Peran Penting Bidan, Garda Terdepan Deteksi Anemia pada Ibu Hamil

Lewat skrining, maka bila ada anemia yang kebanyakan defisiensi zat besi bisa diberikan intervensi dengan suplementasi zat besi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 29 Nov 2024, 01:13 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2024, 21:00 WIB
Bidan Garda Terdepan Deteksi Anemia pada Ibu Hamil
Bidan Garda Terdepan Deteksi Anemia pada Ibu Hamil

Liputan6.com, Jakarta Angka anemia pada ibu hamil di Indonesia masih di 48,9 persen menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Padahal anemia-- kebanyakan karena anemia defisiensi zat besi-- itu bisa memengaruhi perkembangan janin serta kehamilan dan persalinan.

Di sisi lain, bidan punya peran besar selama kehamilan dan persalinan ibu di Indonesia. Dimana 74 persen pemeriksaan kehamilan di Indonesia dilakukan oleh bidan lalu 62,7 persen persalinan juga dilakukan oleh bidan.

Maka dari itu, penting untuk peningkatan peran bidan dalam melakukan skrining/identifikasi dini serta pencegahan Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu di Indonesia.

Bila hasil skrining terdeteksi dengan cepat mengaalami anemia defisiensi zat besi maka bisa intervensi lebih awal. Seperti pemberian suplementasi zat besi atau perubahan diet yang tepat bagi ibu. Bahkan, bila perlu sejak calon pengantin. 

"Untuk menciptakan generasi yang sehat, penting untuk menangani anemia defisiensi besi sejak sebelum kehamilan," kata Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ade Jubaedah pada Selasa, 26 November 2024 di Jakarta.

Senada dengan Ade, dokter kandungan konsultan fetomaternal, Rima Irwinda mengungkapkan bahwa bidan dapat merekomendasikan skrining anemia tiap trimester kehamilan serta pemberian suplementasi zat besi untuk mengatasi anemia. Bila hal tersebut terjalin dengan baik, maka bidan bisa menurunkan risiko komplikasi pada kehamilan.

“Bidan sebagai garda terdepan memiliki peran sentral dalam mendeteksi anemia pada ibu hamil, yang dapat mengurangi risiko komplikasi serius bagi ibu dan anak," kata Rima.

Kebutuhan Zat Besi Saat Hamil

Penting juga dipahami bahwa rata-rata kebutuhan total zat besi selama kehamilan adalah sekitar 1000 mg. Adapun kebutuhan terbesar terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal.

Rima juga mengingatkan bahwa WHO merekomendasikan suplementasi besi selama kehamilan 30 - 60 mg/hari. Lalu, untuk negara dengan prevalensi >40% seperti Indonesia suplementasi dilanjutkan hingga 3 bulan pasca salin.

.

Biar Ibu Hamil Mau Makan Suplementasi Zat Besi

Rima menyadari bahwa tidak semua ibu hamil yang direkomendasikan mengonsumsi suplementasi zat besi patuh mengikuti anjuran. Banyak yang tidak memakan tablet tersebut.

Maka dari itu, Rima mengatakan agar bidan bisa menggunakan pendekatan soal manfaat zat besi bagi anak.

"Pasti semua ibu ingin anaknya pintar kan saat nanti sudah lahir," kata Rima.

Selain suplementasi besi, konseling sumber makanan yang mengandung zat besi juga dibutuhkan untuk mencegah anemia defisiensi besi selama hamil.

Bila tidak terpenuhi,ibu hamil berisiko anemia, preeklamsia dan perdarahan pasca salin, sedangkan janin berisiko lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan infeksi perinatal.

"Selain itu, ibu yang anemia dapat menyebabkan anak lahir dengan persediaan zat besi yang sangat sedikit dan berisiko mengalami anemia pada usia dini, yang dapat meningkatkan gangguan atau hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk perkembangan otak, ”kata Rima.

 

Anemia Defisienisi Besi Hambat Pertumbuhan Kognitif Anak

Anemia Defisiensi Besi berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak. Jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya dapat menjadi permanen seperti disampaikan dokter anak konsultan Prof Rini Sekartini.

Hal ini dapat terjadi karena zat besi tidak hanya penting untuk membawa oksigen dalam darah, tetapi juga memiliki peran krusial dalam sistem kekebalan tubuh.

“Zat besi sangat berperan dalam metabolisme energi, sistem oksidasi, perkembangan dan fungsi syaraf, koneksi sistem jaringan, dan sintesis hormon. Untuk itu, pemeriksaan kadar Hb penting dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja," kata Rini.

"Selain mengupayakan skrining defisiensi besi sejak dini, nutrisi dengan fortifikasi zat besi sebagai pendamping ASI, dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga mengurangi risiko anemia pada anak,” jelas Rini.

 

Cegah Anemia Sedini Mungkin

Medical and Scientific Affairs Director Danone SN Indonesia Ray Wagiu Basrowi mengatakan anemia merupakan permasalahan yang perlu dicegah sedini mungkin.

"Kami melihat bahwa skrining anemia defisiensi besi merupakan kunci untuk mengurangi prevalensi anemia di Indonesia terutama bagi Ibu dan anak," katanya.

Skrining non-invasif berupa pemantauan asupan zat besi berbasis kuesioner dapat menjadi pilihan solusi identifikasi awal risiko anemia defisiensi besi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan dalam fasilitas pelayanan kesehatan primer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya