10 Penyebab Mata Sensitif pada Cahaya, Bisa Tandakan Masalah Otak

Sensitivitas pada cahaya bisa sangat mengganggu mata.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 31 Mei 2023, 16:50 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2023, 16:50 WIB
Ilustrasi matahari, sinar matahari, semangat, motivasi
Ilustrasi sensitivitas cahaya. (Photo by Kaitlin Duffey on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Sensitivitas cahaya adalah kondisi di mana cahaya terang bisa mengganggu mata. Kondisi ini juga disebut dengan fotofobia. Penderita fotofobia akan merasa sinar matahari atau cahaya di dalam ruangan terasa tidak nyaman, bahkan menyakitkan mata.

Sensitivitas cahaya ringan bisa membuatmu menyipitkan mata di ruangan yang terang benderang atau saat berada di luar. Dalam kasus yang lebih parah, kondisi ini menyebabkan rasa sakit yang hebat saat mata terpapar hampir semua jenis cahaya.

Fotofobia bukanlah penyakit, melainkan gejala umum yang terkait dengan beberapa kondisi berbeda. Penyebab fotofobia mulai dari iritasi ringan hingga keadaan darurat medis yang serius.

Berikut penyebab mata sensitif pada cahaya, dirangkum Liputan6.com dari Healthline, Jumat (22/1/2021).

Penyebab mata sensitif cahaya paling umum

Ilustrasi migrain
Ilustrasi migrain. Sumber foto: unsplash.com/Carolina Heza.

Migrain

Mata sensitif pada cahaya merupakan gejala umum migrain. Jenis sakit kepala ini dapat dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk perubahan hormonal, makanan, stres, dan perubahan lingkungan. Gejala migrain termasuk berdenyut di salah satu bagian kepala, mual, dan muntah.

Mata kering

Penyebab paling umum sensitivitas cahaya yang terkait dengan mata pada orang dewasa adalah mata kering. Mata kering terjadi ketika kelenjar air mata tidak dapat mengeluarkan cukup air mata untuk menjaga mata tetap lembap.

Mata kering kronis dan fotofobia sering kali terjadi bersamaan. Mata kering kronis bisa menyebabkan kekeringan, rasa terbakar, kemerahan, bintik-bintik, dan bahkan penglihatan kabur.

Penyebab mata sensitif cahaya terkait dengan mata

Mahasiswi Asal Prancis Dikritik Rasis Usai Unggah Foto Mata Sipit di Media Sosial
Ilustrasi mata. (dok. Bacila Vlad/Unsplash.com)

Skleritis

Skleritis terjadi ketika bagian putih mata meradang. Skleritis bisa sangat menyakitkan dan menyebabkan sensitivitas cahaya.

Sekitar setengah dari semua kasus disebabkan oleh penyakit yang memengaruhi sistem kekebalan, seperti lupus. Gejala lain termasuk sakit mata, mata berair, dan penglihatan kabur.

Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi ketika lapisan jaringan yang menutupi bagian putih mata terinfeksi atau meradang. Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh virus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri dan alergi.

Konjungtivitis bisa menyebabkan sensitivitas pada cahaya. Gejala lainnya termasuk gatal, kemerahan, dan sakit mata.

Penyebab mata sensitif cahaya

Ilustrasi mata.
Ilustrasi mata. (dok. Blender Timer/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Uveitis

Uveitis adalah pembengkakan pada lapisan tengah mata, yang disebut uvea. Uvea memasok darah ke retina. Retina adalah bagian mata yang peka cahaya. Ini membuat uveitis dapat menyebabkan sensitivitas pada cahaya.

Gejala uveitis meliputi sensitivitas cahaya, mata bengkak, nyeri, munculnya floaters, dan penglihatan kabur. Penyebab uveitis seringkali tidak diketahui dan sering terjadi pada orang sehat. Namun, uveitis kerap dikaitkan dengan penyakit lain seperti gangguan autoimun atau infeksi dari virus atau bakteri.

Abrasi kornea

Abrasi kornea adalah cedera pada kornea yang merupakan lapisan terluar mata. Jenis cedera ini umum terjadi dan dapat terjadi jika mata terkena pasir, kotoran, atau partikel lain. Hal ini dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut ulkus kornea jika kornea terinfeksi.

Abrasi kornea merupakan kondisi medis yang serius. Gejalanya bisa meliputi sakit mata tiba-tiba dengan air mata dan berkedip cepat, serta mata merah. Kondisi ini memerlukan perawatan darurat.

Penyebab mata sensitif cahaya terkait dengan otak

Ilustrasi Kanker Otak
Ilustrasi Otak (sumber: iStockphoto)

Meningitis

Meningitis adalah infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Bakteri dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan otak, gangguan pendengaran, kejang, bahkan kematian.

Meningitis bisa menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya. Gejala lain meliputi mual, muntah, demam, leher kaku, kelelahan, dan sakit kepala.

Encephalitis (Radang otak)

Encephalitis atau radang otak adalah peradangan jaringan otak. Penyebab paling umum adalah infeksi virus. Dalam kasus yang jarang radang otak terjadi bisa disebabkan oleh bakteri atau bahkan jamur.

Dalam kasus yang parah, radang otak bisa menyebabkan sensitivitas pada cahaya. Gejala lain meliputi sakit kepala, muntah, leher kaku, kelelahan ekstrem, kejang, halusinasi, hingga koma.

Penyebab mata sensitif cahaya

Ilustrasi Kanker Otak (sumber: iStockphoto)
Ilustrasi Otak (sumber: iStockphoto)

Pendarahan subarachnoid

Pendarahan subarachnoid terjadi ketika seseorang mengalami pendarahan di antara otak dan lapisan jaringan di sekitarnya. Ini bisa berakibat fatal atau menyebabkan kerusakan otak atau stroke. Ruang subarachnoid adalah ruang tempat cairan serebrospinal bersirkulasi, dan bertanggung jawab untuk melindungi otak dari cedera dengan berfungsi sebagai bantalan.

Pendarahan di bagian ini dapat menyebabkan koma, kelumpuhan, dan bahkan kematian. Gejala utamanya adalah sakit kepala parah yang tiba-tiba, yang sangat hebat di dasar tengkorak. Beberapa orang bahkan mungkin merasakan sensasi meletup di kepala mereka sebelum pendarahan dimulai. Kondisi inilah yang menyebabkan sensitivitas pada cahaya.

Gegar otak

Gegar otak adalah kondisi cedera otak traumatis ringan. Gegar otak bisa terjadi setelah benturan di kepala atau cedera yang menyebabkan kepala dan otak bergetar dengan cepat ke depan dan ke belakang. Gegar otak bisa menyebabkan kepekaan terhadap cahaya atau kebisingan.

Gejala lain terkalit gegar otak meliputi masalah ingatan, kebingungan, sakit kepala, penglihatan ganda, masalah keseimbangan, hingga sakit kepala. Gejala dapat segera dimulai sesaat setelah cedera, atau mungkin berkembang selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan setelah cedera.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya