Liputan6.com, Jakarta - Kylie Jenner membicarakan perjuangannya dengan postpartum depression atau depresi pasca persalinan, yaitu gangguan suasana hati yang mempengaruhi para ibu setelah mereka melahirkan seperti dilansir dari Healthline.
Dalam sebuah wawancara dengan Vanity Fair Italy, Kylie Jenner yang melahirkan anak pertamanya pada umur 20 tahun mengakui bahwa dia mengalami depresi pascapersalinan setelah kedua kehamilannya.
Baca Juga
Adik Kendall Jenner tersebut telah melahirkan dua anak, Stormi pada 2018 dan Aire pada 2022.Â
Advertisement
"Aku telah mengalaminya (Postpartum Depression). Dua kali. Yang pertama sangat sulit, yang kedua lebih mudah kuatur," katanya.
Saran Kylie Jenner untuk Pejuang Depresi Pascapersalinan
Mantan kekasih Travis Scott tersebut berbagi saran dengan para ibu baru yang sedang berjuang melawan Postpartum Depression.
Menurutnya, para ibu tidak perlu memikirkan banyak hal dan dapat menerima semua emosi yang datang dengan baik.
"Bertahanlah pada perasaan tersebut, meskipun itu menyakitkan," dia menambahkan.Â
Kylie mengatakan, wajar jika pada saat-saat seperti itu rasanya kesulitan tidak akan berlalu, bahwa para ibu merasa dirinya tidak akan pernah sama seperti sebelumnya lagi.
"Perasaan itu tidak benar. Hormon, emosi pada masa ini memang terasa jauh lebih kuat dan besar daripada Anda,"Â ujar anak Kris Jenner tersebut.
Mengenal Depresi Pascapersalinan
Depresi pascapersalinan disebabkan oleh kombinasi sejumlah faktor, termasuk ketidakseimbangan hormonal, kurang tidur, stres, dan dukungan sosial yang tidak mencukupi, berdasarkan laman Healthline.
Menurut dokter anak dan direktur medis Aeroflow Breastplumps, Jessica Madden, persalinan dapat memicu emosi negatif seperti putus asa, kekosongan, dan kesepian.
"Dalam perasaan yang lebih ekstrem, beberapa ibu dapat merasa anak mereka lebih baik tanpa mereka,"Â katanya.
Jessica mengungkap bahwa meskipun beberapa orang hanya mengalami gejala ringan, yang lain mungkin mengalami masalah yang lebih serius.
Postpartum Depression dan Baby Blues Mana yang Bahaya
Berdasarkan laman Healthline, kondisi ini adalah perkembangan dari baby blues. Baby blues dapat hilang dalam waktu seminggu, tapi dapat berkembang menjadi depresi pascapersalinan jika berlangsung lebih dari dua minggu.Â
Dokter obgyn di Pediatrix Medical Group, Suzy Lipinski, berpendapat bahwa pasca persalinan merupakan komplikasi kehamilan yang relatif kurang diteliti, dan efeknya dapat bervariasi antara individu.Â
Berdasarkan pernyataan Suzy, beberapa orang mungkin tidak mengalaminya hingga beberapa bulan setelah melahirkan atau setelah anak kedua atau ketiga.Â
"Para ibu yang memiliki riwayat depresi, komplikasi selama kehamilan atau persalinan, kehamilan yang tidak direncanakan, ketidakamanan finansial, dan kurangnya dukungan sosial berisiko lebih tinggi mengalami depresi pasca persalinan," katanya.
Advertisement
Stigma pada Para Ibu yang Mengalami Depresi Pascapersalinan
Stigma kuat terkait depresi pascapersalinan seringkali diberikan kepada para ibu, seperti tidak bersyukur atas kehadiran anak, dan lain-lain.Â
Menurut Jessica, stigma tersebut tidak seharusnya ada karena wajar bagi para ibu jika terkejut ketika mengalaminya.Â
Ia mengungkap, banyak wanita menunda perawatan dan tidak pernah meminta bantuan karena merasa malu dan salah.
"Dengan berbicara tentang pengalaman pribadinya dengan depresi pascapersalinan, Kylie Jenner membantu 'menormalisasi' depresi pasca melahirkan dan juga menyebarkan kesadaran," ungkap Jessica.Â
Penelitian menunjukkan ketika selebritas membuka diri tentang perjuangan kesehatan mental mereka, mereka mempengaruhi orang lain untuk berbicara dan mencari bantuan.Â
"Semakin banyak ibu baru mengetahui tentang apa yang harus dicari dan apa pilihan pengobatan yang tersedia, semakin baik peluang mereka untuk mencari bantuan ketika dibutuhkan," tutur Suzy.Â
Suzy percaya, satu-satunya cara mengurangi stigma adalah dengan berbicara dan menunjukkan di mana wanita bisa mendapatkan bantuan.
Kiat Menangani Depresi Pascapersalinan
Menurut dokter obgyn di Amerika Serikat, Sherry Ross, ada langkah pencegahan yang dapat diambil selama kehamilan berikutnya untuk menghindari mengalami lagi para ibu yang memiliki riwayat depresi pasca melahirkan.Â
"Menemui terapis sepanjang kehamilan adalah langkah pertama dalam mengendalikan emosi Anda," saran Sherry.
Sherry juga menyarankan untuk membangun tim pendukung yang kuat, termasuk pasangan Anda, terapis, penyedia layanan kesehatan, dan orang lainnya yang dapat membantu.
"Perempuan yang menderita depresi semacam ini perlu mengakui dan bersikap komunikatif tentang perasaan mereka, serta menggunakan tim pendukung mereka secara teratur," kata Sherry.
Ia percaya, olahraga juga dapat meningkatkan kesehatan mental, meningkatkan kualitas tidur, dan meringankan depresi.
Sherry mengungkap, waktu pemulihan bisa memakan waktu antara tiga hingga enam bulan - dan terkadang bahkan lebih lama.
"Sangat penting (bagi para ibu) untuk beristirahat, meminta bantuan, dan mengetahui bahwa depresi pasca melahirkan akan teratasi dengan waktu dan kesabaran. Ini adalah sesuatu yang tidak boleh Anda alami sendirian," ia menambahkan.
Advertisement