Menkes Budi: Tahun Ini Puskesmas Dapat Alat untuk Deteksi Dini Kanker Limfoma dan Mata

Deteksi dini kanker bisa dilakukan di puskesmas. Tahun ini 10 ribu puskesmas dapat alat untuk mendeteksi dini kanker darah dan kanker mata.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 29 Feb 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2024, 13:00 WIB
Ketua YKAKI Ira Soelistyo
Menkes Budi mengatakan bahwa pada 2024, 10 ribu puskesmas akan mendapatkan alat mendeteksi kanker darah dan limfoma serta kanker mata. (Foto: Dok Sehat Negeriku)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah bakal mengupayakan deteksi dini kanker yang lebih dekat dengan masyarakat. Beberapa jenis kanker bisa dideteksi di puskesmas.

“Mulai tahun ini, seluruh puskesmas akan kita kasih alat-alat untuk periksa darah untuk memastikan leukemia dan limfoma bisa dideteksi sejak dini dan bisa langsung kita rujuk ke rumah sakit,” kata Budi.

Di sela-sela kunjungan ke Rumah Singgah “Rumah Kita”, milik Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), di Percetakan Negara, Jakarta pada 28 Februari 2024 itu Budi menyampaikan bahwa alat-alah yang bakal datang ke 10 ribu puskesmas yakni:

  • hemato analyzer dan blood chemical analyzer untuk mendeteksi leukemia dan limfoma
  • oftalmoskop untuk mendeteksi kanker mata (retinoblastoma).

“Jadi kalau ada gejala, bisa kita deteksi lebih dini, apakah kanker atau bukan. Bila terdeteksi kanker, nanti langsung dikirim ke rumah sakit di 514 kabupaten/kota yang akan kita bangun layanan kemoterapi,” kata Budi.

Dengan kehadiran alat tersebut diharapakanbisa mencegah keparahan agar tidak sampai stadium lanjut. Bila sudah stadium lanjut bakal lebih sulit ditangani.

Edukasi Nakes untuk Deteksi Kanker

Budi juga menyampaikan bahwa selain alat, para tenaga kesehatan juga bakal mendapatkan pendidikan untuk mendeteksi kanker.

“Kami juga ingin mendidik dokter-dokter dan perawatnya untuk bisa deteksi dini kanker,” kata Menkes Budi.

 

Komitmen Kemenkes dalam Penanganan Kanker

Budi menegaskan bahwa pemerintah punya komitmen penuh dalam penanganan kanker. Termasuk soal pengobatan yang sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.

Berikut komitmen yang Budi maksud:

Pertama, pemerintah secara bertahap menyediakan fasilitas kemoterapi di 514 kabupaten/provinsi dan fasilitas kemoterapi di seluruh provinsi di Indonesia. Maka penderita kanker yang berada di wilayah terpencil atau jauh dari pusat kota tetap mendapat layanan kanker yang dibutuhkan dengan cepat.

“Kami berharap pasien yang berada di luar Jawa tidak perlu jauh-jauh datang (ke Pulau Jawa) karena nanti akan ada fasilitas kemoterapi di seluruh kabupaten/kota dan fasilitas kemoterapi di seluruh provinsi,” kata Budi.

 

Kedua, Perbanyak Opsi Terapi Kanker Anak

Menkes Budi bertemu pasien kanker anak di YKAKI Jakarta (Foto: Dok Sehat Negeriku)
Menkes Budi bertemu pasien kanker anak di YKAKI Jakarta (Foto: Dok Sehat Negeriku)

Kedua, pemerintah memperbanyak opsi terapi kanker pada anak.

Budi menyebut, RS Kanker Dharmais mulai tahun ini akan melakukan transplantasi sumsum tulang belakang pada anak. Jika metode ini berhasil, lanjut Menkes, metode tersebut akan diterapkan di rumah sakit lain.

Selain itu, RSK Dharmais mulai tahun ini juga akan melakukan terapi sel CAR T atau CAR T-cell (Chimeric Antigen Receptor T-cell) therapy untuk menangani penyakit kanker darah pada anak. Terapi ini merupakan bentuk terapi imunologi yang melibatkan modifikasi genetik pada sel T untuk meningkatkan kemampuannya mengenali dan melawan sel kanker.

“Untuk jenis-jenis penyakit yang tarafnya masih bisa di-treatment dengan CAR T-cell, kita akan treatment juga dengan CAR T-cell supaya derajat kesembuhannya lebih tinggi,” tuturnya.

 

 

 

Pasien Kanker Anak Terbanyak di YKAKI

Kunjungan Menkes Budi ke YKAKI Jakarta. (Foto: Dok Sehat Negeriku)
Kunjungan Menkes Budi ke YKAKI Jakarta. (Foto: Dok Sehat Negeriku)

Dalam kunjungan ke YKAKI, Budi juga sempat menanyakan soal jenis kanker pada anak yang tinggal di rumah singgah tersebut. 

“Pasien paling banyak adalah leukemia itu sekitar 40 persen, yang kedua adalah limfoma, dan yang ketiga retinoblastoma,” kata Ketua YKAKI Ira Soelistyo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya