Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Lawan Virus Nipah

Virus Nipah berbahaya karena dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Sep 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2023, 14:00 WIB
Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India
Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India. (unsplash.com/@mufidpwt)

Liputan6.com, Jakarta Dua warga India meninggal dunia setelah terinfeksi virus Nipah (NiV) yang mematikan. Virus Nipah adalah virus yang ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis).

Virus ini berbahaya karena dapat pula ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia. Kabar kurang baiknya adalah obat dan vaksin virus Nipah belum ditemukan.

“Saat ini belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk infeksi virus Nipah meskipun WHO telah mengidentifikasi Nipah sebagai penyakit prioritas dalam Cetak Biru Penelitian dan Pengembangan WHO,” mengutip laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (18/9/2023).

Sementara vaksin dan obat spesifik belum ditemukan, dokter dapat melakukan perawatan suportif intensif untuk mengobati komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi virus nipah. Komplikasi tersebut dapat berupa gangguan pernapasan dan masalah neurologis.

“Perawatan suportif intensif dianjurkan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah.”

Pencegahan Infeksi Virus Nipah

Sebagai upaya pencegahan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi virus Nipah pada manusia adalah dengan tindakan pengendalian dari hulu.

Seperti diketahui, virus Nipah menyebar dari hewan seperti babi dan kelelawar. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama wabah Nipah yang melibatkan peternakan babi pada 1999, ditemukan cara yang kemungkinan efektif untuk mencegahnya.

Cara tersebut adalah pembersihan dan disinfeksi peternakan babi secara rutin dan menyeluruh dengan deterjen yang tepat.

“Jika diduga terjadi wabah, kandang hewan harus segera dikarantina. Pemusnahan hewan yang terinfeksi – dengan pengawasan ketat terhadap penguburan atau pembakaran bangkai – mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko penularan virus Nipah ke manusia,” seperti disampaikan WHO.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengenal Virus Nipah

Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India
Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India (AFP/Johannes Eisele)

WHO menambahkan, virus Nipah hanya menyebabkan sedikit wabah di Asia. Namun, virus ini menginfeksi banyak hewan dan menyebabkan penyakit parah serta kematian pada manusia.

Maka dari itu, infeksi virus ini termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat.

Sejarah Penyebaran Virus Nipah

Virus Nipah pertama kali dikenal pada tahun 1999 saat terjadi wabah di kalangan peternak babi di Malaysia. Tidak ada wabah baru yang dilaporkan di Malaysia sejak tahun 1999.

Penyakit ini juga ditemukan di Bangladesh pada 2001. Wabah ini hampir setiap tahun terjadi di negara tersebut sejak saat itu. Penyakit ini juga telah diidentifikasi secara berkala di India bagian timur.

Wilayah lain mungkin berisiko tertular, karena bukti menunjukkan bahwa virus telah ditemukan pada spesies kelelawar Pteropus dan beberapa spesies kelelawar lain di sejumlah negara. Termasuk Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.


Penularan Virus Nipah

Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India
Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India. (unsplash/todd cravens).

Selama wabah pertama yang diketahui terjadi di Malaysia, yang juga melanda Singapura, sebagian besar penularan pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babi.

Virus diduga disebarkan oleh babi yang sakit atau jaringan tubuhnya yang terkontaminasi.

“Penularan diperkirakan terjadi melalui paparan cairan babi yang tidak terlindungi, atau kontak tanpa pelindung dengan jaringan hewan yang sakit,” mengutip laman resmi WHO.

Dalam wabah berikutnya di Bangladesh dan India, babi bukan hewan yang diduga menyebarkan virus. Melainkan kelelawar buah terinfeksi yang meninggalkan air liur atau urine di atas permukaan buah.

Buah-buahan yang terkontaminasi urine dan liur kelelawar kemudian dikonsumsi oleh manusia dan diperkirakan menjadi sumber infeksi terbesar.


Penularan Virus Nipah dari Pasien ke Tenaga Kesehatan dan Keluarganya

Belum Ada Obat dan Vaksin Spesifik untuk Melawan Virus Nipah yang Sedang Melanda India
Petugas memakai masker sebagai antisipasi penularan virus Nipah saat membantu pasien di RS Government Medical College, Kozhikode, Kerala, India Selatan, Kamis (24/5). Tidak ada vaksinasi untuk virus yang memiliki tingkat kematian 70 persen ini. (AP Photo)

Penularan virus Nipah dari manusia ke manusia juga telah dilaporkan di antara keluarga dan perawat pasien yang terinfeksi.

Selama wabah berikutnya di Bangladesh dan India, virus Nipah menyebar langsung dari manusia ke manusia melalui kontak dekat dengan sekret misalnya lendir dan ekskresi misalnya kotoran manusia.

Di Siliguri, India pada 2001, penularan virus juga dilaporkan terjadi di lingkungan layanan kesehatan. Di mana 75 persen kasus terjadi di antara staf rumah sakit atau pengunjung.

Dari tahun 2001 hingga 2008, sekitar setengah dari kasus yang dilaporkan di Bangladesh disebabkan oleh penularan dari manusia ke manusia melalui pemberian perawatan kepada pasien yang terinfeksi.

Maka dari itu, pemerintah India kini melakukan tes virus Nipah pada 700 orang termasuk 153 tenaga kesehatan (nakes).

Infografis Yuk Kenali Mutasi Virus Covid-19 Penyebab Varian Baru Bermunculan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Yuk Kenali Mutasi Virus Covid-19 Penyebab Varian Baru Bermunculan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya