Panduan Cara Budidaya Jamur Tiram bagi Pemula, Sterilkan Media Tanam

Cara budidaya jamur tiram dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani atau pengusaha, terutama karena harga jual jamur tiram cukup tinggi dan permintaan pasar yang cukup stabil.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 30 Mar 2023, 19:15 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2023, 19:15 WIB
Jamur Tiram (iStock)
Jamur Tiram (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah salah satu jenis jamur yang biasanya dibudidayakan. Jamur tiram memiliki rasa yang lezat dan tekstur yang kenyal, sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku dalam masakan dan makanan ringan. Jamur tiram mempunyai keunggulan sebagai komoditas pertanian yang menjanjikan, karena dapat dibudidayakan dengan biaya produksi yang relatif murah dan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya akan protein, serat, vitamin, dan mineral.

Di Indonesia, cara budidaya jamur tiram biasanya dilakukan di rumah-rumah kaca atau greenhouse, dengan memanfaatkan bahan baku seperti serbuk gergaji, jerami, dan bahan organik lainnya. Cara budidaya jamur tiram dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani atau pengusaha, terutama karena harga jual jamur tiram cukup tinggi dan permintaan pasar yang cukup stabil.

Selain itu, jamur tiram juga mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai produk olahan, seperti dalam bentuk kering atau bubuk jamur tiram, yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan dapat dijual dalam skala yang lebih besar. Berikut cara budidaya jamur tiram yang Liputan6.com lansir dari laman dispertan.bantenprov.go.id, Kamis (30/3/2023).

1. Persiapan Budidaya Jamur Tiram

Budidaya Jamur Tiram
Petani saat menimbang jamur tiram di kawasan Pulo Kambing, Jakarta, Rabu (26/12). Musim penghujan membuat produksi jamur tiram meningkat dari bulan biasa. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Langkah pertama pada cara budidaya jamur tiram adalah menyiapkan segala aspek penunjang budidaya jamur tiram. Aspek penunjang tersebut diantaranya, rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Usahakan untuk menggunakan bibit bersertifikat yang dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan dapat memanfaat peralatan dapur.

Untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga para petani umumnya memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.

Media yang umum digunakan untuk cara budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji, Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu.

Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.

Media lain yang diperlukan adalah dedak atau bekatul yang berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki.

Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.

2. Sterilisasi Bahan

Melihat Budidaya Jamur Tiram yang Bisa Panen Tiap Hari
Pembudidaya jamur tiram, Buhari memperlihatkan jamur tiram yang telah dipanen di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Senin (6/2/2023). Budidaya jamur tiram yang sudah berjalan sejak tahun 2022 tersebut kini sudah mencapai 3.000 baglog, Setiap harinya kini dapat memanen lima kilogram jamur yang dijual seharga Rp 20.000 hingga 36.000 per kilogram. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelum dicampur dengan media lain, serbuk kayu dan dedak perlu disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat celcius. Sterilisasi pada media yang digunakan untuk cara budidaya jamur bertujuan mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminasi dan mengurangi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. 

Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet.

3. Sterilisasi Baglog

ituSterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dalam autoclave atau steamer dengan suhu 121 derajat celcius selama 15 menit. Sterilisasi baglog juga dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar yang mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanaskan di atas kompor minyak. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.

Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.

4. Penanaman dan Perawatan

Salah satu penentu keberhasilan cara budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan desinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. 

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Jamur Tiram
Jamur Tiram (Image by Jenő Szabó from Pixabay)

Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.

Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tidak bersih.

Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.

Selain ulat, semut dan laba- laba juga menjadi salah satu hama yang kerap menyerang tanaman jamur tiram. Hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Selain itu hama semut dan laba-laba dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. 

6. Panen

Pemanenan merupakan tahap cara budidaya jamur tiram yang selalu dinantikan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik. Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. 

Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya