Kehamilan Palsu Intai Wanita Usia 30-an Tahun

Wanita yang mengalami kehamilan palsu atau disebut pseudocyesis itu juga merasakan semua gejala kehamilan.

oleh Melly Febrida diperbarui 18 Des 2013, 13:30 WIB
Diterbitkan 18 Des 2013, 13:30 WIB
hamil-2-131122b.jpg
Kehamilan palsu memang jarang terjadi pada wanita. Tapi, ada yang mengalaminya. Bahkan wanita yang mengalami kehamilan palsu atau disebut pseudocyesis itu juga merasakan semua gejala kehamilan, termasuk mual dan berat badan naik. Kebanyakan terjadi pada wanita usia akhir 30 tahun.

Hal pertama yang dilakukan wanita dengan kehamilan hantu itu adalah mengunjungi dokter atau klinik antenatal dengan keluhan ketidaknyamanan di awal kehamilan, seperti tidak menstruasi, payudara membesar, mual dan muntah, berat badan naik, dan distensi abdomen.

Jika dilakukan sampel urine pada tahap ini, maka akan menyingkirkan bukti adanya kehamilan. Tapi, wanita yang menderita pseudocyesis sejati akan terus bersikeras bahwa dia hamil, terlepas dari pendapat medis.

Pseudocyesis memang sangat langka dan wanita yang paling berisiko mengalaminya yakni yang berusia di usia akhir 30 tahunan atau awal 40-an, yang sangat menginginkan anak dan mencoba hamil selama bertahun-tahun.

Para wanita ini biasanya cukup stabil secara emosional, tapi menjadi sangat emosional dengan pertanyaan tentang kehamilan.

Pseudocyesis juga bisa terjadi pada wanita yang kehilangan bayi atau kehamilannya. Ini mungkin sebagai reaksi emosional terhadap trauma yang mereka rasakan. Namun, ada bukti yang menunjukkan ketidakseimbangan hormonal menjadi faktor penunjang.

Dalam memperlakukan wanita yang menderita pseudocyesis harus hati-hati dengan pertimbangan yang simpatik. Bahkan, sering membutuhkan bantuan pasangan atau keluarga.

Saat bukti medis menunjukkan positif bahwa wanita itu tidak hamil, sang wanita masih yakin dengan kehamilannya dan itu menjadi salah satu alasan tak melanjutkan konseling ke dokter ahlinya.

Gangguan emosional yang sangat parah bisa menyertai wanita dengan masalah ini.

Seperti dikutip Dailymail, Rabu (18/12/2013), hingga kini belum ada penjelasan mengapa hanya sedikit wanita yang mengalaminya dan bisa menunjukkan gejala kehamilan. Dengan kenyataan bahwa wanita itu terlihat seperti hamil, dokter pun kesulitan ketika mencoba menjelaskan bahwa semua hasil sampel urine tak membuktikan kehamilannya.

Kehamilan palsu atau pseudocyesis tak bisa ditangani hanya dari perspektif medis atau ginekologi tanpa menggunakan pertimbangan dari tekanan emosional parah yang mendasari diagnosa kondisi.

(Mel/*)

Baca Juga:

Kapan Operasi Caesar Boleh Dilakukan?

Mau Hamil Sehat Persalinan Normal? Ini Syaratnya!

Stres pada Ibu Hamil Berbahaya Buat Anaknya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya