7 Tips Bagi Pengajar Hadapi Krisis Pandemi Covid-19 Versi Mendikbud Nadiem

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020, Nadiem pun menyemangati para guru dan pengajar, agar dapat menghadapi krisis pandemi Covid-19 ini tanpa beban.

oleh stella maris pada 04 Mei 2020, 15:00 WIB
Diperbarui 03 Mei 2020, 22:37 WIB
7 Tips Bagi Pengajar Hadapi Krisis Pandemi Covid-19 Versi Mendikbud Nadiem
Sumber: Dok. BKHM Kemendikbud

Liputan6.com, Jakarta Ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, para satuan pendidikan dan siswa di Tanah Air dihadapkan pada rutinitas baru. Salah satunya adalah melakukan proses belajar mengajar secara virtual.

Meski belum diketahui kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir, namun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim pun, meminta agar para satuan pendidikan dan pengajar untuk beradaptasi, berinovasi, dan bertransformasi.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020, Nadiem pun menyemangati para guru dan pengajar, agar dapat menghadapi krisis pandemi Covid-19 ini tanpa beban. Berikut tujuh tipsnya:  

1. Jangan Stres

Pandemi yang terjadi adalah masa adaptasi. Ketika muncul kebingungan dan ketidakpastian,itu adalah hal yang normal. Nadiem pun meminta agar para pengajar tak khawatir berlebihan. Itu karena ada cara terbaik untuk belajar, yaitu dengan keluar dari zona nyaman.

“Itu satu-satunya cara untuk memperbaiki diri. Kalau masih ada orang tua yang gaptek  itu nggak apa-apa, itu juga normal. Namun yang penting mencoba tiap hari dengan metode terbaik karena nggak ada satu jalan untuk menemukan jalan yang tepat.”

2. Membagi Kelas Jadi Kelompok Kecil

Ini hal yang baru, tapi saatnya para pengajar mencoba metode belajar ini. Jangan takut mencoba bereksperimentasi dengan cara baru karena ini adalah kesempatan untuk berinovasi. Di situasi yang sulit pasti banyak yang aman saja, beri tugas tertulis, dikoreksi, dan diberikan angka. Tapi mungkin ada cara lain yang lebih efektif.

“Tidak semua murid memiliki level kompetensi yang sama, unggul di satu bidang belum tentu unggul dibidang lain. Cobalah bagi kelompok belajar berdasarkan kompetensi yang sama. Misalnya lima jam mengajar dalam satu hari, dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing satu jam. Tapi satu kelompok fokus pada hal yang paling menyulitkan atau paling menarik bagi mereka.”

 

3. Coba Project Based Learning

Belajar dari rumah bukan berarti belajar sendiri. Jika kelas sudah dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil, maka para pengajar bisa memberikan grup project assignment. Dengan itu, murid belajar bertanggung jawab dalam grup yang lebih besar, dan angka mereka terikat satu sama lain, sehingga menciptakan tantangan, kolaborasi dan ‘terpaksa’ bekerja sama.

“Ini melatih empati dan kemampuan mereka untuk mendorong satu sama lain. Secara otomatis, salah satu profil terpenting adalah asas gotong royong terbentuk. Ini memang nggak langsung lancar, tapi mulailah mencoba.”

4. Alokasi Lebih Banyak Waktu Bagi yang Tertinggal

Para pengajar diharapkan juga bisa memberikan fokus yang lebih kepada murid tertinggal, sehingga mereka lebih percaya diri saat bergabung lagi di kelas, saat pandemi ini berakhir. “Mungkinkah ini kesempatan emas para pengajar melibatkan orang tua untuk lebih memahami dan membantu pembelajaran yang terganggu.”

5. Fokus yang Terpenting Nadiem menjelaskan bahwa jika mengerjakan silabus saja tidak akan efektif. Oleh karena itu, ini saatnya bereksperimentasi dengan alokasi waktu. Semua mata pelajaran diberikan waktu yang sama di metode online atau daring.

“Dari pada kejar tayang semua topik belajar, mungkin para guru bisa menguatkan konsep fundamental yang mendasari kemampuan murid, untuk bisa sukses di mata pelajaran apapun. Misalnya literasi, numerasi atau pendidikan karakter.”

 

6. Sering ‘Nyontek’ Antara Guru

Ya, bagi para pengajar yang penasaran dengan metode belajar guru lainnya, Nadiem justru menyarankan untuk ‘nyontek’. Artinya, para pengajar boleh belajar berinovasi metode belajar online.

“Jangan ragu meminta pertolongan atau best practice dari orang lain. Misalnya bisa ikut kelas dan mulai observasi apa yang dilakukan, bagaimana menyampaikan bahan, gimana menggunakan fitur software,” kata Nadiem.

Guru yang sudah percaya diri pun, lanjutnya, bisa mengajak guru lain untuk masuk kelas online dan memberikan inspirasi. “Ini kesempatan emas para guru nimbrung ke guru yang lebih canggih dibidang teknologi dan sudah berinovasi lebih baik. Hal ini juga akan meningkatkan semangat pada guru.”

7. Have Fun

Faktanya mengajar itu tidak mudah, tapi siapa bilang harus membosankan dan sama saja? Di masa krisis ini, sudah saatnya para guru dan pengajar untuk mencoba hal yang dirasa baru.

“Inilah saatnya mendengarkan insting kita sebagai guru dan orang tua, bukan hanya mengikuti proses seadanya. seperti murid, ini saat guru dan orang tua banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya.”  

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya