Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis gizi klinik Marya Haryono mengatakan bahwa untuk mencukupi kebutuhan gizi seimbang, masyarakat tidak harus mengonsumsi makanan mentah.
Marya mengiyakan bahwa memasak dengan metode pemasakan apapun yang semakin lama dan semakin panas, pasti ada unsur nutrisi yang rusak. Namun, bukan berarti harus makan mentah terus seperti sayuran mentah.
Menurut dia, memasak dengan cara apapun memiliki potensi untuk merusak kandungan nutrisi yang ada di dalam makanan tersebut. Sehingga, masyarakat tidak merasa terbebani ketika ingin mengonsumsi makanan.
Advertisement
"Kita tidak bisa memaksa kita harus makan makanan yang mentah karena kondisi buruk yang kita belum tentu tahan nantinya,” kata Marya Haryono mengutip Antara.
Lebih lanjut, ia mengatakan asalkan makanan diolah dengan cara yang baik dan tidak basi maka masih bisa berharap ada nilai gizinya.
Terpenting saat makan porsi makanan yang disajikan memenuhi unsur dari “Isi Piringku” yang menjadi pengganti slogan dari “4 Sehat 5 Sempurna” guna memenuhi gizi seimbang.
Pada umumnya "Isi Piringku" menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri atas 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri atas karbohidrat dan protein.
Kampanye yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan ini guna menekankan dan juga membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Paling banyak konsumsi gula seseorang ialah empat sendok makan per hari, garam satu sendok teh, dan lemak atau penggunaan minyak goreng maksimal lima sendok makan.
Cara Penyimpanan Juga Pengaruhi Nilai Gizi Pangan
Cara penyimpanan makan juga memiliki potensi untuk merusak kandungan nutrisi atau gizi yang terdapat dalam makanan yang nantinya hendak dikonsumsi oleh mereka.
Terlebih ketika makanan tersebut, disimpan lama dalam mesin pendingin.
“Bahkan kita menyimpan makanan di kulkas saja, itu pun juga sebenarnya ada potensi semakin mengurangi nilai gizi,” jelas dia.
Advertisement