23 Persen Bayi di RI Lahir Stunting, Intevensi Perlu Dilakukan Sejak Remaja

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan 23 persen bayi yang lahir dalam keadaan stunting.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2022, 10:31 WIB
Diterbitkan 14 Des 2022, 10:00 WIB
Tips Menangani Ibu Hamil Tidak Banyak Berkeringat
Ilustrasi Kehamilan Credit: pexels.com/Allef

Liputan6.com, Jakarta Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan 23 persen bayi yang lahir dalam keadaan stunting. Salah satu penyebabnya adalah kondisi gizi sang ibu saat remaja yang kurang baik. Hal ini termasuk tingginya angka anemia saat masih remaja dan hamil.

Guna menurunkan angka stunting, salah satu upayanya adalah dengan melakukan intervensi sebelum lahir yakni dilakukan pada remaja putri dan ibu hamil.

“Kita ingin memastikan bahwa angka 23 persen ini turun melalui gerakan bumil sehat. Kita saat ini fokus pada sebelum lahir sehingga awal kehidupan bisa diawali dengan baik untuk anak,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia, sebanyak 17,3 persen ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). Lalu, ada juga 28 persen ibu hamil memiliki risiko komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian.

“Intervensi spesifik dilakukan melalui ibu hamil mendapatkan Tablet tambah Darah selama kehamilan, ibu hamil mengonsumsi makanan sesuai rekomendasi serta ibu hamil kurang gizi mendapatkan asupan gizi tambahan. Ini semua diberikan dan dipantau melalui pemeriksaan kehamilan rutin dan kelas ibu hamil” lanjut Endang mengutip keterangan resmi Kemenkes. 

 

Kamanye Gerakan Ibu Hamil Sehat di 10 Ribu Puskesmas

Beberapa Kondisi yang Membutuhkan Tindakan Induksi Persalinan
Ilustrasi Pemeriksaan Kehamilan Credit: pexels.com/Mart

Kampanye gerakan Ibu hamil Sehat berlangsung mulai 14 Desember hingga 22 Desember 2022. Sasarannya adalah ibu hamil melalui aktivitas gerakan pemeriksaan ibu hamil minimal 6 kali selama kehamilan termasuk 2 kali dengan dokter dan USG, Semarak Kelas Ibu Hamil (makan bersama, minum tablet tambah darah dan dukungan keluarga/suami), serta Apresiasi dan dukungan Bumil Sehat.

Diharapkan 10.000 puskesmas dan layanan kesehatan lain, serta 1.000 tempat umum serempak melaksanakan kampanye gerakan bumil sehat termasuk tempat-tempat di mana ibu hamil bekerja.

Stunting

Risiko Keguguran Lebih Tinggi
Ilustrasi Kelebihan Berat Badan saat Hamil Credit: unsplash.com/Ellyas

Dokter anak konsultan neonatologi Rinawati Rohsiswatmo mengatakan bahwa stunting adalah stuned atau perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronik dan biasanya diawali dengan penurunan berat badan (weight foltering).

Perawakan pendek disebabkan kekurangan nutrisi jangka panjang atau infeksi berulang biasanya diawali dengan gagal tumbuh dan kenaikan berat badan tidak sesuai.

Kasus stunting 20 persennya terjadi sejak anak dalam kandungan. Selebihnya, terjadi setelah anak dilahirkan dengan rincian sebagai berikut:

-Terjadi dalam 6-24 bulan kehidupan 50 persen.

-Terjadi pada tahun ketiga 10 persen.

Di kesempatan berbeda Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SP. OG. (K) menyampaikan bahwa faktor-faktor yang meningkatkan risiko bayi lahir stunting sudah sangat jelas.

Maka dari itu, untuk menurunkan angka bayi lahir stunting salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menghindari faktor-faktor risikonya. Salah satunya dengan memastikan bahwa kondisi tubuh sebelum memiliki keturunan prima dan bebas dari anemia.

Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya