Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan kesepian sebagai ancaman serius. Bahkan kesepian disebut sebagai masalah kesehatan global yang sama berbahayanya dengan merokok 15 batang sehari.
Studi terbaru mengungkap, kesepian juga berdampak pada kesehatan pria. Tidak hanya memengaruhi kesehatan mental pria, kesepian juga berefek buruk pada tulang mereka.
Baca Juga
Meski perilaku isolasi sosial mungkin berdampak pada kesehatan tulang pria, hal ini tidak berlaku bagi perempuan.
Advertisement
Studi yang dipresentasikan di ENDO 2023, pertemuan tahunan Masyarakat Endokrin, di Chicago, Illinois, peneliti utama Rebecca Mountain dari Maine Health Institute for Research di Scarborough, Maine mengatakan, isolasi sosial atau kesepian merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin meningkat.
"Isolasi sosial adalah bentuk stres psikososial yang kuat,” kata Dr. Mountain dalam sebuah pernyataan, dilansir New York Post.
“Dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin meningkat, khususnya di kalangan orang lanjut usia.”
Ia juga mengatakan, “Bahkan sebelum pandemi COVID-19 merebak, yang telah meningkatkan prevalensi isolasi dan kesepian secara signifikan, para peneliti khawatir akan meningkatnya 'epidemi kesepian',” seperti yang dilaporkan SWNS.
Dampak kesepian, katanya juga, dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai kondisi kesehatan, termasuk gangguan mental, serta tingkat penyakit dan kematian yang lebih tinggi secara keseluruhan.
“Penelitian klinis sebelumnya,” katanya, “telah menunjukkan bahwa pemicu stres psikososial, dan gangguan kesehatan mental yang diakibatkannya, merupakan faktor risiko utama osteoporosis dan patah tulang, yang secara tidak proporsional mempengaruhi orang lanjut usia.”
Dampak Kesepian pada Tulang Belum Diselidiki Menyeluruh
Dia menambahkan bahwa dampak isolasi sosial terhadap tulang belum diselidiki secara menyeluruh.
Dalam studi tersebut, para peneliti memaparkan tikus dewasa ke isolasi sosial – yang berarti satu tikus per kandang – atau kandang berkelompok, dengan empat tikus per kandang – selama empat minggu.
Para ilmuwan menemukan bahwa isolasi sosial menyebabkan penurunan kualitas tulang yang signifikan, termasuk berkurangnya kepadatan mineral tulang, pada tikus jantan – tetapi tidak pada tikus betina.
Abstrak artikel tersebut menunjukkan bahwa “tikus jantan yang diisolasi memiliki tanda-tanda berkurangnya remodeling tulang yang ditunjukkan oleh berkurangnya jumlah osteoblas [sel yang membentuk tulang baru], ekspresi gen terkait osteoblas, dan ekspresi gen terkait osteoklas. Namun, perempuan yang diisolasi mengalami peningkatan ekspresi gen terkait resorpsi tulang, tanpa perubahan apa pun pada massa tulang.”
Advertisement
Perlu Penelitian Lebih Lanjut
Dr. Mountain berkata, “Secara keseluruhan, data kami menunjukkan bahwa isolasi sosial mempunyai efek negatif yang dramatis pada tulang pada tikus jantan, namun hal ini mungkin terjadi melalui mekanisme yang berbeda atau dalam jangka waktu yang berbeda pada tikus betina.”
Dia menambahkan, “Penelitian di masa depan diperlukan untuk memahami bagaimana temuan ini diterapkan pada populasi manusia.”
Ia juga mengatakan, “Penelitian kami memberikan wawasan penting mengenai dampak isolasi pada tulang dan memiliki implikasi klinis utama ketika kita bergulat dengan dampak kesehatan jangka panjang dari meningkatnya isolasi sosial terkait pandemi COVID-19.”