Sate Ratu, Kuliner Khas Jogja yang Telah Dicicipi Turis dari 74 Negara

Warung Sate Ratu menyimpan banyak cerita

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 11 Mei 2023, 14:03 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2023, 14:03 WIB
Sate Ratu
Sate Ratu (brilio.net/Ivanovich Aldino)

Liputan6.com, Jakarta Mencari kuliner khas Indonesia di tengah ramainya kuliner kekinian susah-susah gampang. Tapi jika kamu mencarinya di Yogyakarta, tentu akan lebih mudah. Kota pelajar ini sampai sekarang boleh dibilang menjadi barometernya kuliner Nusantara. 

Yogyakarta memang dikenal dengan makanan khasnya, Gudeg. Kuliner khas ini pula yang selalu diburu turis domestik ataupun manca negara saat berkunjung ke Yogyakarta. Tapi jangan keliru, di Yogyakarta (Jogja) banyak makanan selain gudeg yang bisa dicicipi. Salah satu yang recommended adalah Sate Ratu.

Untuk bisa mencicipi Sate Ratu tidaklah sult. Sekitar tujuh kilometer utara pusat wisata malam Malioboro, tepatnya di Jalan Magelang, terdapat banyak dealer motor, mobil, dan barang elektronik. Jalan Magelang dikenal dengan volume kendaraan yang padat dan ramai.

Sekilas tak ada yang menarik, tapi ternyata di sinilah para turis mancanegara sering menghabiskan waktu mencicipi kuliner khas nusantara, yakni Sate Ratu. Tepatnya di Paradise Food Court, Jalan Magelang KM 6, Sleman, Yogyakarta.

Surga yang Tersembunyi

Sate Ratu
Sate Ratu (brilio.net/Syamsu Dhuha Fr)

Tampaknya ada sesuatu yang menarik ditengah hiruk pikuk ramainya Jalan Magelang, disisi timur jalan tak jauh dari Jogja City Mall. Sekilas seperti tempat wisata, lampu-lampu menghiasi setiap sudut tempat yang diberi nama Jogja Paradise. Ternyata tak lain tak bukan itu adalah tempat makan semacam food court area. Masuk dengan percaya diri, tengok kanan dan kiri, ya begitu lah orang-orang yang sedang sibuk mencari tempat makan yang cocok.

Berjalan mengelilingi Jogja Paradise, mata tertuju pada suatu tempat dengan neon box unik bergambar wanita bersanggul. Awalnya saya pikir sebuah salon, lucu juga ada salon ditengah-tengah jajaran warung makan. Tertanya itu adalah warung sate. Dengan desain depan warung ala mini bar di Bali dan disambut dengan peta dunia disisi kiri pintu masuk, begini lah atmosfir unik Sate Ratu.

“Halo, Selamat Datang, Silahkan, dari mana ini” sambut pria berkaos hitam bertuliskan Sate Ratu. Fabian Budi Seputro, owner Sate Ratu yang menyambut ramah setiap pelanggannya. Selembar list menu disodorkan kepada pembeli yang datang dan sesekali menjelaskan menu-menu favorit yang disering dipesan. Ada tiga macam menu andalan di warung ini, yaitu lilit basah, sate merah, dan ceker tugel.

Berawal dari Angkringan Ratu

Sate Ratu
Coretan di dinding warung Sate Ratu (brilio.net/Ivanovich Aldino)

Warung Sate Ratu punya desain sederhana, namun rapi dan bersih. Pengunjung yang ke sana akan merasa santai. Sebenarnya interior warung Sate Ratu tak ada yang istimewa. Tapi yang membuat warung ini jadi unik dan beda adalah coretan-coretan di sisi-sisi dindingnya. Bukan coretan biasa, coretan ini ternyata ditulis oleh para pelanggan Sate Ratu dari berbagai penjuru dunia. Coretan-coretan di dinding yang banyak bercerita.

Coretan-coretan khas di dinding ditulis oleh turis dari 74 negara. Para turis menulis kesan mereka saat makan Sate Ratu dengan bahasa asli mereka. Para pelanggannya dari 74 negara tersebut juga diabadikan lewat jepretan foto.  

Warung Sate Ratu didirikan Fabian Budi Seputro pada Maret 2016. Pada mulanya, warung ini berkonsep angkringan premium yang diberi nama Angkringan Ratu. Beda dari yang lain angkringan ini dibuat untuk target pasaran wisatawan asing.

Angkringan Ratu sendiri berdiri pada tahun Juli 2015. Semangat Budi adalah ingin memulai menjadi entrepeneur dengan target pasar asing. Angkringan Ratu berupa sebuah tenda makan di jalan Solo. Berawal dari angkringan yang menjual bermacam-macam sate, disini bisnis Budi Seputro dimulai.

“Satu, dua tamu nyangkut dan mencoba produk kami kala itu. Memang masih sepi, tapi beginilah memulai bisnis,” ungkap pak Budi mengenang awal perjalanan bisnisnya.

Pak Budi, begitu ia biasa disapa, masih ingat betul turis pertama yang mencoba makanannya, yakni turis asal Singapura. Kala itu turis tersebut sangat puas karena bisa mencicipi street food khas Yogyakarta dengan pedagang yang humble dan bisa berbahasa asing. Menit demi menit, hingga jam demi jam, dihabiskan sang turis untuk ngobrol dengan pak Budi.

“Produk yang kita jual berbeda dari sate pada umumnya yang menggunakan bumbu kacang dan kecap. Selain itu potongan dari daging di Sate Ratu lebih besar-besar sehingga rasa dagingnya lebih juicy. Kita juga menggunakan bumbu merah yang belum ada di tempat lain,” kisah pak Budi.

Tak cuma soal sate, tapi juga promosi wisata Jogja

Sate Ratu
Sate Ratu (brilio.net/Syamsu Dhuha Fr)

“Kala itu pelanggan kami belum banyak, jadi masih punya banyak waktu untuk berinteraksi dengan para pelanggan asing,” kata Pak Budi kepada Liputan6.com di warungnya yang tenang awal Juli 2019. Ia akhirnya tak hanya sekedar menjajakan produk satenya, tujuan pak Budi membangun bisnis ini juga untuk memberikan informasi-informasi menarik seputar wisata jogja.

Cerita-cerita Pak Budi tentang Jogja membuat para turis tak hanya sekedar mampir makan sate tapi juga belajar dan mendapatkan lebih banyak informasi tentang pariwisata Jogja. Tak selalu mulus, perjalanan bisnis pak Budi juga banyak mengalami masa sulit. Dari warung yang sepi dan sate-sate yang tersisa, hingga pak Budi berada di titik jenuh dan tak bisa hidup dengan cara seperti kala itu.

Setelah melalui banyak lika-liku dan pergelutan batin, pak Budi dan istri akhirnya mendapatkan titik terang. Disinilah awal mula pak Budi mendapatkan ide membuka Sate Ratu dengan 3 best seller sate yang sebelumnya dijual di angkringan. Berbekal informasi dari media sosial, satu persatu para turis mulai penasaran dengan wujud asli Sate Ratu.

Dikunjungi 3.000 turis dari total 74 negara

Sate Ratu
Sate Ratu (brilio.net/Syamsu Dhuha Fr)

Keputusan Pak Budi beralih dari angkringan lalu membuka sate ratu, ternyata membuahkan hasil. Para turis bukan hanya sekedar turis biasa, melainkan para pemilik food blogger hingga jurnalis. Hal ini yang membuat Sate Ratu cepat dikenal luas oleh para turis mancanegara. Sejak 3 tahun berdiri, Sate Ratu sudah dikunjungi sekitar hampir 3.000 turis dari total 74 negara.

Dengan 3 menu andalannya, sate ratu mampu memberikan cita rasa baru  yang khas di lidah para turis. Sehingga hal ini membuat saya penasaran dengan cita rasa dengan Sate Ratu. Dari kejauhan tercium aroma khas yang membuat saya makin penasaran. Tak  lama kemudian  pak Budi mengantarkan menu andalan Sate Ratu yaitu sate merah dan lilit basah.

“Ayo silahkan dicoba,” ungkap pria berkaos hitam tersebut menyuguhkan sate merah, salah satu varian satu ratu.  

Seperti namanya, warna merah mewakili rasa pedas dari sate merah. Sate dengan bumbu unik ini membuat sate ini lain dari pada yang lain. Tak monoton seperti sate bumbu kacang dan kecap. Sate merah berhasil memberikan cita rasa manis dan juicy. Berbeda lagi dengan kawannya lilit basah yang memberikan rasa yang lebih ringan. Jika pada umumnya kita tahu sate lilit itu dibakar, lilit basah ini melalui proses steam. Sate lilit basah ini disajikan dengan sedikit kuah, mentimun dan bawang goreng sebagai pelengkap.

Penghargaan Sate Ratu

Sate Ratu
Sate Ratu (brilio.net/Syamsu Dhuha Fr)

Dari keunikan tersebutlah Sate Ratu mendapatkan beberapa penghargaan diantaranya penghargaan dari Trip Advisor berupa Certificate of Excellence di tahun 2017 dan 2018. Selain itu sate ratu juga mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari 95 Foods Startup Indonesia oleh BEKRAF dan finalis penerus warisan kuliner kecap bangau tingkat nasional.

Untuk kamu yang ingin mencoba sate ratu dengan keluarga bisa langsung ke sini. Sate Ratu buka setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 10 pagi hingga 9 malam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya