Dapatkah Seseorang Hidup Hanya dengan Satu Paru?

Normalnya, manusia memiliki dua buah paru-paru. Namun, adakalanya operasi pengangkatan paru diperlukan yang membuat orang tersebut hanya memiliki satu paru saja untuk menopang hidupnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2023, 14:00 WIB
Membahayakan Paru-Paru
Dapatkah Seseorang Hidup Hanya Dengan Satu Paru? Credit: pexels.com/Robina

Liputan6.com, Jakarta - Paru-paru merupakan salah satu organ tubuh vital. Normalnya, manusia memiki dua buah paru-paru (sebelah kanan dan kiri). Kedua paru bekerja membantu manusia bernapas dengan baik.

Paru-paru bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke dalam tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen dibutuhkan sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. Sementara karbon dioksida yang bersifat toksik terhadap jantung dikeluarkan melalui hidung.

Meskipun demikian, ternyata manusia dapat hidup walau hanya dengan satu paru. Dokter menyebut operasi untuk mengangkat paru-paru sebagai pneumonektomi.

Pneumonektomi adalah operasi pengangkatan salah satu dari dua paru-paru, dikutip dari situs Verywell Health. Selama pneumonektomi, seorang ahli bedah membuat sayatan di sisi dada yang paling dekat dengan paru-paru yang perlu diangkat.

Meski umumnya dapat berfungsi hanya dengan satu paru, tetapi untuk melakukan pneumonektomi dengan cara yang paling aman, pengujian ekstensif harus dilakukan sebelum operasi untuk memastikan paru-paru yang tersisa akan dapat mempertahankan oksigenasi bagi tubuh.

Pemindaian ventilasi dan perfusi paru dapat dilakukan untuk menunjukkan seberapa baik fungsi masing-masing paru dalam hal suplai darah ke paru dan berapa banyak udara yang dapat dihirup. Jika hasil tes aman dan paru yang tersisa dapat berfungsi dengan baik, pneumonektomi dapat dilakukan.

Kanker paru adalah alasan paling umum pengangkatan salah satu paru. Kanker ini biasanya muncul di paru-paru, tetapi bisa juga terjadi ketika tumor menyebar dari bagian lain tubuh ke paru.

Alasan Lain Dilakukan Pneumonektomi

ilustrasi paru-paru/credit pixabay/kalhh
ilustrasi paru-paru/credit pixabay/kalhh

Meskipun demikian, tidak semua orang yang menderita kanker paru perlu melakukan pneumonektomi. Prosedur ini dapat menjadi pilihan bagi penderita tumor yang sangat besar atau tumbuh di dekat pusat paru-paru.

Sementara itu, masalah kesehatan lain yang mungkin memerlukan pneumonektomi menurut situs WebMD meliputi:

-Cedera serius pada paru-paru, misalnya cedera akibat benda tumpul atau sesuatu yang menembus paru-paru

-Penyakit paru-paru yang dimiliki sejak lahir (bawaan)

-Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

-Tuberkulosis (TBC)

-Infeksi jamur di paru-paru

-Bronkiektasis, yaitu kondisi ketika dinding saluran udara menebal dan luka.

Meski bermanfaat, pneumonektomi adalah prosedur bedah agresif yang dapat membawa kemungkinan risiko komplikasi serius. Beberapa komplikasi yang dapat muncul menurut situs Verywell Health adalah:

1. Aritmia Jantung

Setelah pneumonektomi, jantung mungkin mengalami ritme abnormal, yang paling sering yaitu fibrilasi atrium. Dalam ritme ini, bagian atas jantung (atrium) berdetak terlalu cepat, menyebabkan detak jantung terlalu cepat dan tidak teratur.

2. Pneumonia

Ilustrasi Tuberkulosis
Ilustrasi Paru-Paru

Peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi yang terjadi pada satu paru yang tersisa sering terjadi setelah pneumonektomi. Hal ini disebabkan oleh risiko bakteri memasuki paru-paru saat dirawat di rumah sakit dan menjalani beberapa prosedur medis.

3. Emboli Paru

Emboli paru adalah gumpalan darah yang bersarang di pembuluh darah di paru-paru. Ini bisa menjadi komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa setelah dilakukannya pneumonektomi.

4. Edema Paru

Ini adalah kondisi di mana cairan terkumpul di paru-paru, menyebabkan sesak napas. Pertukaran gas yang memadai mungkin sulit terjadi, sehingga dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.

5. Empiema

Setelah paru-paru diangkat, ruang yang tertinggal dapat terisi dengan cairan. Ada kemungkinan cairan ini bisa terinfeksi. Infeksi ini dapat menyebabkan area yang dipenuhi nanah, yang disebut empiema, terbentuk.

6. Bronchopleural Fistula (BPF)

Bronchopleural fistula adalah lubang penghubung yang terbentuk antara lapisan paru-paru (pleura) dan jalan napas. Ini bisa terjadi setelah pneumonektomi.

Dapat Menjalankan Aktivitas Normal

Cara Mengatasi Hypnic Jerk
Ilustrasi Latihan Pernapasan Credit: pexels.com/Karolina

Seseorang yang baru saja menjalani operasi penumonektomi biasanya harus opname di rumah sakit selama satu atau dua minggu sehingga tim medis dapat mengawasi detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah serta memeriksa kemungkinan infeksi.

Setelah pulih dari operasi dan pulang ke rumah, seseorang yang melakukan pneumonektomi dapat menjalani kehidupan yang cukup normal dengan satu paru saja. Ia masih dapat melakukan tugas normal sehari-hari tanpa masalah.

Meskipun demikian, kapasitas paru-paru akan menjadi setengah dari yang sebelumnya, sehingga Anda mungkin lebih sering kehabisan napas, terutama ketika berolahraga.

Anda dapat berkonsultasi dengan seorang terapis pernapasan untuk mempelajari latihan pernapasan khusus yang perlu dilakukan beberapa kali sehari. Ini membantu memperkuat pernapasan dan menghilangkan cairan yang menumpuk dari operasi.

Jika Anda memiliki gangguan yang memengaruhi paru yang tersisa, misalnya emfisema (gangguan paru yang menyebabkan sesak napas) atau bronkitis kronis, Anda mungkin akan merasa lebih sulit mengatur napas dibanding sebelumnya.

Hubungi dokter jika Anda demam, batuk, atau mengalami pembengkakan, dan rasa sakit yang semakin parah. Segera cari bantuan jika mengalami nyeri dada, nyeri saat bernapas, sesak napas, atau masalah pernapasan lainnya.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 9 Pertimbangan untuk WFO Saat Kasus Covid-19 Melandai. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 9 Pertimbangan untuk WFO Saat Kasus Covid-19 Melandai. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya