Ketika Kolesterol Tinggi Tak Kunjung Turun dengan Pola Hidup Sehat, Harus Bagaimana?

Kolesterol tinggi sering kali dikaitkan dengan pola makan tidak sehat. Namun, menurut dr. Vito, genetika juga berperan besar dalam menentukan kadar kolesterol seseorang.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 17 Jan 2025, 12:44 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 12:00 WIB
Cegah Penyakit Jantung dengan Periksa Kadar Kolesterol Sejak Dini
Petugas medis mengambil darah untuk cek kadar kolesterol dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia di Jakarta, Kamis (27/9). Kegiatan secara gratis digelar PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. (Liputan6.com/Fery Pradolo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Meski pola hidup sehat menjadi langkah utama dalam penanganan kolesterol tinggi, ada kondisi tertentu di mana penggunaan obat-obatan tetap diperlukan.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Vito A. Damay, SpJP (K), M.Kes, AIFO-K menyoroti pentingnya evaluasi menyeluruh sebelum memutuskan apakah seseorang membutuhkan obat kolesterol seperti statin atau tidak.

“Kalau LDL-nya di atas 220, bahkan dia vegetarian dan rajin olahraga, dia mau diet macam apa?" ucap Vito dalam Kanal YouTube DRV Channel.

Melihat kondisi tersebut, Vito mengatakan, obat mungkin diperlukan karena faktor genetik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kolesterol tinggi tidak selalu dapat diatasi hanya dengan diet dan olahraga.

Genetika dan Kolesterol Tinggi

Kolesterol tinggi sering kali dikaitkan dengan pola makan tidak sehat. Meski demikian, menurut Vito, genetika juga berperan besar dalam menentukan kadar kolesterol seseorang.

“Saya pernah punya pasien yang vegetarian dan instruktur yoga. Kolesterol LDL-nya tetap di atas 200. Ini mungkin karena faktor genetik,” jelasnya.

Pada kasus seperti ini, perubahan pola hidup saja tidak cukup. Penggunaan obat kolesterol seperti statin menjadi pilihan untuk menurunkan kadar LDL dan mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah akibat plak.

Peran Obat untuk Penanganan Kolesterol Tinggi

Vito menjelaskan bahwa efek statin tidak hanya menurunkan kadar kolesterol, tetapi juga membantu stabilisasi plak sehingga mencegah sumbatan akut.

“Efek statin salah satunya adalah stabilisasi plak. Dengan dosis intensitas tinggi, seperti 40 mg atorvastatin, inflamasi bisa lebih rendah,” katanya.

Namun, penggunaan statin bukan tanpa risiko. Oleh karena itu, dokter harus mempertimbangkan banyak faktor sebelum meresepkannya, termasuk riwayat kesehatan pasien dan kadar kolesterol secara keseluruhan.

 

Pentingnya Edukasi Pasien tentang Penanganan Kolesterol

Kesalahan umum yang sering dilakukan pasien adalah menganggap obat kolesterol sebagai solusi instan.

“Kadang ada yang minum obatnya asal-asalan, misalnya hanya ketika merasa sakit kepala atau pegal-pegal,” jelas Vito.

"Obat kolesterol ini adalah obat yang membuat kita memperbaiki metabolisme. Jadi ini bukan jenis obat anti-nyeri, anti-panas, yang habis diminum, kolesterol turun langsung dan besok enggak usah minum lagi. Enggak begitu caranya," imbuhnya.

Edukasi yang tepat mengenai penggunaan obat kolesterol dan pentingnya perubahan gaya hidup menjadi langkah penting dalam mencegah komplikasi. Pasien harus memahami bahwa pengobatan kolesterol memerlukan pendekatan holistik yang mencakup obat, pola hidup sehat, dan monitoring rutin.

Pola Hidup Sehat Tetap Penting

Jadi, meeskipun statin dapat membantu mengendalikan kolesterol, Vito menegaskan bahwa perubahan pola hidup tetap menjadi prioritas.

“Tidak semua orang harus menggunakan obat statin. Kalau pola hidup bisa diperbaiki, itu lebih baik,” katanya.

Langkah-langkah seperti mengurangi makanan berlemak, menjaga berat badan ideal, dan rutin berolahraga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Selain itu, pola hidup sehat juga memiliki manfaat jangka panjang dalam mencegah berbagai penyakit kronis lainnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya