Kiat Melatih Anak Puasa Ramadan, Kapan dan Bagaimana Caranya?

Kapan waktu yang tepat untuk mulai memperkenalkan puasa pada anak, dan bagaimana cara terbaik agar pengalaman pertama mereka tetap sehat dan menyenangkan?

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 22 Feb 2025, 23:49 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2025, 17:00 WIB
tips puasa untuk anak
tips puasa untuk anak ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Jelang bulan suci Ramadan, banyak orang tua berniat mengenalkan ibadah puasa kepada anak-anak mereka. Mengajarkan anak berpuasa sejak dini bukan hanya sebagai latihan spiritual, tetapi juga membentuk disiplin dan ketahanan diri yang akan bermanfaat hingga dewasa.

Namun, kapan waktu yang tepat untuk mulai memperkenalkan puasa pada anak, dan bagaimana cara terbaik agar pengalaman pertama mereka tetap sehat dan menyenangkan?

Kapan Anak Bisa Mulai Berpuasa?

Secara ilmiah, tidak ada batasan usia pasti kapan anak boleh mulai berpuasa. Namun, menurut Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), usia 5-6 tahun adalah waktu yang ideal untuk memperkenalkan konsep puasa kepada anak.

“Beberapa ahli mengatakan boleh memperkenalkan puasa atau suasana puasa mulai usia anak pra-sekolah, mungkin 5-6 tahun kita boleh perkenalkan,” ujar Prof. Rini beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari laman FK UI. 

Melatih anak puasa tentu memiliki tantangan tersendiri. Anak yang baru pertama kali mencoba puasa akan kesulitan menahan lapar dan haus karena mereka belum memahami manfaat puasa secara rasional.

“Maka dapat dimulai dengan ikut berbuka, kemudian shalat berjamaah, karena pada usia pra-sekolah daya tangkap anak masih imajinasi dan belum bisa membayangkan apa manfaatnya berpuasa. Anak pra-sekolah dan usia sekolah juga harus memiliki role model atau contoh bagaimana orang berpuasa tersebut,” jelas Prof. Rini.

 

Durasi Puasa yang Aman untuk Anak

Karena puasa berlangsung sekitar 13 jam, dari sahur hingga Maghrib, penting bagi orang tua untuk memantau kondisi anak. Jika anak terlihat lemas atau tidak aktif, disarankan untuk menjalani puasa setengah hari, dari sahur hingga Dzuhur.

“Kalau dia mampu diteruskan, jangan juga dipaksakan hingga si anak tidak melakukan aktivitas apa-apa atau tiduran saja, dan hanya duduk-duduk saja di sekolah,” terang Prof. Rini.

 

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Anak

Menurut Prof. Rini, puasa tidak hanya memberikan manfaat spiritual, tetapi juga berdampak positif bagi kesehatan tubuh.

“Kalau dari segi kesehatan, sebenarnya kita perhatikan bahwa saluran cerna itu saat puasa dia beristirahat, dan melakukan fungsinya seperti biasa yaitu memperbaiki sel tubuh terutama di saluran pencernaan.”

 

Menu Sahur dan Berbuka yang Tepat

 

Agar anak dapat menahan lapar dan haus dengan lebih baik, menu sahur harus seimbang dan memenuhi kebutuhan gizi mereka.

“Protein harus tetap dikonsumsi, double protein juga boleh misalnya telur dan daging. Isi piring harus terpenuhi dengan karbohidrat. Porsi sayur dan buah mungkin bisa dikurangi, jadi lebih banyak kandungan protein dan karbohidrat. Mengoptimalkan minum air mineral dan jangan minum minuman yang mengandung gula karena kandungan airnya jadi berkurang,” jelas Prof. Rini.

Saat berbuka, anak boleh makan dengan porsi lebih besar, tetapi tetap perlu diberikan jeda agar pencernaan tidak terbebani.

“Jika untuk snack, biskuit bisa diganti dengan roti agar lebih bergizi dan hindari makanan berlemak,” tambahnya.

 

Menyesuaikan Pola Tidur Anak Selama Ramadan

Selain pola makan, pola tidur anak juga perlu diperhatikan selama bulan puasa. Anak yang mengikuti shalat Tarawih biasanya tidur lebih malam dari biasanya. Oleh karena itu, tidur siang menjadi solusi untuk menggantikan waktu tidur yang berkurang.

“Jika dibilang ada kekurangan waktu tidur, maka itu ada mungkin sekitar satu atau setengah jam,” ujar Prof. Rini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya