6 Cara Mendidik Anak agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying, Kenali Faktor Penyebabnya

Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying perlu dipahami, karena efeknya begitu besar terhadap perkembangan anak.

oleh Husnul Abdi diperbarui 21 Nov 2022, 13:50 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2022, 13:50 WIB
Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying
Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying (Photo by Mikhail Nilov)

Liputan6.com, Jakarta Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying sangat penting dipahami oleh orang tua. Bully adalah suatu penindasan atau perundungan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Bully sering kali dikaitkan dengan kesehatan mental seseorang, baik orang yang melakukannya ataupun korbannya.

Bully adalah suatu perilaku yang harus dihindari setiap orang. Bully adalah perilaku yang sangat merugikan dan dapat memengaruhi sikap seseorang. Bully tidak hanya memengaruhi sikap korban bullying pada saat kejadian, namun juga dapat berpengaruh terhadap sikapnya di masa depan.

Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying perlu dipahami, karena efeknya begitu besar terhadap perkembangan seseorang. Baik pelaku maupun korban bullying akan merasakan dampaknya hingga waktu yang cukup lama.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (21/11/2022) tentang Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying.

Memahami Bullying atau Perundungan

Anak Mengalami Bullying
Ilustrasi anak mengalami perundungan/credit: unsplash.com/keren

Sebelum mengenali cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying, kamu perlu memahami apa itu bullying terlebih dahulu. Bully adalah istilah bahasa Inggris dari penindasan, perundungan, perisakan, atau pengintimidasian dalam bahasa Indonesia. Bully adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.

Merundung atau melakukan bully adalah menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu. Contohnya seperti memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak sesuai, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong.

Sederhanya, tindakan merundung atau bullying adalah mengganggu atau mengusik secara terus-menerus. Menindas atau bully juga dikenal dengan makna memperlakukan dengan sewenang-wenang (dengan lalim, dengan kekerasan). Bully adalah perilaku yang dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Bully mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan, dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.

Jenis Bullying

Ilustrasi
Ilustrasi bully. (dok. unsplash.com/@dannyg)

Bully merupakan tindakan yang dapat dikenali dalam berbagai bentuk. Bullying atau perundungan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan siber. Budaya bullying ini dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, seperti di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

- Bully verbal. Bullying atau perundungan yang paling mudah dikenali yakni perundungan verbal misalnya mengejek, komentar seksual yang tidak diinginkan, pengancaman, dan menghina.

- Bully sosial. Perundungan sosial berkenaan dengan perundungan relasional dengan tujuan merusak reputasi seseorang, seperti mempermalukan dan memerintahkan peminggiran seseorang atau mengucilkan.

- Bully fisik. Bullying atau perundungan fisik contohnya memukul, menendang, meludahi, mendorong, mematahkan atau merusak sesuatu atau seseorang.

- Bully siber. Seiring perkembangan zaman yang serba digital ini, juga sering ditemukan jenis perundungan siber yang terjadi dalam bentuk kiriman email atau pesan teror, rumor, mem-publish hal-hal yang memalukan.

Pelecehan Seksual

Biasanya kasus perundungan diikuti juga dengan pelecehan seksual dan kekerasan. Penindasan seksual ini terdiri dari tindakan berulang, berbahaya, dan memalukan yang menargetkan seseorang secara seksual. Contohnya termasuk pemanggilan nama secara seksual, komentar kasar, gerakan vulgar, sentuhan tanpa diundang, proposisi seksual, dan materi pornografi.

Seorang pelaku mungkin membuat komentar kasar tentang penampilan, daya tarik, perkembangan seksual, atau aktivitas seksual teman sebayanya. Dalam kasus ekstrem, intimidasi seksual membuka pintu untuk kekerasan seksual. Anak perempuan sering menjadi sasaran intimidasi seksual baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan lainnya.

Faktor Penyebab dan Ciri-Ciri Pelaku Bullying

[Bintang] Ilustrasi Bullying
Bukan cuma orang dewasa, anak-anak juga bisa jadi pelaku bully. (Sumber Foto: thriving.childrenshospital.org)

Faktor Penyebab Perilaku Bullying

Sebelum mengenali cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying, kamu tentu perlu tahu faktor penyebabnya. Berikut faktor penyebab perilaku bullying pada anak:

- Faktor Keluarga. Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang terlalu emosional dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang salah satunya perilaku bullying.

- Faktor Teman Sebaya. Perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara memberikan ide baik secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan berdampak apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.

- Faktor Media Massa. Anak-anak maupun remaja merupakan kelompok yang paling mudah untuk dipengaruhi, sebab mereka sedang mencari jati diri sehingga mereka sangat mudah meniru atau mencontoh apa yang dilihat. Seperti pada film atau sinetron yang berisi adegan kekerasan dan sebagainya.

 

Ciri-Ciri Pelaku Bullying

Kamu juga perlu mengenal ciri-cirinya, sebelum memahami cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying. Melansir ditpsd.kemdikbud.go.id, ciri-ciri pelaku bullying adalah sebagai berikut:

- Pelaku bullying cenderung memiliki sikap hiperaktif, impulsif, aktif dalam gerak, dan merengek, menangis berlebihan, menuntut perhatian, tidak patuh, menantang, merusak, dan ingin menguasai orang lain.

- Memiliki temperamen yang sulit dan masalah pada atensi/ konsentrasi, dan hanya peduli terhadap keinginan sendiri.

- Sulit melihat sudut pandang orang lain dan kurang empati.

- Adanya perasaan iri, benci, marah, dan biasanya menutupi rasa malu dan gelisah.

- Memiliki pemikiran bahwa “permusuhan” adalah sesuatu yang positif.

- Cenderung memiliki fisik yang lebih kuat, lebih dominan dari pada teman sebayanya.

Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying

Ilustrasi Orang Tua dan Anak Remaja (sumber: unsplash)
Ilustrasi Orang Tua dan Anak Remaja (sumber: unsplash)

Melansir American Psychological Association, penelitian menunjukkan bahwa kekerasan sering kali dipelajari sejak dini. Hal ini berarti peran orang tua dan anggota keluarga sangat penting untuk mendidik anak agar belajar mengatasi emosi tanpa kekerasan. Berikut cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying:

- Berikan kasih sayang dan perhatian secara konsisten

Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying yang pertama adalah selalu memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak. Setiap anak membutuhkan hubungan yang kuat dan penuh cinta dengan kedua orang tuanya. Hal ini bisa membuatnya merasa nyaman dan percaya.

Anak yang perilakunya bermasalah dan melakukan kenakalan biasanya memiliki orang tua yang kurang memberikan perhatian, terutama di usia dini. Dengan begitu, ia tidak bisa memberikan kasih sayang dan perhatian terhadap orang lain dengan benar.

- Jangan mengalah dengan anak yang berperilaku kasar 

Saat anak berperilaku kasar, jangan beri toleransi dan mengalah terhadap perilakunya. Apabila orang tua menoleransi anak yang marah karena keinginannya tidak terpenuhi, kelak dia akan menggunakan cara serupa hingga keinginannya tercapai. Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying ini juga sangat penting diperhatikan.

- Selalu mengawasi anak

Selalu awasi aktivitas anak merupakan cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying yang penting. Ketika orang tua tidak bisa mengawasi anak, mintalah seseorang yang dipercaya untuk mengawasi kegiatannya. Orang tua juga perlu menemani anak bermain dan melihat bagaimana ia berinteraksi dengan teman-temannya.

Jadi, jika ada sesuatu yang tidak baik, orang tua dapat segera memberikan ajaran yang lebih baik sebelum terlambat agar sifat buruk belum tertanam lebih dalam. Ajarkan anak mengenai respons yang tepat ketika teman atau orang lain mengganggu dan memukul mereka. Katakan, "Itu bukan perilaku yang baik. Jangan dicontoh ya."

Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying

Komunikasi dengan anak
Komunikasi dengan anak. (Sumber foto: Pexels.com).

-  Jauhkan tindak kekerasan dari rumah

Kekerasan di dalam rumah bisa menakutkan dan berbahaya bagi anak. Anak-anak butuh rumah yang aman dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan di rumah memang tidak selalu menjadi pelaku kekerasan. Tetapi kemungkinan ia akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Hal ini karena apa yang ia lihat dapat ia lakukan jika menghadapi keadaan yang sama. Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying memang bisa juga dilakukan dengan memberi contoh yang baik.

- Jangan beri anak tontonan yang menampilkan kekerasan

Perilaku kasar dan pemarah bisa terbentuk karena anak meniru apa yang mereka lihat dari tontonan di televisi maupun gawai. Hindari tontonan tersebut sedari dini sebagai cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying. 

Selalu ajarkan anak untuk menanggapi dengan kata-kata yang tenang dan tegas ketika ia diganggu, seperti dihina, diancam, atau dipukul. Jelaskan juga, jangan menggunakan kata-kata yang bisa memicu kekerasan, seperti membuat orang lain sakit hati.

- Konsisten dengan aturan yang dibuat

Bila orang tua sudah membuat aturan dan menetapkan sanksi, maka lakukanlah sesuai dengan ketentuan yang dibuat. Jangan terlalu sering memberi anak toleransi jika melanggar peraturan. Semakin sering kamu memberinya toleransi, semakin sering anak akan mengganggap remeh aturan dan menjadi makin sulit diatur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya