Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang terinfeksi HIV usai menjalani facial vampir di sebuah spa di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat. Padahal, niat orang-orang yang menjalani facial vampir adalah untuk mengurangi kerutan tapi nyatanya malah ada beberapa orang yang kena HIV.
Facial vampir dikenal juga sebagai facial plasma-rich protein (PRP) — adalah jenis prosedur kosmetik yang menggunakan darah pasien sendiri untuk mengurangi munculnya garis-garis wajah dan kerutan, serta memudarkan kerusakan akibat sinar matahari.
Baca Juga
Prosedur itu dilakukan dengan mengambil sedikit darah dari pasien dikumpulkan. Kemudian, dipisahkan bagian yang kaya protein dan trombosit. Lalu, dimasukkan kembali ke kulit, baik melalui microneedling - yang melibatkan banyak tusukan kecil di dahi dan pipi - atau dengan menyuntikkan darah ke dalam kulit seperti filler.
Advertisement
Berdasarkan data yang disampaikan New Mexico Department of Health (DOH), pada Rabu pekan lau, mereka sudah mengantongi beberapa nama klien dari spa tersebut yang didiagnosis HIV terkait dengan tindakan facial vampir pada 2018.
Ada juga dua kasus lain pada 2019 yang juga terinfeksi HIV usai mendapatkan facial vampir di sana.
Hasil investigasi yang dilakukan Departemen Kesehatan New Mexico menemukan bahwa infeksi HIV yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan layanan facial vampir yang disediakan di spa tersebut.
"Sangat penting bagi kami untuk menyebarkan berita dan mengingatkan orang-orang yang menerima segala jenis suntikan terkait layanan yang disediakan di spa untuk datang untuk tes (HIV) gratis dan rahasia," kata dokter Laura Parajon yang merupakan wakil sekretaris DOH mengutip Insider.
Hati-Hati Lakukan Tindakan Invasif
Berkaca pada kasus di atas, peneliti global health security Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa penting bagi masyarakat serta tenaga kesehatan untuk hati-hati dalam melakukan tindakan yang invasif apalagi menyuntikkan darah.
Dari kasus penularan di atas, berarti ada kontaminasi atau prosedur yang tidak dilakukan dengan baik.
"Jadi, enggak mungkin dari darah sendiri, pasti dari yang lain (sumber penularan HIV)," kata Dicky yang juga pernah menjadi Pengelola Program HIV AIDS di Kementerian Kesehatan RI.
Tenaga Kesehatan Wajib Jalankan Prosedur Universal Precaution
Dicky mengatakan bahwa tindakan seperti vampir facial ini seharusnya dilakukan oleh dokter bedah maupun dokter kulit yang terlatih. Bila dilakukan oleh tenaga profesional terlatih lalu menerapkan prosedur universal precaution, sebenarnya penularan penyakit seperti HIV atau hepatitis B dan C bisa terhindarkan.
Universal precaution merupakan tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi.
"Kasus ini mengingatkan bukan hanya konsumen, tapi tenaga medis bahwa universal precaution itu penting harus dijalankan bukan hanya untuk mencegah penularna HIV tapi juga hepatitis B dan C," kata Dicky lewat pesan suara ke Health Liputan6.com ditulis Senin (10/7/2023).
Advertisement
Penularan HIV Terbanyak Lewat Penggunaan Jarum Suntik Berulang Kali
Berdasarkan pengalaman dalam mengelola program pencegahan penularan HIV-AIDS di Kementerian Kesehatan RI, Dicky mencatat bahwa penularan HIV terbanyak lewat jarum suntik yang dipakai berulang atau digunakan bersama-sama.
"Jadi penularan HIV terutama karena penggunaan jarum suntik secara berbagi jadi bersama-sama. Ini yang paling mendominasi penularan HIV," katanya.
Maka dari itu upaya untuk mencegah penularan HIV diantaranya dengan menghindari pengunaan jarum suntik bersama-sama. Serta memastikan alat yang digunakan untuk prosedur invasif sudah melalui sterilisasi.
Fakta tentang HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah. Maka dari itu, penggunaan jarum berulang rentan menularkan penyakit tersebut.
Selain itu, HIV juga bisa menular dari ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan vagina.
HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selamakehamilan dan persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti mencium,berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau air seperti mengutip WHO.
Orang yang sudah terinfeksi HIV memerlukan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk kedalam stadium AIDS.
Advertisement