Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masuk ke dalam 3 besar negara dengan jumlah pasien Tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia setelah India dan China.
Menurut Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, TBC terkadang diremehkan. Padahal, apabila terjadi komplikasi dan berubah menjadi radang otak, anak yang tadinya terlihat normal, bisa lumpuh dan cacat seumur hidup.
Baca Juga
"Tentu saja ini merugikan kita semua, termasuk negara. Kita kehilangan satu anak calon pemimpin masa depan. Jadi, TBC harus menjadi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai,"Â kata Piprim melalui Media Briefing Virtual yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia pada Senin, (20/03).
Advertisement
TBC Adalah Penyakit Menular yang Harus Diwaspadai
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosis. Sama seperti COVID-19, penularan TBC dapat terjadi melalui percikan air ludah. Sehingga, orang yang berada di sekitar orang TBC berisiko tinggi akan tertular.Â
Tak hanya mengenai paru-paru, TBC juga bisa mengenai organ lain, seperti otak, tulang, usus, dan mata.
Untuk TBC yang hanya berada di area paru-paru disebut TBC Paru. Sedangkan, jenis yang mengenai organ tubuh lainnya disebut TBC Ekstra Paru.
Apa Saja Gejala Tuberkulosis?
Apa saja gejala Tuberkulosis khususnya pada anak dan remaja?
Ketua UKK Respirologi IDAI, Rina Triasih, mengungkapkan gejala paling umum pada anak yang terkena TBC adalah demam yang tak kunjung henti.
"Demam TBC bukan demam yang tinggi. Hanya hangat, tapi berlangsung lebih dari dua minggu," kata Rina.
Gejala TBC Lain pada Anak yang Harus Diwaspadai
Â
Dikatakan Rina, apabila sudah diberi berbagai obat mulai dari antibiotik hingga obat malaria tidak sembuh juga, harus diwaspadai anak terkena TBC.
Gejala lainnya adalah berat badan. Apabila berat badan turun atau terus menetap setelah diberikan porsi makan yang baik, bisa jadi itu merupakan gejala TBC.Â
Apabila anak terlihat lesu dan tidak seaktif biasanya, disertai dengan batuk terus menerus, hal ini mungkin merupakan gejala TBC.Â
Rina kemudian mengingatkan bahwa apabila anak mengalami gejala-gejala tersebut, tidak bisa langsung didiagnosis sebagai TBC.Â
"Namun, terkadang gejala ini juga dijumpai di penyakit lainnya. Jadi, tidak mudah untuk mendiagnosis TBC pada anak,"Â katanya.
Advertisement
Jangan Remehkan Penyakit TBC pada Anak
Tak jarang penyakit TBC pada anak dan remaja diremehkan. Padahal, banyak pasien TBC di luar sana yang berhadapan dengan risiko kematian.
Rina menjelaskan bahwa memang TBC pada anak umumnya lebih sulit untuk menular. Hal ini terjadi karena jumlah bakteri tergolong sedikit.Â
"Pada TBC paru yang ringan, tidak terjadi luka jaringan yang terbuka. Pada anak-anak, jaringan parunya masih utuh dan bakterinya nggak banyak. Jadi tidak terlalu menular," kata Rina.
Namun, tidak seharusnya diremehkan karena dapat membahayakan anak itu sendiri.Â
Berbeda dengan anak-anak, TBC pada remaja sangat mudah untuk menular.
"Banyak pasien TBC remaja yang sampai sekarang belum mendapat banyak perhatian. Padahal, tipe TBC yang mereka alami mirip sama seperti orang dewasa. Itu berisiko tinggi menularkan ke orang-orang di sekitarnya," ujar Rina.
Bisakah Penyakit TBC Disembuhkan?
Rina mengungkapkan kabar gembira. Ternyata, penyakit TBC bisa disembuhkan.
Obat pertama TBC telah ditemukan sejak 1940. Namun, proses pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Proses pengobatan di Indonesia saat ini minimal enam bulan. Obatnya harus diminum setiap hari secara teratur dan dosisnya harus tepat," kata Rina.
Jenis Obat TBC yang Harus Diminum
Jenis obat yang dibutuhkan pun bukan hanya satu jenis, tetapi sampai dua hingga tiga obat.
Berbeda dengan TBC Paru biasa, TBC Ekstra Paru membutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama. Proses pengobatan TBC Ekstra Paru, seperti TBC otak atau TBC tulang, bisa sampai 12 bulan atau lebih.
Rina, menambahkan, tenaga medis di luar negeri sedang mengusahakan metode pengobatan TBC yang lebih efektif dan cepat.
Advertisement