Tidur di Lantai Bisa Menyebabkan Paru-Paru Basah? Mitos Kali Ah!

Pakar: Tidur di Lantai Aman, Tak Sebabkan Paru-Paru Basah Asal Tidak Pakai Kipas

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 03 Mei 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 15:00 WIB
Tidak Ada Bukti Ilmiah Tidur di Lantai Penyebab Paru-Paru Basah (Photo by Mert Kahveci on Unsplash)
Tidak Ada Bukti Ilmiah Tidur di Lantai Penyebab Paru-Paru Basah (Photo by Mert Kahveci on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Larangan tidur di lantai sering dikaitkan dengan risiko paru-paru basah, suatu kondisi yang merujuk pada istilah medis Pneumonia atau peradangan pada paru-paru.

Namun, menurut dr Taufik Indrawan SpPD dari RS Sardjito, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.

Dia menekankan bahwa tidak ada penelitian yang secara jelas menjelaskan hubungan antara tidur di lantai dan pneumonia. Hal ini juga berlaku untuk kegiatan mandi di malam hari.

Penjelasan ini disampaikannya dalam siaran langsung (live) di Instagram Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada program Siaran Radio Kesehatan, Kamis, 2 Mei 2024.

Pneumonia adalah peradangan pada jaringan paru yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Infeksi ini mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di satu atau kedua paru, yang kemudian diisi dengan cairan atau nanah, menyulitkan penderitanya untuk bernapas.

Meskipun tidur di lantai secara khusus tidak terkait dengan pneumonia, penggunaan kipas angin dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini.

"Kita harus ingat bahwa kipas angin itu tidak ada sistem untuk mencuci udara. Dia hanya mengambil udara di sekitar. Ketika kita berada di ruangan, kita tidak tahu udaranya seperti apa, maka secara tidak langsung debu dan kuman yang ada di ruangan tersebut ditarik dan dipaparkan ke arah kita," kata Taufik.

 

Kipas Angin Mempercepat Penyebaran Kuman di Dalam Ruangan

Selain hembusan angin yang didapat dari kipas angin, partikel-partikel seperti debu dan kuman yang ada di ruangan itu juga ikut tertarik kemudian masuk ke dalam tubuh.

"Otomatis kalau ruangan itu banyak kumannya, maka resiko untuk jadi pneumonia nya juga lebih tinggi," katanya.

Taufik menyarankan bahwa apabila ada seseorang dengan kondisi yang sedang sakit, sebaiknya tidak menggunakan kipas angin karena bisa mempercepat penyebaran kuman yang ada di dalam ruangan.

"Ini jadi catatan ya kalau ada yang sakit di rumah, maka sebaiknya tidak menggunakan kipas angin, karena ini bisa jadi mempercepat penyebaran dari si kuman-kuman yang ada," kata Taufik.

Beberapa Faktor Bisa Tingkatkan Risiko Alami Pneumonia

Mengutip dari laman yankes.kemenkes.go.id, pneumonia dapat menyerang siapa saja. Tetapi dua kelompok usia dengan risiko tertinggi adalah anak-anak yang berumur 2 tahun atau lebih muda, dan orang dewasa yang berumur 65 tahun atau lebih

Faktor risiko lainnya termasuk:

  • Dirawat di rumah sakit. Anda berisiko lebih besar terkena pneumonia jika berada di unit perawatan intensif rumah sakit, terutama jika Anda menggunakan mesin yang membantu Anda bernapas (ventilator).
  • Penyakit kronis. Anda lebih mungkin terkena pneumonia jika Anda menderita asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau penyakit jantung.
  • Merokok. Merokok merusak pertahanan alami tubuh Anda terhadap bakteri dan virus penyebab pneumonia.
  • Sistem kekebalan tubuh melemah atau tertekan. Orang yang mengidap HIV/AIDS , yang pernah menjalani transplantasi organ, atau yang menerima kemoterapi atau steroid jangka panjang berisiko.
INFOGRAFIS JOURNAL_ Fakta Kasus Mycoplasma Pneumonia Misterius di Indonesia
INFOGRAFIS JOURNAL_ Fakta Kasus Mycoplasma Pneumonia Misterius di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya