Liputan6.com, Jakarta - Apakah kepribadian anak dipengaruhi oleh urutan kelahiran? Pertanyaan ini telah lama menjadi bahan perdebatan dalam dunia psikologi.
Salah satu tokoh yang pertama kali mengemukakan hubungan antara urutan kelahiran dan kepribadian anak adalah seorang psikiater asal Austria, Alfred Adler.
Advertisement
Baca Juga
Teori Adler menyebutkan bahwa posisi seorang anak dalam struktur keluarga --- apakah sebagai anak sulung, tengah, bungsu, atau tunggal --- dapat membentuk karakter dan perilakunya.
Advertisement
Meski demikian, berbagai studi modern mempertanyakan sejauh mana teori ini berlaku secara ilmiah.
Apa yang Adler katakan tentang urutan kelahiran dan kepribadian?
1. Anak Sulung
Dalam pandangan teori Adler, anak sulung cenderung:
- Bertanggung jawab
- Perfeksionis
- Ambisius
Mereka terbiasa menjadi pusat perhatian sebelum kelahiran adik-adiknya, dan sering dianggap sebagai panutan dalam keluarga.
Hal ini membuat mereka tampil sebagai pemimpin. Namun, bisa juga merasa terbebani oleh ekspektasi yang tinggi.
2. Anak Tengah
Anak tengah digambarkan sebagai pribadi yang:
- Fleksibel
- Adaptif
- Mudah bergaul
Karena berada di antara perhatian yang diberikan kepada kakak dan adik, anak tengah sering merasa 'terjepit'. Kondisi ini mendorong mereka untuk menjadi penengah yang andal dalam keluarga.
3. Anak Bungsu
Teori Adler menyebut anak bungsu sebagai sosok yang:
- Ceria
- Petualang
- Cenderung manja dan kurang bertanggung jawab
Karena sering dimanjakan dan menjadi 'si kecil' dalam keluarga, mereka lebih bergantung pada orang lain, meski di sisi lain bisa sangat kreatif dan penuh semangat.
4. Anak Tunggal
Anak tunggal, yang tidak memiliki saudara kandung, menurut teori Adler memiliki ciri:
- Dewasa sebelum waktunya
- Mandiri
- Ambisius
Namun, karena tidak terbiasa berbagi perhatian dengan saudara, mereka bisa kurang terlatih dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Urutan Kelahiran Pengaruhi Kepribadian Anak? Ini Jawaban Pakar Genetika IPB!
Walau teori Adler mengenai hubungan antara urutan kelahiran dan kepribadian anak masih banyak digunakan dalam diskusi psikologi, sejumlah pakar menyampaikan pandangan berbeda.
Pakar Genetika Ekologi dari IPB University, Prof. Ronny Rachman Noor, menegaskan, banyak penelitian modern tidak menemukan pengaruh signifikan urutan kelahiran terhadap kepribadian anak.
Menurutnya, faktor genetik dan lingkungan memiliki kontribusi masing-masing sebesar 50 persen dalam membentuk kepribadian anak.
Meski begitu, Prof. Ronny tidak sepenuhnya menolak teori Adler. Dia mengakui bahwa lingkungan keluarga, termasuk pola asuh dan alokasi perhatian orang tua, memang bisa membentuk kepribadian anak.
Anak sulung yang mendapat perhatian penuh sejak awal tentu mengalami dinamika yang berbeda dibandingkan adik-adiknya.
Namun, penentu utama kepribadian anak bukan semata urutan kelahiran, melainkan interaksi kompleks antara faktor genetika dan lingkungan, sebagaimana dirumuskan dalam persamaan:
P = G + L + GxL (Kepribadian = Genetik + Lingkungan + Interaksi Genetik dan Lingkungan).
"Jika diperhatikan lebih cermat lagi, kepribadian anak tunggal lebih mirip dengan anak sulung karena dimanja secara penuh oleh kedua orang tuanya. Mereka juga tidak pernah mengalami situasi berbagi kasih sayang dengan saudaranya," kata Prof. Ronny seperti dikutip dari ipb.ac.id pada Rabu, 16 April 2025.
"Dalam situasi seperti ini, anak tunggal menunjukkan sifat yang lebih dewasa, rajin, perfeksionis, penuh imajinasi, imajinatif, mandiri, dan cenderung sensitif," tambahnya.
Advertisement
Perbandingan Teori Adler dengan Teori Kepribadian Lain
Untuk memahami posisi teori Adler dalam studi psikologi, menarik jika dibandingkan dengan pendekatan lain.
Teori Psikoanalisis Freud misalnya, lebih menekankan pengaruh dorongan-dorongan bawah sadar, konflik internal, dan pengalaman masa lalu dalam membentuk kepribadian anak.
Sementara itu, Carl Jung dalam teori analitik menyoroti peran arketipe dan ketidaksadaran kolektif.
Berbeda dari keduanya, teori Adler menekankan kesadaran, tujuan hidup, dan dorongan menuju kesempurnaan.
Tak hanya itu, pendekatan humanistik seperti yang dikembangkan Carl Rogers juga memberi fokus pada potensi positif manusia.
Namun, Rogers menekankan aktualisasi diri, sementara teori Adler lebih pada perjuangan individu mengatasi perasaan rendah diri dan menciptakan makna hidup melalui kontribusi sosial.
Meski berbeda pendekatan, teori Adler tetap relevan untuk memahami dinamika kepribadian anak dalam konteks urutan kelahiran dan kehidupan keluarga.
