Seorang gadis kecil berusia 11 tahun di Serang, Banten, tubuhnya kaku menyusul tidak berkembangnya otak belakangnya. Tulang gadis ini bahkan terus melengkung ke belakang dan mengeras sehingga orangtuanya kesulitan untuk merawatnya.
Gadis kecil itu adalah Dita yang berasal dari Bebon sayur, Kota Serang, Banten, dengan kondisi yang sungguh menyedihkan. Jangankan untuk bersekolah, untuk hidup normal pun ia tak bisa karena tubuhnya yang lumpuh kaku.
Setiap hari, sang ibu Eni dengan sabar merawat anaknya. Tubuh Dita yang melengkung dan kaku ke belakang membuatnya kesulitan saat makan. Perlu waktu satu setengah jam bagi Eni untuk menyuapi Dita. Untuk minum pun gadis ini harus disuapi.
Menurut Eni, ia tak tahu penyebab pasti penyakit putrinya. Dokter yang didatangi ada yang menyatakan otak Dita tidak berkembang. Sementara dokter lain menduga Dita terkena virus toksoplasma saat dalam kandungan.
Selama ini, upaya pengobatan ke tukang urut dan pengobatan alternatif tidak membuahkan hasil. Padahal upah sang ayah Jufri yang hanya buruh bangunan kerap habis untuk mengobati Dita seperti diberitakan Liputan 6 Siang, Jumat (15/11/2013).
Â
Eni juga hanya bisa berkomunikasi dengan Dita sebatas pandangan mata. Namun kadang ia bingung karena Dita kerap menangis tanpa alasan jelas. Meskipun sudah mendapatkan bantuan pemerintah berupa uang susu sebesar Rp 300 ribu per bulan, orangtua Dita berharap agar anaknya bisa berobat dan kembali normal.
(Mel/*)
Gadis kecil itu adalah Dita yang berasal dari Bebon sayur, Kota Serang, Banten, dengan kondisi yang sungguh menyedihkan. Jangankan untuk bersekolah, untuk hidup normal pun ia tak bisa karena tubuhnya yang lumpuh kaku.
Setiap hari, sang ibu Eni dengan sabar merawat anaknya. Tubuh Dita yang melengkung dan kaku ke belakang membuatnya kesulitan saat makan. Perlu waktu satu setengah jam bagi Eni untuk menyuapi Dita. Untuk minum pun gadis ini harus disuapi.
Menurut Eni, ia tak tahu penyebab pasti penyakit putrinya. Dokter yang didatangi ada yang menyatakan otak Dita tidak berkembang. Sementara dokter lain menduga Dita terkena virus toksoplasma saat dalam kandungan.
Selama ini, upaya pengobatan ke tukang urut dan pengobatan alternatif tidak membuahkan hasil. Padahal upah sang ayah Jufri yang hanya buruh bangunan kerap habis untuk mengobati Dita seperti diberitakan Liputan 6 Siang, Jumat (15/11/2013).
Â
Eni juga hanya bisa berkomunikasi dengan Dita sebatas pandangan mata. Namun kadang ia bingung karena Dita kerap menangis tanpa alasan jelas. Meskipun sudah mendapatkan bantuan pemerintah berupa uang susu sebesar Rp 300 ribu per bulan, orangtua Dita berharap agar anaknya bisa berobat dan kembali normal.
(Mel/*)