Pakistan Desak Investigasi Internasional atas Pembunuhan 26 Turis di Kashmir

India, menurut Pakistan, mengambil langkah untuk menghukum tanpa bukti dan penyelidikan.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 26 Apr 2025, 11:25 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2025, 11:25 WIB
Tentara India berjaga di tepi Danau Dal di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (24/4/2025).
Tentara India berjaga di tepi Danau Dal di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (24/4/2025). (Dok. AP/Mukhtar Khan)... Selengkapnya

Liputan6.com, Islamabad - Pakistan meyakini bahwa penyelidikan internasional diperlukan terkait pembunuhan 26 orang turis di Kashmir yang dikuasai India pekan ini. Hal ini dilaporkan New York Times pada Jumat (25/4), mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif.

Asif mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Pakistan "siap bekerja sama" dengan "penyelidikan apa pun yang dilakukan oleh penyelidik internasional."

India menyatakan ada unsur Pakistan di balik serangan pada Selasa (22/4), namun Islamabad membantah keterlibatannya. Kedua negara sama-sama mengklaim wilayah pegunungan tersebut, namun masing-masing hanya menguasai sebagian.

Sejak serangan itu, kedua negara yang memiliki senjata nuklir ini saling melancarkan serangkaian tindakan balasan. India menangguhkan Perjanjian Air Sungai Indus yang krusial, sementara Pakistan menutup wilayah udaranya bagi maskapai India.

Asif mengatakan kepada New York Times bahwa India menggunakan dampak serangan militan sebagai dalih untuk menangguhkan perjanjian air dan kepentingan politik domestik.

"Kami tidak ingin perang ini meluas karena eskalasi perang dapat menyebabkan bencana bagi kawasan ini," ujar Asif seperti dikutip dari The Straits Times.

Bantahan Pakistan

Tentara paramiliter India berpatroli di pasar yang ramai di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis, (24/4/2025).
Tentara paramiliter India berpatroli di pasar yang ramai di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis, (24/4/2025). (Dok. AP/Dar Yasin)... Selengkapnya

Kelompok militan yang kurang dikenal, Kashmir Resistance, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui pesan di media sosial.

Badan keamanan India menyatakan bahwa Kashmir Resistance, yang juga dikenal sebagai The Resistance Front, adalah kedok bagi organisasi militan yang berbasis di Pakistan seperti Lashkar-e-Taiba dan Hizbul Mujahideen.

Asif membantah tuduhan tersebut dalam wawancaranya. Dia mengatakan Lashkar-e-Taiba sudah "tidak aktif" dan tidak memiliki kemampuan untuk merencanakan atau melancarkan serangan dari wilayah yang dikontrol Pakistan.

"Mereka tidak memiliki basis di Pakistan," katanya, menurut surat kabar itu.

"Orang-orang itu, sisa-sisa mereka, sudah dikendalikan. Sebagian ada yang ditahan di rumah, sebagian lagi dalam tahanan. Mereka sama sekali tidak aktif."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya