Gejala Rabies pada Manusia dan Cara Penanganan Jika Telanjur Digigit Anjing Liar

Rabies tak hanya dapat memengaruhi kesehatan hewan, melainkan dapat menular ke manusia lewat gigitan anjing liar yang belum mendapatkan vaksinasi.

oleh Diviya Agatha diperbarui 03 Jun 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi anjing liar. (Unsplash/Heshan Weeramanthri)
Rabies dapat ditularkan ke manusia dari anjing liar lewat gigitan. Adapun beberapa gejala rabies yang bisa diwaspadai dan cara penanganan jika telanjur kena gigit. (Unsplash/Heshan Weeramanthri)

Liputan6.com, Jakarta Rabies dapat menjadi tantangan besar untuk Indonesia. Sebab, rabies tak hanya dapat memengaruhi kesehatan hewan, melainkan bisa ikut menular ke manusia lewat gigitan anjing.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun menjelaskan gejala rabies pada manusia yang bisa diwaspadai.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, Dr Imran Pambudi mengungkapkan ada beberapa gejala rabies yang bisa muncul usai seseorang terkena gigitan anjing liar.

"Pada tahapan awal itu timbul demam, lemas, lesu, insomnia, sakit kepala hebat. Kemudian sering ditemukan nyeri (karena sakit tenggorokan), ini yang akhirnya membuat kaku sehingga dia tidak bisa menelan," ujar Imran dalam konferensi pers yang berlangsung Jumat, (2/6/2023).

"Setelah itu akan lanjut ke rasa kesemutan, panas di lokasi gigitan, kemudian timbul fobia yaitu hidrofobia, dia takut air. Kemudian aerofobia, dan fotofobia. Jadi dia takut dengan cahaya. Akhirnya bisa meninggal dunia," sambungnya.

Pasien Rabies Berat Harus Isolasi

Imran mengungkapkan bahwa karena gejala-gejala berupa fobia itulah, pasien rabies yang masuk kategori berat harus melakukan isolasi. Saat tidak isolasi di tempat yang tempat, pasien rabies bisa menjadi ganas karena kehilangan kendali.

"Tata laksana pada orang yang sudah masuk ke gejala rabies yang berat itu mereka harus diterapkan isolasi di rumah sakit di ruang yang gelap karena mereka takut kena cahaya. Kalau kena cahaya mereka akan meraung-raung jadi ganas," kata Imran.

Hal yang Harus Dilakukan Jika Kena Gigit Anjing Liar

FOTO: Pemberian Vaksin Anti-Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan
Dr Imran Pambudi menjelaskan ada cara penanganan usai terkena gigitan anjing akan bergantung pada separah apa kategori risikonya. Namun, penting untuk langsung memeriksakan kondisi. Foto diambil saat warga membawa anjing untuk disuntik vaksin antirabies secara gratis di kawasan Tebet, Jakarta, Selasa (16/11/2021). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, Imran mengungkapkan bahwa tata laksana penyakit rabies pada manusia tergantung pada kategori risikonya. Pada kategori risiko rendah, pasien tidak perlu mendapatkan VAR (vaksin anti rabies) atau SAR (serum anti rabies).

"Kalau di manusia itu nanti akan kita lihat dia masuk kategori satu (rendah), atau kategori dua dan tiga (tinggi). Kategori satu itu pada orang-orang yang terjadi kontak terjilat. Itu terjilat oleh hewan yang kita duga rabies tapi tidak ada luka. Kategori satu tidak perlu diberikan vaksin dan serum," kata Imran.

"Kategori dua itu adalah tercakar tapi tidak sampai berdarah, kalau kategori tiga sudah berdarah ada luka terbuka. Maka dia harus diberikan VAR dan SAR."

Imran menambahkan usai terkena gigitan anjing, pasien sebaiknya langsung memeriksakan kondisi ke fasilitas kesehatan (faskes). Dengan begitu, area yang terkena gigitan bisa langsung dicuci bersih dengan prosedur yang sesuai.

"Harus sesegera mungkin begitu digigit itu ke faskes untuk dilakukan cuci luka," ujar Imran.

Sebagian Besar Kasus Rabies pada Manusia Terlambat Ditangani

Vaksin Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan di Jakarta
Sebagian besar kasus rabies pada manusia terlambat ditangani. Hal tersebut lantaran banyak orang yang kerap menyepelekan gigitan anjing, terutama jika tak menimbulkan luka. (Foto: merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Imran mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus rabies pada manusia disebabkan karena pasien terlambat untuk memeriksakan kondisi ke fasilitas kesehatan.

Seringkali pasien menyepelekan gigitan anjing, terutama yang tidak menimbulkan luka. Kemudian kepanikan baru muncul saat anjing yang menggigit mereka tiba-tiba mati dan diduga terkena rabies.

"Mereka merasa, 'Ah, ini gigitannya kecil kok. Enggak sampai berdarah kok. Anjingnya juga anjing tetangga yang biasa main dengan saya kok'. Jadi menyepelekan. Sehingga mereka datang pada kondisi yang seringnya itu di atas satu bulan setelah digigit," ujar Imran.

"Artinya kalau sudah satu bulan, kita tidak tahu hewannya seperti apa dan rata-rata mereka baru panik bawa ke faskes setelah tahu anjing yang menggigit itu mati."

Apa Risikonya Jika Digigit Anjing Rabies?

Pemberian Vaksin Anti Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan
Manusia yang digigit oleh anjing rabies berisiko mengalami kerusakan saraf. Foto diambil saat seekor anjing saat disuntikan vaksin anti rabies secara gratis di kawasa Tebet, Jakarta, Sabtu (31/10/2020). (Foto: Liputan6.com/Faizal Fanani)

Seperti diketahui, gigitan dari anjing yang mengalami rabies bisa menimbulkan kerusakan pada saraf manusia. Imran mengungkapkan, letak gigitannya turut berpengaruh dalam menentukan soal risiko kerusakan sarafnya.

"Prinsipnya kalau lokasi gigitannya semakin dekat dengan saraf itu prognosisnya lebih buruk, karena dia akan cepat sampai ke saraf tadi," kata Imran.

Sejauh ini sepanjang 2023, data milik iSIKHNAS melaporkan adanya 234 kasus rabies pada hewan dari 10 provinsi berbeda di Indonesia. Diantaranya Bali, Jambi, Kalimantan Selatan, Lampung, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.

Akhir Mei 2023 lalu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) NTT pun telah melaporkan adanya 46 kasus rabies yang tertular ke manusia.

Infografis Ragam Tanggapan Pengendalian PMK dan Vaksinasi Hewan Ternak. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Pengendalian PMK dan Vaksinasi Hewan Ternak. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya