Liputan6.com, Jakarta Turki Usmani merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar yang memiliki wilayah mencakup sebagian Asia dan sebagian Eropa. Sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar, Turki Usmani mampu menjadi salah satu basis kekuatan Islam di Eropa Timur selama berabad-abad.
Bukan tanpa alasan mengapa Turki Usmani bisa bertahan di Eropa Timur selama berabad-abad. Ini karena Turki Usmani memiliki kekuatan militer, cadangan kas, serta kestabilan sosial, ekonomi dan politik yang dimilikinya.
Advertisement
Puncak kejayaan Turki Usmani terjadi pada masa kekuasaan Sulaiman al-Qanuni. Beliau raja yang sangat terkenal di dunia dan juga penguasa yang Shaleh. Sedangkan periode kemundurannya dimulai karena terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699) antara Turki Usmani dengan Australia, Polandia, Venesia, dan Inggris.
Advertisement
Untuk mengenal lebih jauh mengenai perkembangan sejarah kerajaan Turki Usmani, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (23/5/2023).
Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh kabilah Oghuz  pada tahun 1281. Kabilah Oghuz sendiri merupakan sebuah kabilah yang mendiami daerah mongol dan daerah utara negeri Cina.
Nama Turki Usmani sendiri diambil dari nama kakek dari kabilah Oghuz, yakni Utsman bin Erthogril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus Turki.
Sebelum kerajaan Turki Usmani berdiri, Sulaiman Syah melakukan pengembaraan ke Anatolia. Akan tetapi, dia meninggal sebelum mencapai tujuan. Kemudian kedudukannya digantikan oleh putranya yang bernama Erthogril, yang kemudian melanjutkan pengembaraannya ke Anatolia. Sesampainya di sana, dia diterima penguasa Seljuk, Sultan Alaudin yang sedang berperang dengan Bizantium.
Erthogril dan Sultan Alaudin pun bekerja sama untuk melawan kerajaan Bizantium, yang berujung pada kemenangan. Atas bantuannya tersebut, Erthogril diberi hadiah sebidang wilayah di perbatasan Bizantium serta memberi wewenang mengadakan ekspansi.
Setelah Erthogril meninggal, kepemimpinan atas wilayah tersebut kemudian diambil alih oleh putranya yang bernama Utsman yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M. Di sisi lain, Seljuk mendapat serangan dari Mongol pada 1300 M, yang menyebabkan terbunuhnya Sultan Alaudin.
Terbunuhnya Sultan Alaudin membuat Seljuk terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Ketika Seljuk terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, Utsman mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan Utsman sebagai raja pertama yang sering disebut Utsman I.
Advertisement
Perluasan Wilayah
Setelah Usman memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Utsmani, perlahan-lahan dia mulai melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaan Turki Usmani dengan memperkuat militernya secara berkesinambungan.
Upaya memperkuat kekuatan militernya, Turki Usmani bahkan mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan militer sehingga terbentuklah sebuah kesatuan militer yang disebut Yenisari atau Inkisyariah yang dipimpin oleh Orkhan.
Perkembangan di bidang militer terus berlanjut dengan membangun cabang Yeniseri, yang membuat kekuatan militer Turki Usmani semakin kuat. Hal itu mendorong untuk melakukan penaklukkan di wilayah-wilayah non-Islam seperti Adrianopel, Macedonia, Bulgaria, dan Serbia.
Dari sekian banyak pemimpin yang pernah memimpin Turki Usmani, Sultan Muhammad II adalah pemimpin yang memiliki kontribusi besar dalam memperluas wilayah kerajaan tersebut. Sultan Muhammad II bahkan sampai mendapat julukan al Fatih (sang penakluk) karena keberhasilannya menaklukkan Romawi Timur yang berpusat di kota Konstantinopel pada tahun 1453, dilanjutkan dengan menaklukkan ke semenanjung Maura, Serbia, Albania sampai ke perbatasan Bundukia.
Salah satu pencapaian penting Sultan Muhammad II adalah penaklukkan kota Konstantinopel. Dia bahkan mengalihfungsikan gereja St. Sophia menjadi masjid dan mengubah namanya menjadi Aya Sophia, sebagai lambang kemenangan orang Islam di kota Konstantinopel. Oleh Sultan Muhammad II, kota Konstantinopel diganti namanya menjadi Istambul. Dengan keberhasilan penaklukan Konstantinopel ini, seluruh ambisi umat Islam untuk menundukkan imperium Romawi Timur tercapai sudah.
Politik Turki Usmani
Masa kejayaan Turki Usmani tentu tidak lepas dari aspek politik dan pemerintahan. Para pemimpin Turki Usmani semuanya memiliki gelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Dua gelar ini memiliki fungsi dan peran yang berbeda. Gelar Sultan menunjukkan bahwa pemimpin memiliki peran sebagai penguasa duniawi. Sedangkan gelar Khalifah berarti bahwa raja atau pemimpin juga berkuasa atau memimpin di bidang agama atau aspek spiritual.
