Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Rachmat Witoelar mengatakan sekitar tahun 2030 sebagian wilayah Jakarta terancam tenggelam akibat pemanasan global yang mengakibatkan peningkatan permukaan laut secara signifikan.
"Jika kondisi tersebut terus dibiarkan maka sekitar tahun 2030 sebagian wilayah Jakarta akan tenggelam contohnya kawasan Ancol," kata Ketua DNPI Rahmat Witoelar, di Jakarta, seperti dikutip dari Antara Kamis (12/9/2013).
Untuk itu, kata dia, diperlukan sejumlah upaya untuk mengendalikan dan mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Dia menjelaskan, kota-kota besar seperti Jakarta memberikan sumbangan sangat besar terhadap kerusakan lingkungan mulai dari sampah, polusi udara dan kendaraan bermesin serta kegiatan penebangan pohon dan hilangnya kawasan terbuka hijau.
Bahkan, dia menambahkan, perubahan iklim bisa berdampak pada kesehatan masyarakat.
"Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi telah meminta masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan krisis lingkungan dan perubahan iklim. Sebab itu semua akan berdampak pada kesehatan masyarakat," kata Witoelar.
Masyarakat, tambah dia, harus meningkatkan kesadaran akan adanya pemanasan global dengan menjaga lingkungan tetap hijau, menjaga kebersihan dan mengurangi polusi udara.
Rahmat juga mengatakan, pemerintah melalui DNPI juga terus berupaya mengendalikan dan mengatasi perubahan iklim.
DNPI juga telah meluncurkan buku "Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban Bangsa" beberapa waktu lalu.
"Upaya perbaikan lingkungan global yang juga berkaitan dengan lingkungan dalam negeri Indonesia sebenarnya sudah dibicarakan di tingkat dunia sejak dulu. Indonesia meratifikasi Perjanjian United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada 23 Agustus 1994, sebagai negara anggota PBB Indonesia berperan aktif dalam upaya mengatasi krisis lingkungan," katanya.
(Abd)
"Jika kondisi tersebut terus dibiarkan maka sekitar tahun 2030 sebagian wilayah Jakarta akan tenggelam contohnya kawasan Ancol," kata Ketua DNPI Rahmat Witoelar, di Jakarta, seperti dikutip dari Antara Kamis (12/9/2013).
Untuk itu, kata dia, diperlukan sejumlah upaya untuk mengendalikan dan mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Dia menjelaskan, kota-kota besar seperti Jakarta memberikan sumbangan sangat besar terhadap kerusakan lingkungan mulai dari sampah, polusi udara dan kendaraan bermesin serta kegiatan penebangan pohon dan hilangnya kawasan terbuka hijau.
Bahkan, dia menambahkan, perubahan iklim bisa berdampak pada kesehatan masyarakat.
"Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi telah meminta masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan krisis lingkungan dan perubahan iklim. Sebab itu semua akan berdampak pada kesehatan masyarakat," kata Witoelar.
Masyarakat, tambah dia, harus meningkatkan kesadaran akan adanya pemanasan global dengan menjaga lingkungan tetap hijau, menjaga kebersihan dan mengurangi polusi udara.
Rahmat juga mengatakan, pemerintah melalui DNPI juga terus berupaya mengendalikan dan mengatasi perubahan iklim.
DNPI juga telah meluncurkan buku "Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban Bangsa" beberapa waktu lalu.
"Upaya perbaikan lingkungan global yang juga berkaitan dengan lingkungan dalam negeri Indonesia sebenarnya sudah dibicarakan di tingkat dunia sejak dulu. Indonesia meratifikasi Perjanjian United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada 23 Agustus 1994, sebagai negara anggota PBB Indonesia berperan aktif dalam upaya mengatasi krisis lingkungan," katanya.
(Abd)