Pria Ini Pilih Bertahan Hidup di Bawah Laut Selama 100 Hari, Alasannya Tak Terduga

Ingin mengetahui tinggal di bawah air apakah dapat memengaruhi tubuh dan pikirannya.

oleh Dyah Mulyaningtyas diperbarui 21 Mar 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 10:30 WIB
Pria Ini Pilih Bertahan Hidup di Bawah Laut Selama 100 Hari, Alasannya Tak Terduga
Pria Ini Pilih Bertahan Hidup di Bawah Laut Selama 100 Hari, Alasannya Tak Terduga (Sumber: Oditty Central/Instagram/drdeepsea)

Liputan6.com, Jakarta Semakin berkembangnya kehidupan di dunia, ada banyak eksperimen manusia yang sudah dilakukan. Mulai dari berbagai penemuan penting hingga berbagai eksperimen atau percobaan yang membuat pekerjaan manusia semakin mudah.

Namun, dari berbagai eksperimen tersebut, ada banyak aksi unik yang bikin penasaran. Seperti yang dilakukan oleh pria yang dikenal sebagai seorang profesor ini. Pria ini berencana untuk hidup di bawah laut selama 100 hari. 

Bukan tanpa alasan, pria bernama Joseph Dituri itu bertahan hidup di bawag laut demi eksperimen ilmiah. Percobaan itu untuk mengetahui bagaimana tekanan yang meningkat secara konstan memengaruhi tubuh dan pikirannya.

Ia memulai aksi tersebut sejak 1 Maret 2023 hingga saat ini dan secara berkala membagikan ceritanya melalui akun Instagram-nya @drdeepsea. Berikut cerita selengkapnya, dilansir Liputan6.com dari Oddity Central, Selasa (21/2/2023).

Lakukan Eksperimen Tinggal di Bawah Laut

Pria Ini Pilih Bertahan Hidup di Bawah Laut Selama 100 Hari, Alasannya Tak Terduga
Pria Ini Pilih Bertahan Hidup di Bawah Laut Selama 100 Hari, Alasannya Tak Terduga (Sumber: Instagram/drdeepsea)

Rekor dunia saat ini untuk waktu yang dihabiskan untuk hidup di bawah air ditetapkan pada 2014 oleh dua ahli biologi Tennessee yang berhasil hidup terendam selama total 73 hari. Akan tetapi jika profesor Universitas South Florida Joseph Dituri memenuhi target yang ditetapkannya, ia akan mengalahkan rekor itu dengan kekalahan 27 hari.

Di awal bulan ini, Dituri yang juga disapa 'Dr. Deepsea', pindah ke Jules' Undersea Lodge di Key Largo, sebuah hotel bawah laut 30 kaki di bawah permukaan, di mana ia berencana untuk tinggal sampai 9 Juni. Selama ini, ia dan tim dokter serta ilmuwan berencana untuk melakukan serangkaian tes. Tes tersebut dilakukan melihat bagaimana hidup di bawah air dalam waktu yang lama untuk mengetahui reaksi yang mempengaruhi tubuh dan pikiran manusia.

“Tubuh manusia belum pernah berada di bawah air selama itu, jadi saya akan diawasi secara ketat,” kata Prof Dituri dalam keterangannya.

“Penelitian ini akan memeriksa segala cara perjalanan ini berdampak pada tubuh saya, tetapi hipotesis nol saya adalah bahwa akan ada peningkatan pada kesehatan saya karena tekanan yang meningkat.” lanjutnya.

Menjalani Tes Kesehatan dan Psikologis

Dituri mendasarkan hipotesisnya pada temuan penelitian di mana sel-sel yang terpapar tekanan tinggi menjadi dua kali lipat dalam waktu lima hari. Ia dan yang lainnya di University of South Florida sekarang percaya bahwa tekanan yang meningkat dapat meningkatkan umur panjangnya dan mencegah penyakit yang terkait dengan penuaan.

Agar air tidak masuk ke pondok bawah air yang ia tinggali, udara harus terus-menerus dipompa ke ruang hidup, yang menciptakan tekanan sekitar 1,6 kali lipat dari permukaan bumi. Selama 100 hari, profesor berusia 55 tahun itu akan rutin dikunjungi oleh tim medis yang akan menjalankan serangkaian tes.

Mulai dari panel darah, ultrasound, dan elektrokardiogram. Ia juga akan menjalani tes psikososial dan psikologis untuk memahami efek mental dari terjebak sendirian di bawah air untuk jangka waktu yang lama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya