7 Bahaya Penyakit Insomnia yang Tak Boleh Diabaikan

Insomnia juga dapat meningkat seiring bertambahnya usia.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 09 Jun 2023, 06:20 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2023, 06:20 WIB
20160303-Ilustrasi Insomnia-iStockphoto
Ilustrasi Insomnia atau Susah Tidur (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bahaya penyakit insomnia seringkali diabaikan penderitanya. Hampir setiap orang mengalami insomnia dari waktu ke waktu. Faktor-faktor seperti stres, jet lag, atau bahkan diet dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mendapatkan tidur berkualitas.

Insomnia juga meningkat seiring bertambahnya usia. Terkadang insomnia hilang setelah faktor gaya hidup berubah. Untuk kasus yang lebih serius, mengatasi penyebab yang mendasarinya dapat meningkatkan kualitas tidur. Mengobati insomnia penting karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko untuk masalah kesehatan lainnya.

Bahaya penyakit insomnia jarang disadari penderitanya. Padahal bahaya penyakit insomnia bisa menimbulkan komplikasi dan masalah kesehatan lain. Insomnia dapat memiliki dampak yang signifikan. Beberapa efek insomnia dapat dirasakan secara jelas, sementara yang lain dapat terjadi dalam waktu lama dan meningkat seiring waktu.

Dampak ini bisa menjadi bahaya penyakit insomnia bagi tubuh. Mengetahui bahaya penyakit insomnia bisa membuat Anda lebih waspada dan serius menangani masalah tidur ini.

Bahaya penyakit insomnia bisa berupa meningkatkan risiko kondisi kesehatan lain, mental, dan kinerja tubuh sehari-hari. Berikut bahaya penyakit insomnia yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (28/6/2019).

Peningkatan risiko gangguan kesehatan mental

20160303-Ilustrasi Insomnia-iStockphoto
Ilustrasi Insomnia atau Susah Tidur (iStockphoto)

Seiring waktu, kurang tidur dan gangguan tidur dapat berkontribusi pada gejala depresi. Gangguan tidur yang paling umum, insomnia, memiliki hubungan terkuat dengan depresi. Dalam sebuah penelitian di tahun 2007 terhadap 10.000 orang, mereka yang menderita insomnia lima kali lebih mungkin untuk mengalami depresi.

Faktanya, insomnia seringkali merupakan salah satu gejala depresi pertama. Kurang tidur sering memperburuk gejala depresi, dan depresi dapat membuat Anda lebih sulit untuk tertidur.

Sisi positifnya, mengobati masalah tidur dapat membantu depresi dan gejalanya, dan sebaliknya. Selain depresi, gangguan kesehatan mental yang timbul akibat insomnia dapat berupa kecemasan, kebingungan, dan frustasi.

Risiko kematian

Susah Tidur atau Sulit Tidur
Ilustrasi Foto Susah Tidur atau Sulit Tidur (iStockphoto)

Mengalami insomnia dapat mempersingkat harapan hidup Anda. Sebuah analisis dari 16 studi yang mencakup lebih dari 1 juta peserta dan 112.566 kematian melihat korelasi antara durasi tidur dan kematian. Mereka menemukan bahwa tidur yang kurang meningkatkan risiko kematian sebesar 12 persen, dibandingkan dengan mereka yang tidur tujuh hingga delapan jam per malam.

Sebuah studi yang lebih baru melihat efek insomnia dan mortalitas persisten selama 38 tahun. Mereka menemukan bahwa mereka yang menderita insomnia persisten memiliki risiko kematian 97 persen lebih tinggi.

Penuaan dini

penuaan dini (sumber: istockphoto)
Penuaan dini (sumber: istockphoto)

Kebanyakan orang pernah mengalami kulit pucat dan mata bengkak setelah beberapa malam melewatkan tidur. Tetapi ternyata kurang tidur kronis dapat menyebabkan kulit loyo, garis-garis halus, dan lingkaran hitam di bawah mata.

Ketika tidak cukup tidur, tubuh melepaskan lebih banyak hormon stres kortisol. Dalam jumlah berlebih, kortisol dapat memecah kolagen kulit, protein yang menjaga kulit tetap halus dan elastis.

Kurang tidur juga menyebabkan tubuh melepaskan terlalu sedikit hormon pertumbuhan manusia. Saat muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Seiring bertambahnya usia, ini membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang.

Obesitas

Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Kurang tidur tampaknya terkait dengan peningkatan nafsu makan, dan memungkinkan obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2004, orang yang tidur kurang dari enam jam sehari hampir 30 persen lebih mungkin menjadi gemuk daripada mereka yang tidur tujuh hingga sembilan jam.

Tidak hanya merangsang nafsu makan, insomnia juga merangsang keinginan untuk makanan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat. Penelitian baru-baru ini berfokus pada hubungan antara tidur dan peptida yang mengatur nafsu makan.

Ghrelin menstimulasi rasa lapar dan leptin memberi sinyal rasa kenyang pada otak dan menekan nafsu makan. Waktu tidur yang singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan ghrelin.

Hilang konsentrasi dan pikun

Ternyata, Ini Penyebab Pikun di Usia Muda
Ternyata, Ini Penyebab Pikun di Usia Muda

Tidur memainkan peran penting dalam berpikir dan belajar. Kurang tidur mengganggu proses kognitif ini dengan banyak cara. Pertama, itu merusak perhatian, kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Ini membuatnya lebih sulit untuk belajar secara efisien.

Kedua, pada malam hari, berbagai siklus tidur berperan dalam "mengonsolidasikan" ingatan dalam pikiran. Jika Anda tidak cukup tidur, Anda tidak akan bisa mengingat apa yang Anda pelajari dan alami di siang hari.

Pada tahun 2009, para peneliti Amerika dan Prancis menetapkan bahwa peristiwa otak yang disebut "riak gelombang tajam" bertanggung jawab untuk menggabungkan memori. Riak juga mentransfer informasi yang dipelajari dari hippocampus ke neokorteks otak, tempat ingatan jangka panjang disimpan. Riak gelombang yang tajam sebagian besar terjadi selama tingkat tidur yang paling dalam.

Peningkatan risiko untuk kondisi medis lain

Ilustrasi Penyakit kardiovaskular
Ilustrasi Penyakit kardiovaskular (sumber: iStockphoto)

Menurut beberapa perkiraan, 90% orang dengan insomnia juga memiliki gangguan kondisi kesehatan lain. Insomnia dapat memperparah atau memicu timbulnya penyakit lain. Gangguan tidur dan kurang tidur kronis dapat membuat Anda berisiko:

- Stroke

- Serangan asma

- Kejang

- Sistem kekebalan tubuh yang lemah

- Sensitivitas terhadap rasa sakit

- Peradangan

- Diabetes mellitus

- Tekanan darah tinggi

- Penyakit jantung

Meningkatkan risiko kecelakaan

Kecelakaan Lalu Lintas dan Kecelakaan Mobil
Ilustrasi Foto Kecelakaan Mobil (iStockphoto)

Mengantuk dapat memperlambat waktu reaksi sebanyak mengemudi dalam keadaan mabuk. Studi menunjukkan bahwa kurang tidur dan kualitas tidur yang buruk juga menyebabkan kecelakaan dan cedera saat bekerja.

Dalam sebuah penelitian, pekerja yang mengeluh tentang kantuk yang berlebihan di siang hari memiliki lebih banyak kecelakaan kerja, khususnya kecelakaan kerja berulang.

Kekurangan energi dapat menyebabkan perasaan cemas, depresi, atau iritasi. Tidak hanya dapat mempengaruhi kinerja di tempat kerja atau sekolah, terlalu sedikit tidur juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya