Liputan6.com, Jakarta Bagi generasi milenial dan era sebelumnya pasti akrab dengan hukuman fisik. Entah melihat orang di sekitarnya dihukum fisik maupun pernah kena dipukul atau dicubit gara-gara melakukan kesalahan. Namun, hukuman fisik sudah tidak relevan dan tidak efektif dilakukan dalam mendidik anak di masa kini.
Psikolog Kasandra Putranto mengungkapkan bahwa hukuman fisik malah berdampak negatif pada anak.
Baca Juga
“Penelitian menunjukkan bahwa hukuman fisik dapat menyebabkan dampak negatif baik secara fisik maupun psikologis,” kata Kasandra mengutip Antara.
Advertisement
Lebih lanjut, mengutip sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2023, Kasandra mengatakan bahwa fisik yang menyakitkan hanya akan melukai fisik dan psikis anak tanpa adanya jaminan perbaikan sikap di masa depan.
Kasandra pun mengungkapkan lebuh baik menggunakan hukuman disiplin positif ke anak. Hukuman itu menggunakan pendekatan yang menekankan pada pengertian dan komunikasi. Misalnya, menjelaskan kepada anak mengapa perilaku tertentu tidak dapat diterima dan membantu mereka memahami konsekuensinya.
Hukuman juga dapat dilakukan dengan memberikan konsekuensi yang relevan dengan tindakan anak.
Kasandra mencontohkan jika anak merusak mainan, maka ia tidak dapat bermain dengan mainan tersebut untuk sementara waktu, sehingga anak memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi.
“Kita sebagai orangtua juga bisa memberikan waktu tenang untuk anak agar mereka dapat merenungkan perilaku mereka. Ini bukan hukuman, tetapi kesempatan untuk menenangkan diri dan berpikir tentang tindakan mereka,” katanya.
Apabila anak mulai berperilaku buruk, orangtua dapat mengalihkan perhatian anak dari perilaku negatif ke aktivitas-aktivitas yang menyenangkan atau kreatif.
Motivasi Anak untuk Berperilaku Positif
Orangtua dapat memberikan penguatan mental secara positif melalui pujian atau penghargaan ketika anak menunjukkan perilaku baik, dengan tujuan memotivasi anak untuk terus berperilaku positif.
Opsi lainnya yakni melibatkan anak dalam diskusi tentang perilaku mereka dan mencari solusi bersama. Ini membantu anak merasa dihargai dan lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka.
“Kemudian kita harus menjadi contoh yang baik bagi anak. Anak sering kali meniru perilaku orang dewasa, jadi menunjukkan perilaku yang diinginkan adalah cara yang efektif untuk mendidik mereka,” ujar Kasandra.
Advertisement
Ajari Anak untuk Memahami Perasaan Diri dan Orang Lain
Hal terakhir yang disebutkan Kasandra adalah pentingnya mengajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain sebagai bagian dari pembentukan empati. Orangtua dapat mendiskusikan dengan anak bagaimana tindakan mereka, baik yang positif maupun negatif, dapat memengaruhi orang-orang di sekitar mereka.
Misalnya, menjelaskan bagaimana berbagi mainan dapat membuat teman merasa senang atau bagaimana kata-kata kasar dapat melukai perasaan orang lain. Dengan cara ini, anak tidak hanya diajarkan untuk mengenali emosi mereka sendiri tetapi juga belajar menghargai perasaan orang lain.
Pemahaman ini akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih peka, peduli, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik di masa depan.