Tampu kekuasaan di Turki Usmani diteruskan secara turun-temurun. Akan tetapi, tidak harus putra pertama yang harus mewarisi kekuasaan sultan terdahulu. Dalam perkembangannya pergantian kekuasaan itu juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya.
Terkait struktur pemerintahan, Sultan sebagai penguasa tertinggi akan bekerja dengan dibantu oleh shadr al a'zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur) , dan gubernur mengepalai daerah tingkat I. Kemudian di bawahnya terdapat beberapa orang al zanaziq atau al ‘alawiyah (bupati).
Untuk mengatur pemerintahan negara , di masa sultan Sulaiman I disusun undang-undang (qanun) yang bernama Multaqa al Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19.
Advertisement
Peninggalan Kerajaan Turki Usmani
Kejayaan Kerajaan Turki Usmani dapat dilihat dari berbagai macam peninggalannya, terutama di bidang kebudayaan. Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan antara kebudayaan Bizantium, Persia dan Arab.
Hal yang sangat mencolok dari kebudayaan Turki Usmani adalah peninggalan arsitekturnya, di mana Turki Usmani banyak meninggalkan karya arsitektur yang sangat terkenal, di antaranya Mesjid Jami’ Muhammad al-Fatih, masjid agung Sulaiman dan Masjid Abu Ayyub al- Anshari dan masjid Aya Sophia yang dulu asalnya dari gereja St. Sophia, merupakan peninggalan arsitektur yang dikagumi sampai saat ini.
Demikianlah kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Usmani terutama di bidang militer, karena tidak terlepas dari tabiat orang Turki yang terbiasa hidup nomaden, jiwa militer, tangguh dan patuh terhadap pimpinan.
Faktor Kemajuan dan Kemunduran Turki Usmani
Faktor Kemajuan Kerajaan Turki Usmani
Kemajuan Turki Usmani yang ditunjukkan dari luasnya wilayah dan peninggalannya, tentu tidak lepas dari sejumlah faktor. Adapun faktor yang mendukung kemajuan Kerajaan Turki Usmani antara lain adalah sebagai berikut,
1. Politik
Dalam struktur pemerintahan Turki Usmani, setiap pemimpin akan mendapatkan gelar Sultan dan Khalifah. Artinya, kekuasaan raja tidak hanya sebatas pada bidang pemerintahan semata melainkan juga agama dan aspek spiritual. Tidak hanya itu, pemimpin tertinggi Turki Usmani juga berperan sebagai pemimpin militer.
Hal inilah yang menjadi faktor yang mendorong kejayaang Turki Usmani sehingga menguasai wilayah yang begitu luas.
2. Militer
Di samping faktor politik, kejayaan Turki Usmani juga ditunjang oleh faktor militer. Turki Utsmani berhasil mengembangkan militer dengan baik, yaitu dengan dibentuknya pasukan Ghazi (penakluk awal) yang diambil dari orang-orang Turki, pasukan militer budak (dari bangsa non Turki) dan pasukan kavaleri propinsial sangat kuat.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kejayaan Turki Usmani. Perekonomian Turki Utsmani bisa kuat atas keberhasilannya menaklukkan beberapa wilayah terlebih keberhasilannya menaklukkan Bizantium dan Konstantinopel, sehingga alur perekonomian kala itu dibawa kendali Kerajaan Turki Usmani.
4. Faktor Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi faktor lain yang membawa Turki Usmani menunju kejayaannya. Turki Usmani memiliki pemimpin yang visioner, sehingga dapat membuat visi ke depan yang gemilang yang dimanifestasikan dalam futuhat (ekspansi) sehingga keberadaannya telah membawa perubahan dalam tatanan peradaban dunia waktu itu.
Faktor Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Meski pernah mengalami masa kejayaan, pada akhirnya Kerajaan Turki Usmani pun mengalami kemunduran dan pada akhirnya runtuh. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Usmani. Faktor-faktor tersebutr dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun faktor internal yang membawa Kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduruan adalah sebagai berikut,
- Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang penerusnya yang kurang profesional, kurangnya keadilan serta korupsi yang merajalela.
- Heterogenitas penduduk dan agama. Menurut Philip K Hitti, dalam Tarikh al Daulah al Islamiyah menyatakan bahwa suatu negara yang landasan berdirinya untuk kepentingan militer, bukan untuk kemaslahatan bangsa, tidak akan mampu menyatukan keberagaman penduduk dan agama.
- Kehidupan para penguasa yang suka bermewah-mewahan mengikuti gaya hidup orang barat dan meninggalkan nilai-nilai Islam.
- Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang berlangsung berabad-abad lamanya.
Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi kemunduran kerajaan Turki Usmani antara lain adalah sebagai berikut,
- Timbulnya gerakan nasionalisme di kalangan bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki Usmani.
- Kemajuan teknologi di dunia barat, khususnya di bidang persenjataan, sedangkan Turki mengalami stagnasi dalam bidang teknologi senjata, sehingga selalu mengalami kekalahan dalam setiap kontak senjata dengan bangsa Eropa.
Advertisement