Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini viral praktik pengobatan alternatif yang dilakukan oleh wanita asal Kalimantan Timur yakni Ida Dayak. Kabar mengenai keampuhan pengobatannya semakin meluas. Masyarakat berbondong-bondong minta pertolongan untuk disembuhkan.
Ketua Dewan Pakar Indonesian Orthopaedic Association (PABOI) dan Ketua Kolegium Ortopedi dan Traumatologi 2019-2022, Prof. Dr. dr. Ferdiansyah, Sp.OT(K), menanggapi fenomena ini.
Baca Juga
Menurutnya, ini bukan merupakan kali pertama fenomena pengobatan alternatif muncul. Fenomena ini terjadi, kata Ferdiansyah, karena banyak masyarakat Indonesia yang punya penyakit kronis belum bisa disembuhkan dengan terapi medis.
Advertisement
Oleh karena itu, masyarakat cenderung mencari metode pengobatan lain yang bisa menyembuhkan.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak masyarakat kita yang rentan. Rentan yang artinya punya penyakit kronis atau cacat yang belum bisa disembuhkan dengan terapi medis,” kata Ferdiansyah dalam Media Briefing Virtual yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Rabu (5/4).
“Mereka pasti akan selalu mencari metode pengobatan alternatif agar bisa sembuh,” tambahnya.
Harus Ada Monitoring dan Evaluasi
Ferdiansyah menekankan metode pengobatan apapun harus ada monitoring dan evaluasi terhadap efektivitasnya.
“Seharusnya apapun yang dikerjakan itu ada monitoring dan evaluasi untuk efektivitasnya. Tanpa itu, nanti kita berasumsi dan itu tidak bagus,” Ferdiansyah menjelaskan.
Jumlah Layanan Ortopedi yang Terbatas Jadi Salah Satu Penyebabnya
Ferdiansyah mengungkap penyebab lain maraknya warga memilih pengobatan alternatif adalah jumlah layanan ortopedi yang masih sangat terbatas.
“Jumlah dokter ortopedi saat ini memang belum banyak, baru sekitar 1.400 hingga 1.500 di Indonesia. Fenomena pengobatan alternatif terjadi karena kurangnya rasio dokter dibanding pasien,” ungkap Ferdiansyah.
Dia menambahkan, permasalah lain yang memperburuk keadaan adalah penyebaran dokter ortopedi yang tidak merata.
“Permasalahan lainnya adalah penyebarannya tidak merata. Hampir semua dokter menumpuk di Jakarta, jadi di daerah sangat kurang. Ini merupakan salah satu penyebab fenomena ini,” tambahnya.
Menurut Ferdiansyah, tugas utama saat ini adalah menambah jumlah ortoped dan pendistribusian dokter yang merata ke seluruh Indonesia.
Advertisement
Pengobatan Alternatif Berpotensi Baik, Harus Teruji Secara Medis
Lebih lanjut, Ferdiansyah mengatakan, ilmu terus berkembang. Tidak ada satupun yang bisa mengklaim ilmu mereka yang paling baik.
Menurut Ferdiansyah, pengobatan-pengobatan yang ada sekarang perlu dibuktikan karena tidak menutup kemungkinan akan terbukti bagus. Namun, untuk sampai ke sana jangan sampai mengorbankan pasien.
Yang perlu dilakukan adalah pembuktian efikasi pengobatan dan sumber ilmu yang jelas.
“Harus terbukti efikasinya bagus dan termonitoring. Perlu dipastikan juga apakah sumber ilmunya terstandar dan terstruktur. Jika iya, kita bisa meningkatkan ilmu kedokteran dengan pengobatan-pengobatan baru itu,” jelasnya.
Dengan begitu, semua pihak bisa diuntungkan. Baik itu masyarakat maupun negara bisa memiliki kompartemen baru di bidang kesehatan.
Bersama-sama Mengevaluasi
Enggan memberi konklusi pribadi, Ferdiansyah mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengevaluasi fenomena ini.
Menurutnya, yang terpenting adalah metode pengobatan yang digunakan sudah tersaintifikasi atau diilmiahkan.
“Mari sama-sama kita lihat dan evaluasi. Fenomena ini kan tidak hanya terjadi sekali, tetapi berkali-kali. Yang paling penting bagi kita adalah metode pengobatan sudah tersaintifikasi,” ungkap Ferdiansyah.
“Tugas kita adalah sama-sama mencari bukti ilmiah," lanjutnya.
"Dicari dulu buktinya, apakah memang bisa menyembuhkan atau tidak. Daripada berasumsi seperti ini, mari kita buktikan bersama-sama,” tutup Ferdiansyah.
Advertisement