Sebagian Paru Paus Fransiskus Diangkat Sejak Muda, Begini Kronologinya

Sebelum meninggal, pemimpin gereja Katolik ini sempat dirawat di rumah sakit akibat masalah pernapasan pneumonia ganda. Bahkan, jauh sebelum kondisinya menurun, ia sudah hidup dengan satu paru.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 21 Apr 2025, 17:21 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2025, 17:21 WIB
Paus Fransiskus Susuri Jalanan Roma Kala Italia Lockdown
Paus Francis berdoa di St. Marcello al Corso, Roma, Italia, Minggu (15/3/2020). Vatikan menyatakan, Paus berdoa untuk mengakhiri pandemi virus corona COVID-19. (Vatican News via AP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 pada Senin, 21 April 2025. Kabar duka disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrel dalam sebuah pidato.

"Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan mendalam saya harus mengumumkan Bapa Suci kita, Fransiskus, pukul 7:35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” kata Kevin mengutip AP.

Sebelum meninggal, pemimpin gereja Katolik ini sempat dirawat di rumah sakit akibat masalah pernapasan pneumonia ganda. Bahkan, jauh sebelum kondisinya menurun, ia sudah hidup dengan satu paru.

Pria yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Jorge Bergoglio, harus menjalani operasi pengangkatan salah satu paru-parunya ketika masih remaja akibat infeksi parah.

Menurut laporan Associated Press, seperti dikutip dari ABC pada Kamis, 5 September 2024, kondisi tersebut terjadi karena infeksi serius yang dialaminya di masa muda.

Pada 2013, Dr William Schaffner, ahli dari Vanderbilt University Medical Center, pernah membahas soal ini. "Dia berhasil melalui masa-masa sulit tersebut," kata Schaffner.

Mantan Presiden Yayasan Nasional Penyakit Menular AS itu menyebutkan ada dua kemungkinan penyebab Paus Fransiskus kehilangan satu paru-paru, dan harus hidup dengan 1 paru, yakni tuberkulosis atau komplikasi dari batuk rejan (pertusis).

"Ketika dia masih muda, belum ada terapi obat antibiotik yang luas, dan mungkin saja dia mengalami kerusakan besar pada paru-parunya atau bagian dari paru-parunya dan harus diangkat. Itu adalah pengobatan yang cukup standar di era sebelum adanya obat antibiotik," tambah Schaffner.

 

Bisa Dipicu Keterbatasan Obat di Zaman Dulu

FOTO: Paus Fransiskus Pimpin Misa Minggu Palma Tanpa Jemaat
Paus Fransiskus menyampaikan khotbah saat memimpin Misa Minggu Palma di St. Peter's Basilica, Vatikan, Minggu (5/4/2020). Paus memuji orang-orang yang berjuang melawan pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/pool/Alberto Pizzoli)... Selengkapnya

Tidak hanya karena TB, paru-paru seseorang juga bisa diangkat akibat komplikasi dari batuk rejan atau pertusis.

"Batuk rejan dapat merusak saluran bronkial dan memicu infeksi kronis yang membahayakan," lanjut Schaffner.

Bahkan, ada kemungkinan Paus Fransiskus pernah mengidap pneumonia yang berujung komplikasi serius.

"Sekali lagi, hal ini terjadi sebelum antibiotik konvensional tersedia secara luas, sehingga mereka mungkin harus mengatasi komplikasi ini dengan pembedahan dengan mengambil seluruh atau sebagian paru-parunya," tambah Schaffner.

 

Bisa Pula Karena Penyakit Bawaan

Alasan berikutnya yang membuat seseorang perlu menjalani prosedur pengangkatan paru-paru adalah penyakit bawaan. "Terakhir, bisa saja dia terlahir dengan kelainan paru-paru bawaan sehingga tertular," kata Schaffner.

Tanpa pengobatan yang memadai, infeksi ini dapat mengancam nyawa karena tidak ada dukungan antibiotik yang efektif seperti yang tersedia saat ini.

Meskipun infeksi paru-paru ini lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan remaja, Schaffner menekankan bahwa risiko ini sangat tinggi, mengingat keterbatasan informasi tentang pengangkatan paru-paru.

 

Bak Hidup dengan Satu Ginjal

Schaffner juga memastikan bahwa orang yang salah satu parunya diangkat tetap bisa hidup dengan normal. Bahkan, bermain tenis, hiking, dan jogging meski dengan satu paru.

"Rasanya seperti hidup hanya dengan satu ginjal," ujarnya.

Namun, jika Paus Fransiskus terkena suatu penyakit, dia hanya mempunyai satu paru-paru yang tersisa. Seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti pneumonia dan bronkitis, menurut National Institutes of Health. Orang yang berusia di atas 65 tahun sangat mungkin terkena infeksi tersebut.

Risiko mereka meningkat jika mereka memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit jantung.

Faktanya, pneumonia adalah salah satu kondisi pernapasan yang paling umum seiring bertambahnya usia, kata ahli paru Dr. Greg Martin, yang mengajar di Universitas Emory dan berspesialisasi dalam perawatan kritis.

Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya