Arti Rasional adalah Sesuai Logika dan Nalar, Perhatikan Contohnya

Arti rasional adalah merujuk pada pola pikir dan sikap seseorang yang berdasarkan pada logika dan nalar.

oleh Laudia Tysara diperbarui 18 Mei 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2023, 14:00 WIB
Ilustrasi diri sendiri, percaya diri, berpikir
Seorang pria sedang berpikir secara rasional dengan bantuan perangkat laptop. (Photo by Vanessa Garcia/Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Arti rasional adalah merujuk pada pola pikir dan sikap seseorang yang berdasarkan pada logika dan nalar manusia. Ketika seseorang bersifat rasional artinya, ia tidak hanya mengandalkan emosi atau keinginan pribadi.

Akan tetapi, ketika dihadapkan pada suatu situasi tertentu, ia selalu mencari pembenaran dan bukti yang masuk akal sebelum membuat keputusan atau mengambil tindakan. Arti rasional adalah cara berpikir yang mengharuskan seseorang untuk mempertimbangkan fakta, data, dan informasi yang relevan sebelum mencapai suatu kesimpulan.

Seseorang yang bisa berpikir rasional, maka bisa dipastikan ia dapat meminimalkan kesalahan atau bias dalam pemikiran mereka. Selain itu, mereka yang mampu rasional artinya dapat mencapai solusi atau keputusan yang lebih efektif dan masuk akal.

Agar lebih memahaminya, berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang arti rasional, cara berpikir rasional, dan contohnya, Kamis (18/5/2023).

Sesuai Logika dan Nalar

Ilustrasi berpikir | Andrea Piacquadio dari Pexels
Seorang wanita berambut keriting dan berkacamata ini sedang berusaha berpikir secara rasional sambil mengernyitkan dahinya | Andrea Piacquadio dari Pexels

Arti rasional adalah berupa sifat atau pola pikir di mana seseorang cenderung menggunakan logika dan nalar manusia untuk berpikir dan bertindak. Dalam modul Universitas STEKOM, perilaku rasional adalah mengikuti cara berpikir yang sistematis, analitis, dan objektif.

Oleh karena itu, seseorang yang bersifat rasional artinya tidak hanya mempercayai perasaan atau intuisi, tetapi juga mencari informasi dan mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk membuat keputusan yang baik dan tepat.

Ini mengapa seseorang harus berpikir rasional. Pentingnya rasionalitas dalam pengambilan keputusan juga terkait dengan ketercapaian tujuan atau penyelesaian masalah secara optimal.

Sebuah keputusan yang sesuai arti rasional adalah keputusan yang tidak hanya beralasan, tetapi juga efektif untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah. Maka dari itu, rasionalitas membantu seseorang untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan dan memilih opsi terbaik yang tersedia.

Cara Berpikirnya

Dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu, Prof. Dr. Ahmad Tafsir memberikan penjelasan mengenai perbedaan cara berpikir rasional dan logis. Menurutnya, arti rasional adalah mengacu pada pemikiran yang masuk akal atau sesuai dengan penalaran, namun terbatas pada objek empiris.

Artinya, ketika seseorang berbicara tentang sesuatu yang dapat diuji atau diobservasi, maka dapat menggunakan rasionalitas untuk memahaminya. Namun, ketika berbicara tentang sesuatu yang tidak dapat diuji atau diobservasi, maka rasionalitas menjadi kurang efektif.

Di sisi lain, cara berpikir dengan logika merupakan bentuk pemikiran yang sesuai dengan penalaran atau masuk akal tanpa batasan objek empiris. Artinya, logika dapat digunakan dalam segala situasi, termasuk ketika berbicara tentang hal-hal yang abstrak atau tidak dapat diuji.

Logika tidak terbatas pada objek empiris, ini yang membuat logika memungkinkan seseorang untuk mempertimbangkan argumen atau konsep dalam tingkat yang lebih luas.

Namun demikian, baik cara berpikir rasional maupun logika sama-sama penting dalam ilmu pengetahuan. Keduanya saling melengkapi untuk membantu manusia memahami dan menguji teori-teori yang ada.

Contohnya

Berpikir Kritis
Seorang wanita sedang membaca buku sambil rebahan di atas sofa. Credit: pexels.com/cottonbro

Ini contoh cara berpikir rasional yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:

  1. Menganalisis masalah secara objektif
  2. Menimbang fakta dan data secara kritis
  3. Menghindari pemikiran yang dipengaruhi emosi
  4. Mempertimbangkan alternatif sebelum mengambil keputusan
  5. Menghindari membuat asumsi tanpa bukti yang cukup
  6. Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari setiap tindakan yang diambil
  7. Menggunakan sumber informasi yang andal dan terpercaya
  8. Mengenali bias pribadi yang mungkin mempengaruhi pemikiran
  9. Mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap tindakan yang diambil
  10. Mempertimbangkan perspektif orang lain sebelum mengambil keputusan
  11. Menggunakan bukti dan argumen untuk mendukung pandangan
  12. Mencari solusi yang realistis dan praktis
  13. Mempertimbangkan pengalaman masa lalu dalam mengambil keputusan
  14. Menggunakan prinsip-prinsip logika dan matematika untuk memperkuat argumen
  15. Menghindari generalisasi yang tidak didukung oleh fakta
  16. Menerima kesalahan atau ketidakpastian dalam proses berpikir
  17. Menghindari kesimpulan yang prematur atau terburu-buru
  18. Mempertimbangkan semua aspek dari masalah sebelum mengambil keputusan
  19. Menjaga konsistensi dalam pengambilan keputusan yang serupa
  20. Mempertimbangkan risiko dan peluang dalam setiap tindakan yang diambil.

Lawan Katanya

Menurut Pustaka Digital Indonesia, terdapat tiga lawan kata dari arti rasional, yaitu subjektif, irasional, dan khayal. Lawan kata pertama, subjektif, merujuk pada cara berpikir atau penilaian yang terpengaruh oleh pendapat pribadi, perasaan, atau kepentingan individu.

Ketika seseorang berpikir secara subjektif, ia cenderung melihat situasi atau masalah dari sudut pandang pribadinya, tanpa mempertimbangkan fakta atau pandangan objektif.

Lawan kata kedua adalah irasional, yang menunjukkan tindakan atau pemikiran yang tidak sesuai dengan logika atau nalar manusia.

Irasionalitas terjadi ketika seseorang membuat keputusan berdasarkan emosi, keyakinan tanpa bukti yang cukup, atau penilaian yang tidak masuk akal secara objektif. Dalam pemikiran irasional, logika dan akal sehat seringkali diabaikan.

Sementara itu, lawan kata ketiga adalah khayal, yang mengacu pada pikiran atau konsep yang bersifat imajinatif atau tidak berdasar pada kenyataan.

Ketika seseorang berpikir secara khayal, ia mungkin menciptakan gambaran atau skenario yang tidak memiliki dasar nyata atau keterkaitan dengan realitas. Pemikiran khayal cenderung bersifat abstrak dan tidak berdasarkan fakta atau bukti konkret.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya