.

Mitos 4: Anak gemuk tidak mungkin stunting

Fakta: Stunting dapat terjadi bersamaan dengan kelebihan berat badan. Ini disebut "double burden of malnutrition" di mana anak kekurangan zat gizi mikro namun kelebihan kalori.

Mitos 5: Stunting adalah masalah genetik yang tidak dapat dicegah

Fakta: Meskipun genetik dapat mempengaruhi tinggi badan, stunting sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan dan gizi yang dapat dicegah dan ditangani.

FAQ Seputar Stunting pada Anak

1. Apakah stunting dapat disembuhkan?

Stunting tidak dapat "disembuhkan" dalam arti mengembalikan pertumbuhan yang hilang sepenuhnya, tetapi intervensi yang tepat dapat membantu memperbaiki kondisi anak dan meminimalkan dampak jangka panjangnya.

2. Pada usia berapa stunting dapat dideteksi?

Stunting umumnya mulai terlihat pada usia 6 bulan dan menjadi lebih jelas pada usia 2 tahun. Namun, pemantauan pertumbuhan sejak lahir penting untuk deteksi dini.

3. Apakah anak stunting akan tetap pendek saat dewasa?

Tidak selalu. Dengan intervensi yang tepat dan dukungan gizi yang baik, beberapa anak dapat mengalami "catch-up growth" dan mencapai tinggi badan normal saat dewasa.

4. Bagaimana cara membedakan anak stunting dengan anak yang memang bertubuh pendek karena genetik?

Stunting biasanya disertai dengan tanda-tanda kekurangan gizi lainnya dan keterlambatan perkembangan. Pemeriksaan medis dan riwayat pertumbuhan dapat membantu membedakannya dari perawakan pendek genetik.

5. Apakah pemberian suplemen dapat mencegah stunting?

Suplemen dapat membantu, terutama dalam kasus kekurangan mikronutrien spesifik, tetapi harus diimbangi dengan pola makan seimbang dan praktik pengasuhan yang baik.

Kesimpulan

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kompleks dan memerlukan pendekatan multisektor untuk mengatasinya. Pemahaman yang mendalam tentang penyebab, faktor risiko, dan dampak jangka panjang stunting sangat penting dalam upaya pencegahan dan penanganannya.

Pencegahan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan dan berlanjut hingga anak berusia minimal 2 tahun. Ini melibatkan perbaikan gizi ibu hamil dan anak, peningkatan praktik pengasuhan, perbaikan sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan.

Bagi anak yang telah terdiagnosis stunting, penanganan komprehensif yang melibatkan intervensi gizi, penanganan penyakit penyerta, stimulasi tumbuh kembang, dan dukungan psikososial dapat membantu meminimalkan dampak jangka panjangnya.

Dengan komitmen bersama dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga, kita dapat menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif, bebas dari ancaman stunting. Investasi dalam pencegahan dan penanganan stunting bukan hanya investasi dalam kesehatan anak, tetapi juga investasi dalam masa depan bangsa.

Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya