Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan Inggris dan Afrika Selatan telah melakukan penelitian pada varian baru Corona COVID-19, Omicron dengan data awal yang menunjukkan gejalanya lebih ringan. Pada penelitian kali ini, ada sangat sedikit kasus lansia yang terinfeksi.
Hasil penelitian itu melansir BBC, pada Selasa (28/12/2021) menunjukkan orang yang terinfeksi Omicron 70-80 persen lebih kecil kemungkinannya membutuhkan perawatan di rumah sakit, bila dibanding dengan infeksi varian sebelumnya.
Kemudian Ahli Imunologi dari Imperial College, Prof Peter Openshaw yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut masih melansir sumber yang sama, menunjukkan bila dikatakan studi berkurangnya jumlah rawat inap tersebut menunjukkan bahwa Omicron "telah berubah menjadi flu biasa", itu adalah "pemaknaan yang salah".
Advertisement
Apa penyebab varian Omicron bisa memiliki gejala ringan? Lalu bagaimana gejala ringan varian Omicron tidak mengubahnya menjadi flu biasa? Berikut Liputan6.com ulas penjelasannya lebih lanjut, Selasa (28/12/2021).
Gejala Ringan Varian Omicron
Varian Omicron pada gelombang kasus pertama menurut studi awal yang diterbitkan ilmuwan Inggris dan Afrika Selatan melansir BBC, pada Selasa (28/12/2021) mengindikasi gejala lebih ringan. Hal ini terbukti pada jumlah orang yang membutuhkan rawat inap di rumah sakit karena varian Omicron lebih sedikit daripada jenis varian COVID-19 lainnya.
Penelitian itu menunjukkan orang yang terinfeksi Omicron 70-80 persen lebih kecil kemungkinannya membutuhkan perawatan di rumah sakit, bila dibanding dengan infeksi varian sebelumnya.
Para ilmuwan mencatat pengurangan jumlah kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit adalah kira-kira sepertiganya (dibandingkan varian Delta). Pada penelitian kali ini, ada sangat sedikit kasus lansia yang terinfeksi. Direktur insiden Covid-19 nasional di Public Health Skotlandia, Dr Jim McMenamin menyebut temuan itu sebagai "kabar baik".
Advertisement
Varian Omicron Tidak Berubah Menjadi Flu Biasa
Meski begitu, varian Omicron masih menjadi perlu menjadi kekhawatiran apabila infeksi menyebar dalam jumlah besar. Ini yang menjadikan gejala ringan varian Omicron tidak mengubahnya menjadi flu biasa.
"Infeksi individu bisa relatif ringan bagi sebagian besar orang, tetapi masih ada potensi bahwa semua infeksi ini terjadi bersamaan dan memberikan tekanan serius pada layanan kesehatan," dijelaskan Prof Mark Woolhouse, dari University of Edinburgh melalui BBC.
Hal yang sama disampaikan Kepala Urusan Darurat WHO, Dr. Michael Ryan dalam konferensi pers melansir VOA pada, Jumat (3/12/2021) lalu.
Dr. Michael mengingatkan untuk bersikap hati-hati ketika menyebut kasus varian Omicron yang “ringan” karena menurutnya “fakta bahwa sebagian besar kasusnya ringan mungkin mencerminkan fakta bahwa varian ini merebak di antara orang-orang muda yang sehat.”
Kemudian Ahli Imunologi dari Imperial College, Prof Peter Openshaw yang tidak terlibat dalam penelitian-penelitian di atas mengatakan tanda-tanda awal melalui BBC, menunjukkan varian bisa jadi lebih ringan, namun bila dikatakan studi berkurangnya jumlah rawat inap tersebut menunjukkan bahwa Omicron "telah berubah menjadi flu biasa", itu adalah "pemaknaan yang salah".
Penyebab Varian Omicron Memiliki Gejala Ringan
Pada hasil studi awal yang dipaparkan sebelumnya menunjukkan varian Omicron memang menunjukkan gejala yang ringan. Mengapa bisa demikian?
Penyebab varian Omicron memiliki gejala ringan melansir dari BBC, pada Selasa (28/12/2021) diungkap para peneliti karena kombinasi dari sifat dasar varian Omicron dan tingkat kekebalan masyarakat yang sudah tinggi atau terbentuknya herdimmunity karena vaksinasi COVID-19 serta terjadinya infeksi COVID-19 sebelumnya.
Analisis yang sama mengatakan, dengan adanya pertimbangan kekebalan kelompok atau herdimmunity dalam populasi, berarti risiko orang terinfeksi Omicron untuk dirawat di UGD 25 persen hingga 30 persen lebih rendah dan ada penurunan 40 persen dalam kebutuhan untuk tinggal di rumah sakit selama lebih dari sehari.
Masih melansir sumber yang sama, penelitian di laboratorium pun telah mengungkapkan kemungkinan penyebab varian Omicron memiliki gejala lebih ringan.
University of Hong Kong menemukan varian Omicron lebih baik dalam menginfeksi saluran udara atas, tetapi tidak sebaik itu dalam menembus jaringan dalam paru-paru, tempat ia dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan. Kemudian University of Cambridge menemukan varian tersebut tidak sebaik varian lain dalam menyatukan sel pada paru-paru hingga tidak meningkatkan risiko sakit parah.
Advertisement
Cara Mencegah Infeksi Varian Omicron
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention, disingkat CDC) melalui keterangan tertulisnya pada 13 Desember 2021, memberikan tiga rekomendasi cara mencegah infeksi varian Omicron. Apa saja?
1. Melakukan Vaksinasi COVID-19
Cara mencegah infeksi varian Omicron yang paling utama dan paling baik adalah melakukan vaksinasi COVID-19. Vaksinasi dapat membantu memperlambat penularan dan mengurangi kemungkinan munculnya varian baru karena mutasinya. Sejauh ini, ilmuwan meyakini vaksin COVID-19 masih sangat efektif mencegah penyakit menjadi parah, mengurangi rawat inap, dan mencegah kematian.
CDC merekomendasikan usia 18 tahun ke atas harus mendapatkan vaksin dosis ketiga atau vaksin booster setidaknya dua bulan setelah vaksin awal dengan jenis J&J (Johnson & Johnson ). Kemudian setidaknya enam bulan setelah vaksin awal dengan seri jenis vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna. Sementara usia 5 tahun ke atas, oleh CDC direkomendasikan mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap (dua dosis).
Penelitian terbaru yang dikeluarkan peneliti Universitas Oxford pada 13 Desember 2021 melalui CNBC, diungkap dua dosis (vaksin lengkap) AstraZeneca dan Pfizer-BionTech kurang efektif. Riset dilakukan dengan menguji sampel darah subjek selama 28 hari, setelah dosis kedua disuntik. Akan tetapi, para peneliti optimis suntikan ketiga atau vaksin booster bisa meningkatkan kekebalan terhadap varian Omicron yang memiliki kemampuan penularan tinggi.
2. Taat Menggunakan Masker
Cara mencegah infeksi varian Omicron yang kedua adalah selalu menggunakan masker di tempat umum dan di dalam ruangan dengan substansial tinggi. CDC merekomendasikan cara mencegah infeksi COVID-19 ini dengan menyesuaikan kebutuhan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masker medis tiga lapis yang baik adalah terdiri dari lapisan luar yang kedap air (bagian depan), lapisan penyaringan dengan densitas tinggi (bagian tengah), dan lapisan penyerap cairan berukuran besar untuk menyerap cairan keluar ketika batuk atau bersin (bagian dalam).
Anjuran CDC, cara mencegah infeksi COVID-19 adalah mengupayakan untuk menggunakan masker dobel. Masker bedah atau medis di dalam dan masker kain di luar. Para ahli percaya teknik penggunaan masker seperti ini akan meningkatkan efektivitas filtrasi masker dan memblokir hampir 80 persen partikel.
3. Rutin Melakukan Tes COVID-19
Cara mencegah infeksi varian Omicron ketiga adalah direkomendasikan oleh CDC rutin melakukan tes COVID-19. Hal yang sama diungkap oleh Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky menyebutkan jika tes untuk mendeteksi varian Omicron tetap menggunakan PCR.
"Ini juga sesuai rekomendasi WHO, cukup PCR. Kalau memang PCR tidak mendeteksi Gen S atau Gen S-nya drop out, ya itu Omicron. Itu sederhananya begitu saja," terang Dicky melansir Merdeka.
CDC menegaskan penting memahami dan menerapkan tiga macam cara mencegah infeksi varian Omicron yang sudah disebutkan sebelumnya, sampai para peneliti mengetahui lebih banyak tentang risiko varian Omicron.