Liputan6.com, Jakarta Kajian ilmiah Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) mengungkap bahwa sanitasi yang layak dan akses terhadap air bersih menjadi faktor inti dalam pencegahan stunting.
Kajian bertajuk "Memahami Stunting dari Inti" menyebut, daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi ketimbang daerah dengan akses sanitasi yang baik.
Baca Juga
Lewat studi literatur dan analisis data keluarga risiko stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), FKI mengungkap, kualitas air minum yang buruk serta sanitasi yang jelek di lingkungan keluarga meningkatkan risiko stunting hampir 1,5 kali.
Advertisement
Menurut Direktur Eksekutif FKI, Profesor Nila F Moeloek, fakta ini diperoleh dengan analisis mendalam lewat systematic review dan uji skala prioritas melalui pendekatan community diagnosis yang belum banyak diimplementasikan dalam kebijakan kesehatan Indonesia.
"Kajian FKI ini menemukan bahwa pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata, tetapi untuk jangka panjang, agar pencegahan stunting optimal maka sanitasi lingkungan dan akses air bersih juga harus mendapat fokus lebih,” kata Nila mengutip keterangan pers, ditulis Minggu (22/9/2024).
“Sanitasi buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, seperti diare, yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperparah kondisi malnutrisi. Itu sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan terbebas dari stunting," tambah wanita yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019 ini.
3 Faktor Kunci Cegah Stunting
Kajian FKI juga mengidentifikasi tiga faktor kunci yang sangat berdampak besar untuk mencegah stunting dalam jangka panjang, yakni:
- Menurunkan anemia (lewat skrining, optimasi intervensi tablet tambah darah dan nutrisi lain);
- tingkatkan akses dan kualitas sanitasi dan air minum atau air bersih; dan
- peningkatan kualitas pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC).
Hal ini disampaikan tim peneliti kedokteran komunitas FKUI yang dipimpin oleh dr. Ray Wagiu Basrowi bersama dokter Levina Chandra Khoe, dan Ir Wahyu Handayani.
Ray menambahkan, melalui systematic review mendalam, Tim FKI juga menemukan, terdapat hasil yang konsisten dari sejumlah penelitian skala besar tentang anemia pada ibu meningkatkan risiko stunting hingga 2,3 kali lebih besar.
”Sehingga intervensi skrining anemia di komunitas, posyandu dan layanan primer, mengoptimalkan intake zat besi, baik itu tablet tambah darah maupun asupan nutrisi sumber protein dan zat besi harus jadi intervensi prioritas pada ibu hamil agar stunting bisa dicegah secara berkelanjutan” papar Ray.
Advertisement
Apa Dampak Stunting untuk Indonesia?
Dijelaskan pula bahwa stunting adalah kondisi anak yang tumbuh lebih pendek dari standar usianya karena kekurangan gizi kronis. Tak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi, tetapi juga terkait erat dengan lingkungan hidup yang tidak sehat.
Stunting telah menjadi salah satu isu kesehatan serius di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 21,6 persen anak di bawah usia lima tahun di Indonesia masih mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak jangka panjang pada perkembangan kognitif, prestasi pendidikan, dan produktivitas ekonomi di masa depan.
“Kami menyerukan kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang layak,” imbau Nila Moeloek.
Percepat Implementasi Kebijakan dan Program untuk Perbaiki Sanitasi
Nila pun berharap, temuan ini dapat menjadi pendorong bagi pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta untuk mempercepat implementasi kebijakan dan program yang memperbaiki kondisi sanitasi di seluruh wilayah Indonesia.
Penutup Studi ini menekankan pentingnya peningkatan akses air bersih dan air minum serta sanitasi yang layak sebagai bagian dari solusi komprehensif dalam mengatasi stunting di Indonesia.
Di samping itu, penting mengoptimalkan skrining dan pencegahan anemia seperti intervensi pemberian tablet besi atau asupan gizi sumber protein dan zat besi.
”Upaya terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan hasil nyata dalam menurunkan prevalensi stunting dan menciptakan generasi mendatang yang lebih sehat dan produktif,” tutup Nila.
Advertisement